Berkali-kali dikhianati membuat Marwah mengalami trauma, dia tidak mau menjalin hubungan dengan pria mana pun juga. Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang pengusaha berkedok ustaz yang sedang mencari orang untuk mengurus ibunya.
Nahyan ternyata tidak jauh berbeda dengan Marwah. Keduanya tidak beruntung dalam hal percintaan.
Akankah Allah menjodohkan mereka berdua dan saling mengobati luka satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Edzar Si Ketua Geng (Season 2)
Keesokan harinya....
Di rumah mewah dan megah, sebuah keluarga kecil tampak sedang sarapan bersama. Tidak ada canda tawa, tidak ada obrolan, hanya keheningan yang ada. Beberapa pengawal sudah bersiap-siap untuk mengantar sang putra mahkota ke kampus.
"Dad, bisa tidak Daddy jangan suruh para tua bangka itu untuk mengikuti aku terus?" protes Edzar.
"Jangan banyak protes, kamu cukup nurut saja biar kamu aman," sahut Daddy Edgar dingin.
"Aku sudah 25 tahun, Dad. Diluaran sana anak seumuran aku sudah bebas melakukan semua banyak hal, sedangkan aku masih saja di kawal kaya anak rumahan," kesal Edzar.
Edgar tidak mendengarkan ocehan putranya itu, sedangkan Alesha tampak menghela napasnya. "Ed, kita hanya ingin menjaga kamu saja soalnya banyak sekali orang jahat yang mengincar kamu. Kamu 'kan anak orang kaya, Mommy takut kamu ada yang nyulik," ucap Mommy Alesha.
"Astaga Mommy, Edzar bukan anak kecil lagi dan Edzar sudah bisa jaga diri sendiri," sahut Edzar.
"Sudahlah jangan banyak protes, kamu ikuti saja peraturan yang Daddy buat. Sekarang kamu fokus saja dengan kuliah, memangnya kamu tidak malu sudah tua masih belum lulus juga kapan kamu mau bantuin Daddy di perusahaan," ucap Daddy Edgar dingin.
Edzar menghentikan sarapannya, dia paling malas jika sudah membicarakan mengenai perusahaan. Edzar pun bangkit dari duduknya membuat kedua orang tuanya menoleh. "Kamu mau ke mana?" tanya Daddy Edgar.
"Memangnya aku mau pergi ke mana selain ke kampus," ketus Edzar.
"Jangan macam-macam kamu Edzar, Daddy tahu apa yang kamu lakukan di belakang Daddy. Kalau kamu tidak menurut, Daddy akan buat mereka hancur," ancam Daddy Edgar.
"Jangan sentuh mereka, mereka tidak tahu apa-apa," geram Edzar.
"Berani kamu sama Daddy? kalau kamu tidak mau teman-teman brandal kamu Daddy hancurkan, kamu harus nurut dan Daddy tidak mau tahu pokoknya tahun ini kamu harus wisuda!" bentak Daddy Edgar.
Edzar semakin geram, dia pun dengan cepat pergi meninggalkan rumah. Di luar, para pengawal sudah menunggu dan membukakan pintu mobil untuk Edzar. Dia dengan kesal langsung masuk ke dalam mobil, sungguh dia muak dengan penjagaan seperti itu.
Secara diam-diam, dia mengirim pesan kepada teman-temannya. "Lah, itu motornya si Taqi," batin Edzar.
"Berhenti di mini market depan, aku mau beli minuman dulu," titah Edzar.
"Baik, Tuan Muda."
Edzar tahu jika itu motor Taqi, dan Taqi saat ini sedang berada di mini market karena menunggu Bilqis yang sedang membeli sesuatu. Edzar segera masuk dan para pengawal menunggu di pintu masuk mini market. "Anjir, sial ngapain mereka jagain pintu keluar?" geram Edzar.
Edzar celingukan mencari keberadaan Taqi, hingga tidak lama kemudian Edzar pun melihat Taqi dengan seorang wanita bercadar. Edzar dengan cepat mengirim Taqi dan menepuk pundak Taqi membuat Taqi kaget dan membelalakkan matanya. "Kamu harus bantuin aku sekarang," ucap Edzar penuh intimidasi.
Bilqis menoleh dan menatap Edzar, sedangkan Taqi sudah panas dingin ditatap kakaknya seperti itu. "A--aku gak bisa," sahut Taqi gugup.
"Kamu berani ngelawan aku?" ancam Edzar.
Edzar menoleh ke arah Bilqis. "Kamu pacar si Taqi? aku pinjam dulu dia sebentar," ucap Edzar.
Baru saja Bilqis hendak bicara, Edzar langsung menarik Taqi. "Kamu bawa motor ke ujung jalan sana, tunggu aku di sana soalnya aku mau kabur dari para tua bangka itu," perintah Edzar.
"Tapi Bang----"
"Buruan, atau nyawa pacarmu itu tidak selamat," ancam Edzar.
Taqi kaget, dia tidak punya pilihan lagi akhirnya menurut. Taqi dengan cepat keluar duluan dan membawa motornya ke tempat yang diperintahkan oleh Edzar, sedangkan Edzar sudah siap-siap hendak kabur dengan cara berlari. Edzar tahu jika dia kabur dengan Taqi, pasti pengawalnya akan mengejar dia pakai mobil tapi kalau dia kabur dengan berlari, maka pengawalnya akan mengejar dia juga.
Edzar tahu daerah itu, dia akan berlari sampai jalan buntu di ujung jalan. Dia akan melompat tembok itu, dan di sana Taqi sudah standby menunggu Edzar. Pada saat dia kabur, para pengawal akan kembali ke tempat semula mengambil mobil mereka dan pada saat itu Edzar sudah menghilang bersama Taqi.
"Astaghfirullah, Taqi mau ke mana?" gumam Bilqis.
Edzar menghela napas terlebih dahulu, hingga dengan cepat dia pun melesat berlari kabur. "Tuan muda, anda mau ke mana?" teriak Pengawal.
"Kejar dia!"
Keenam pria berjas hitam itu mengejar Edzar. Bilqis semakin bingung dan khawatir dengan keadaan adiknya. "Kok bisa Taqi bergaul dengan orang seperti itu?" gumam Bilqis bingung.
"Tuan, berhenti jangan kabur!"
Edzar terus berlari, hingga akhirnya jalan itu pun memang buntu. Edzar bersiap-siap hendak melompat dinding yang lumayan tinggi itu. "Kali ini kalian gak bakalan bisa ngejar aku," batin Edzar dengan senyumannya.
Dengan cepat Edzar menaiki dinding itu, membuat para pengawalnya kesulitan. Usia Edzar dan pengawal itu jauh berbeda, seusia Edzar masih gesit sedangkan pada pengawal itu hanya handal dalam berkelahi jika masalah lompat melompat sudah tidak bisa. Edzar melambaikan tangannya kepada para pengawalnya.
"Sudah sana kalian pulang jangan ikuti aku lagi," ucap Edzar.
"Tuan muda, jangan seperti ini nanti kami kena pukul Tuan besar," sahut Pengawal.
"Bodo amat."
Edzar pun melompat ke bawah, dan di bawah sudah ada Taqi yang menunggu. "Buruan jalan," ucap Edzar.
Taqi pun segera melesat meninggalkan tempat itu, sedangkan para pengawal harus pasrah kena bogem mentah dari Edgar karena tidak bisa menjaga Edzar. "Mau ke mana, Bang?" tanya Taqi.
"Ke basecamp saja," sahut Edzar.
Taqi pun melajukan motornya menuju basecamp mereka. Di sana ada motor Edzar, jadi dia ke kampus akan menggunakan motor dia sendiri. Sedangkan jantung Taqi saat ini sedang tidak baik-baik saja, sudah pasti dia akan mendapatkan ceramah dari kakak.
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di basecamp. "Bang, sepertinya aku harus segera ke kampus," ucap Taqi.
"Ok, terima kasih. Jangan lupa nanti malam ada balapan dan kamu harus datang," ucap Edzar.
"Aku gak janji Bang, soalnya kakak aku sudah pulang kayanya aku bakalan susah keluar," sahut Taqi.
"Pokoknya gak ada alasan, kalau kamu tidak datang, aku bakalan blacklist kamu dari geng ini," ancam Edzar.
"Jangan Bang, ini hobi aku," sahut Taqi.
"Ya, makanya kamu harus nurut," tegas Edzar.
"Ya, sudah nanti aku usahakan. Kalau begitu, aku pergi dulu, Assalamualaikum," ucap Taqi.
"Ya."
Taqi menatap Edzar. "Assalamualaikum, Bang!" Taqi mengulangi salamnya.
"Waalaikumsalam, Pak Ustaz. Sudah sana pergi!" kesal Edzar.
Taqi menyunggingkan senyumannya, dia memang ikut geng motor tapi dia berusaha mengingatkan anggota geng itu untuk selalu ingat kepada Allah walaupun sampai saat ini belum ada satu pun yang mau mengikutinya.
*
*
*
Tahu ya, Edzar itu anaknya siapa?
kasihan blm dpt jodoh nya