NovelToon NovelToon
Teperdaya Maharani Merindu

Teperdaya Maharani Merindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Misteri / Romansa Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:295
Nilai: 5
Nama Author: OMIUS

Di tengah masalah pelik yang menimpa usaha kulinernya, yang terancam mengalami pengusiran oleh pemilik bangunan, Nitara berkenalan dengan Eros, lelaki pemilik toko es krim yang dulu pernah berjaya, namun kini bangkrut. Eros juga memiliki lidah istimewa yang dapat membongkar resep makanan apa pun.
Di sisi lain, Dani teman sedari kecil Nitara tiba-tiba saja dianugerahi kemampuan melukis luar biasa. Padahal selama ini dia sama sekali tak pernah belajar melukis. Paling gila, Dani tahu-tahu jatuh cinta pada Tante Liswara, ibunda Nitara.
Banyak kejanggalan di antara Dani dan Eros membuat Nitara berpikir, keduanya sepertinya tengah masuk dalam keterkaitan supernatural yang sulit dijelaskan. Keterkaitan itu bermula dari transfusi darah di antara keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OMIUS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yang Kedua Puluh Satu

“Ngapain sampai nunggu lama-lama, sudah besok saja Sambal Kejora pindah kemari!” Spontan aku melontar saran sewaktu kemarin lusa Nitara menyambangiku lagi. Ketika mengobrol berdua denganku, dia kembali menyinggung rencana memindahkan rumah makannya ke Teman Segar.

Nitara cuma tersenyum kecut, mengerti kalau saranku ini lebih pada ketidaksabaranku menunggu hari lamaran. Sementara aku sendiri sebenarnya sudah memiliki ide. Begitu Sambal Kejora pindah lokasi ke lantai atas, di saat bersamaan Teman Segar akan buka kembali di lantai bawah.

Tak bakalan aku menunggu-nunggu restu Nitara, aku akan tetap memaksakan diri untuk membuka kembali Teman Segar. Malu rasanya melamar calon istri, namun statusku ternyata hanya pengangguran. Lainnya halnya ketika aku mengaku seorang pengusaha es krim, rasanya aku belum layak minder di depan keluarganya nanti.

Suasana hatiku tengah teramat bahagia di seminggu belakangan ini. Tinggal menanti hari melamarnya, selanjutnya Nitara akan resmi menjadi milikku. Semakin nyaman aku menanti, dikarenakan semenjak kembali dari rumah sakit Melani belum sekalipun menyambangiku lagi. Usai dipergoki Nitara tengah menyuapiku, entah mengapa Melani malah enggan memedulikanku lagi. Padahal kehadirannya senantiasa meresahkanku.

Bagiku, Melani adalah duri dalam daging. Kapan pun dia bisa menusukku dari dalam. Aku selalu khawatir akan perilakunya yang agresif. Lebih-lebih aku tahu jika dia masih saja berharap rujuk kembali denganku. Bagaimanapun juga aku pernah diperdaya olehnya. Aku kapok, tak boleh mengulang kesalahan yang sama.

Menyebalkan, setelah hari-hari penantianku terasa nyaman dijalani, Melani akhirnya datang menyambangiku di sore hari ini. Terang aku dituntut ekstra waspada akan gerak-geriknya. Apalagi belum-belum Melani tampil dalam balutan mini dress dengan sepasang bahu terbuka, terlihat seksi dan menggoda.

“Rileks, Ros! Melan datang bukan buat nyuapinmu lagi. Melan cuma minta bantuanmu saja,” ungkapnya sembari mengeluarkan sebuah botol dari dalam tasnya.

“Apa ini?” Aku memilih bertanya saja. Sedangkan Melani sudah menjulurkan tangan yang memegang botol padaku.

“Ini botol larutan penyegar alami.”

“Melan lagi sariawan?”

“Manfaat larutan penyegar bukan cuma untuk menyembuhkan panas dalam, tapi bisa juga untuk meremajakan kulit.”

“Ooo ... Melan ingin selalu terlihat belia macam anak ABG, begitu kan?”

“Namanya wanita, wajar kalau Melan selalu ingin tampil fresh dan muda.”

“Melan sudah cantik kok, sudah gitu selalu tampil segar.” Bukan basi-basi, sejujurnya aku harus mengakui bila penampilan mantan istriku ini memang senantiasa menyegarkan mata. Lebih-lebih ketika tampil dengan gaya busana bahu menggoda seperti sekarang ini. “Terus kenapa Melan sampai mau minta tolong segala?”

“Melan ingin Eros urai zat-zat pembentuk larutan penyegar ini. Biar rahasia pembuatannya kebongkar.”

“Ooo ... Melan mau nyuri resep rahasia orang? Memang Melan mau bisnis larutan penyegar juga?”

“Mana bisa Melan berbisnis macam Eros. Melan cuma ingin meracik sendiri larutannya. Soalnya harga jualnya mahal sekali.”

“Masa mahal sih? Kalau dilihat botolnya seperti botol bekas pakai, enggak pakai merek sama sekali. Ini sih produk UKM rumahan sepertinya.”

“Jangan remehkan produk handmade. Kadang justru lebih mahal dari produk pabrikan karena eksklusif.  Melan sudah merasakan sendiri manfaatnya, tapi harganya itu yang bikin pusing kepala.”

Tanganku kemudian menyambar botol yang dijulurkan Melani. Langsung kubuka tutupnya. Aroma segar seketika terhirup hidungku. Sesuai namanya, sepertinya larutan dalam botol gelas ini akan menyegarkan jika diminum. Kebetulan sore ini cuaca terbilang panas akibat matahari senja masih saja terik bersinar. Dari yang awalnya hendak memenuhi permintaan Melani, tiba-tiba saja aku malah tergiur untuk lebih dulu menenggaknya.

Baru botolnya kuangkat mendekati mulutku, ponselku yang tersimpan di saku celana berdering. Terpaksa kutunda dulu acara menenggak larutan penyegar dalam botol. Nitara rupanya mengontakku.

“Setengah jam lagi Tara mau mampir sebentar ke Taman Segar. Mas Eros jangan pergi kemana-mana dulu! Tara mau minta tanda tangan Mas Eros.”

Singkat sekali Nitara menghubungiku di jaringan seluler. Dia pun tidak menjelaskan maksud dan tujuan meminta tanda tangan padaku. Sementara aku sendiri juga tidak mempertanyakannya. Fokus perhatianku lebih tertuju jika setengah jam lagi Nitara akan datang. Padahal saat ini aku tengah berduan bareng Melani.

Belajar dari pengalaman di rumah sakit, di mana Nitara sempat mempergokiku tengah berduaan bareng Melani di kamar pasien, sepertinya aku wajib selekasnya mengusir Melani. Namun, terlebih dahulu beberapa tetes larutan penyegar dalam botol kutumpahkan ke ujung lidahku.

“Sudah ketemu komposisi bahan-bahannya?” tanya Melani kemudian. Sebelumnya dia hanya diam memandangiku. Mungkin aku dinilainya terlalu lama menganalisis bahan-bahan pembentuk rasa larutan penyegar.

“Sebagian besar bahan-bahannya sudah tergambar di otakku. Tapi, masih ada dua zat yang masih asing.”

“Jadi Mas Eros enggak bisa membongkar resepnya?”

“Bisa. Yakin, aku pasti bisa menemukan resep pembuatannya. Cuma butuh waktu saja karena mesti diulang-ulang menjilatnya. Mungkin sekitar tiga, atau empat jam lagi zat-zat yang masih asing itu akan kuketahui.”

“Kalau selama itu sih ... mendingan Melan pamit dulu. Soalnya sore ini Melan lagi ditunggu teman sesama sosialita.”

“Nanti aku WA komposisi zat-zatnya.”

Melani akhirnya berlalu dari Teman Segar, sementara aku girang dan lega. Upaya bohongku akhirnya berhasil mengusirnya pergi. Padahal aslinya begitu sebuah rasa didapatkan ujung lidahku, seketika itu juga sebuah resep pembuatan serta kandungan bahan-bahannya telah menampak dalam benakku.

Sekarang aku tinggal menunggu kedatangan Nitara dengan rileks. Sembari duduk di bangku depan meja Kafe, mulutku kemudian melanjutkan rencana sebelumnya yang tertunda, menenggak larutan penyegar dalam botol.

Benar-benar minuman menyegarkan. Sampai nyaris habis tanpa sisa mulutku menenggaknya. Kalau saja aku tidak ingat maksud dan tujuan Melani memberiku larutan penyegar, sepertinya mulutku hanya akan menyisakan botolnya saja.

Setengah jam lebih aku menanti kedatangannya, namun Nitara tak kunjung datang juga. Karena aktivitas menunggu teramat membosankanku, mulutku sampai menguap beberapa kali. Hingga kemudian ponselku bernyanyi lagi.

Ternyata Nitara menunda kedatangannya di sore ini. Katanya, dia kedatangan teman lamanya di RM.Sambal Kejora. Dia berjanji akan datang menemuiku selepas Magrib.

“Mas Eros ngantuk apa sampai nguapnya kedengaran di ponsel?”

Aku mengiyakan kalau sore ini tengah tiba-tiba mengantuk. Beberapa kali selama Nitara berbincang mulutku menguap lebar. Tak heran bila dia mendengarnya meski berada di seberang sana.

“Ngantuk berat kayaknya. Sudah nunggu-nunggu eh yang ditunggu malah molor datangnya,” timpalku, malah menyalahkan Nitara atas kantuk yang mendadak menderaku.

“Sudah tidur dulu sana! Tapi, ingat Tara mau datang petang nanti, jangan kebablasan tidurnya!”

Bukan karena patuh pada titah calon istriku, sehingga aku memilih seketika berjalan ke kamar tidurku, melainkan karena tubuhku benar-benar ingin selekasnya tidur. Kedua kelopak mataku terasa berat sekali untuk tetap membuka. Sedangkan tidur di waktu sore hari adalah aktivitas tak lazim bagiku.

Langsung aku merebahkan tubuhku di ranjang begitu masuk kamar tidurku. Hanya butuh beberapa menit saja aku sudah tidak ingat apa-apa lagi.

Tapi, kemudian aku lekas bangun dari tidurku. Syukur, memori otakku masih bekerja saat tadi tertidur, mengingatkanku agar jangan keterusan lelap. Malah menurutku durasi tidurku hanya sebentar saja, kurang dari satu jam.

Jendela di kamar tidurku ternyata sudah ditutupi gorden. Tak perlu heran karena aku sendiri yang menutupinya sebelum Melani datang. Sinar matahari senja yang terik terlalu menyilaukan saat menerobos jendela kamar tidur. Aku akhirnya sukar menentukan apakah hari sudah malam, atau masih sore. Apalagi lampu kamar sedari tadi memang sudah dinyalakanku.

Satu-satunya kepastian soal waktu hanyalah melihat jam weker di atas bufet. Hanya saja sebelum aku menengok ke bufet di samping kanan ranjang tidurku, aku keburu berteriak.

Aku tidak sendirian di ranjang tidur ternyata. Ada yang menemaniku tidur dalam selimut yang sama. Seorang perempuan yang masih pulas, dan hanya mengenakan dalaman saja. Perempuan yang tak lain mantan istriku, Melani.

Lebih dulu mengucek kelopak mataku, berupaya meyakinkan pandangan mataku bila Melani memang benar telah menemani tidurku, aku akhirnya menarik kesimpulan. Adalah benar jika perempuan yang tengah satu ranjang denganku ini bukan obyek dalam mimpiku.

Dari terperanjat aku lalu geram. Melani sudah kelewat kurang ajar, tak tahu susila karena aku dan dirinya sudah bukan suami istri lagi. Layak aku memberinya pelajaran!

Tengah memikirkan pelajaran apa yang harus segera kuberikan pada Melani, tahu-tahu aku merasa diperhatikan orang. Lebih-lebih aku menemukan bayangannya di sebelah kiriku. Lekas aku menoleh ke arah sumber bayangan tersebut.

“Tara ...!”

Tidak menanggapi keterperanjatanku, Nitara malah langsung membalikkan badannya. Tapi, aku masih sempat menemukan seraut muka yang dipenuhi ekspresi angkara murka. Rupanya dia telah datang ke Taman Segar. Berdiri di kolong pintu kamar, Nitara harus menyaksikan calon suaminya tengah dikeloni perempuan lain.

o21o

1
Asnisa Amallia
Enak banget karya ini, aku nggak sabar nunggu kelanjutannya!
Yusuf Muman
Menyentuh hati.
Mich2351
Aku suka banget sama karakter-karakternya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!