Sebuah rumah kosong di pinggiran kota menyimpan sebuah misteri akan adanya arwah gentayangan dan memberikan teror kepada para penghuni baru melalui kejadian-kejadian yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richy211, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Nana bisa melihat jelas dimana ruang tamu itu dalam kondisi berantakan dan ada sepasang suami istri yang sedang kebingungan yang mana sang istri menangis tak berdaya.
"Ah, kenapa akhir-akhir ini kepalaku suka pusing dan lalu muncul rekaman aneh dalam otakku," gumam Nana.
Meski hanya sebentar, tetapi bayangan-bayangan kejadian aneh yang hadir di otak Nana saat berada di rumah itu tentu membuatnya cukup terganggu.
"Ha..ha...ha...ha...," Sari tertawa melihat acara kartun kesukaannya.
Beruntung, tawa Sari membuat Nana kembali sadar dan langsung memegangi kepalanya.
Tak berselang lama, deru suara motor terdengar dari luar rumah. Rupanya Riko baru saja pulang dari memancing di rumah temannya. Ia pun mengetuk pintu rumah sambil membawa kantung kresek berwarna hitam di tangan kanannya.
"Assalamualaikum," Ucap Riko.
"Walaikumsalam," jawab Nana sambil membukakan pintu yang dikunci rapat.
Melihat sang kakak membawa bungkusan, ia pun lantas bertanya kepadanya.
"Wuih, kakak bawa apa tuh?"
"Oh ini, hasil pancingan kakak tadi siang sama temen," jawabnya seraya masuk ke dalam rumah.
"Wah Kak Riko jago memancing juga ternyata!"Ledek Nana kembali.
"Iya dong," jawab Riko sok cool.
Riko lalu mencari ibunya dan masuk ke dapur untuk memberikan hasil pancingan berupa dua ikan gurameh besar.
"Bu, ikan gurameh yang Riko dapat bisa dimasak buat makan malam nanti,"
"Oh kamu yang dapat, oke deh nanti ibu goreng dan bikin sambalnya juga," kata Bu Sri dengan mata berbinar.
"Makasih ya bu. Aku mau lanjut mandi karena badanku kotor," kata Riko kembali.
Jam makan malam pun tiba, kini mereka menikmati menu makan malam lezat dengan ikan gurame goreng hasil tangkapan putra sulungnya.
"Duh, mantap sekali nih!" Kata Sari hingga air liurnya hendak menetes melihat hidangan di meja makan.
Saat Kak Riko ada di rumah, tetiba Nana ingin sekali curhat kepadanya tentang hal aneh yang ia alami baru-baru ini. Memang, usia Nana dan Riko yang terpaut tidak begitu jauh membuatnya bisa mengobrol lebih nyaman.
"Kak, boleh nggak habis makan malam Nana mau curhat?" Tanya Nana.
"Curhat apaan nih? Jangan bilang masalah cowok ya!" Ledek Riko.
"Bukan Kak, ini lebih penting dari cowok!" Jawab Nana ketus.
"Oke..oke....," jawab Riko singkat.
"Jangan lupa ya Kak. Nanti aku main ke kamarmu!" Balas Nana lagi.
Mendengar percakapan dua kakak beradik itu, Pak Sugiono dan Bu Sri seolah memilih untuk membiarkan alias tidak terlalu ingin ikut campur. Mereka tahu bahwa Riko pasti sudah cukup dewasa untuk mengayomi kedua adik perempuannya.
Selepas makan malam dan sesuai janji, Nana main ke kamar Riko. Sebab pintu kamar Riko dikunci dari dalam, Nana pun mengetuknya dengan pelan.
"Kak Riko, aku boleh masuk ya?"
Riko pun lantas membukakan pintu kamarnya dan Nana langsung masuk ke dalam. Suasana kamar Riko memang sedikit berantakan, maklumlah karena dia adalah anak laki-laki. Namun untungnya, tidak separah kamar anak laki-laki lain yang mungkin lebih acak-acakan dari kamar kakaknya. Nana pun duduk di samping Kak Riko yang sedang asyik bermain game di ponselnya.
"Tumben kamu pengin curhat sama Kak Riko?" Tanyanya.
"Iya Kak soalnya Nana bingung mau curhat sama siapa soal hal ini," jawabnya lirih.
Nana pun akhirnya curhat kepada Riko tentang kejadian yang ia alami tadi siang mulai dari tangannya yang menempel di pohon jati hingga dia merasa ada yang aneh dalam dirinya.
"Hah? Jadi kamu juga ngalamin hal aneh seperti kakak?" Riko pun tak kalah kagetnya saat mendengar cerita dari adiknya.
"Iya kak Nana tahu saat sedang di kamar mandi peristiwa yang kak Riko alami ada dalam otakku. Kira-kira Nana ini kenapa ya Kak?" Nana balik bertanya.
"Kalau secara jelasnya sih Kak Riko kurang paham, tapi menurut pengamatanku yang suka baca-baca kayanya kamu ini anak indigo Na!" Jawab Riko.
"Hah? Indigo? Apa Kak Riko tidak salah!" Mata Nana pun langsung terbelalak.
"Itu menurut sepengetahuan Kak Riko kalau baca di buku dan nonton hal-hal spiritual ya. Tapi kalau pengin lebih jelas kita bisa tanya ke psikolog yang lebih paham Na,"
"Benar sih Kak, yang lebih paham soal seperti ini ya cuma orang pinter atau psikolog," kata Nana seolah meng-iyakan penjelasan dari kakaknya.
"Ya sudah Kak. Terima kasih karena sudah mendengarkan curhatan aku. Aku jadi plong dan lega sekali sekarang. Kalaupun iya Nana ini adalah anak indigo, terang saja aku bisa melihat hantu wanita saat main dengan Sari," kata Nana kembali.
Nana pun langsung pamit menuju ke kamarnya dan lalu mencoba merebahkan diri di kasur sambil mencari tahu tentang apa itu Indigo.
Setelah membaca artikel, ia pun mulai menyadari bahwa rupanya benar apa yang terjadi padanya adalah seperti ciri-ciri anak Indigo. Dalam hati yang paling dalam, antara senang atau sedih karena dia mempunyai kemampuan ajaib yang tidak semua orang bisa memilikinya.
Dan saat ini, ia pun juga harus wanti-wanti tatkala mungkin suatu saat bisa melihat penampakan hantu tidak hanya di rumahnya dan bisa dimana saja.
Rasa takut mungkin bisa saja ia alami dengan kemampuan supranaturalnya itu dan ia harus butuh banyak beradaptasi alias terbiasa dengan kehadiran makhluk tak kasat mata di sekelilingnya.
Nana menghela napas panjang "Ah semoga saja aku tidak bertemu dengan hantu yang mengerikan,"
Sambil mendengarkan lagu kesayangannya memakai earphone, Nana pun sedikit menjadi tenang dan bisa melupakan banyaknya kejadian aneh yang ia alami dalam hidupnya.
Seperti malam biasanya, Nana selalu tidur berdua dengan Sari karena di rumah itu hanya ada tiga kamar dengan ukuran yang bisa dibilang tidak besar.
Untung saja kedua kakak beradik itu saling mengerti dan menyayangi satu sama lain.
Namun apa boleh buat, mereka harus tinggal di rumah yang ternyata meninggalkan sebuah kisah mengerikan hingga penghuninya seolah ingin siapapun yang menempati rumah itu tidak betah dan harus angkat kaki.
Padahal keluarga Pak Sugiono bisa dibilang adalah keluarga yang harmonis dan jarang sekali cek-cok.
Tapi, keberadaan arwah penunggu yang konon mendiami pohon jati di belakang rumah mereka itu yang terus memberikan teror mengerikan.
Hal ini tentu bisa saja membuat siapa yang mencoba tinggal di rumah tersebut merasa tidak kerasan apabila terus-terusan diganggu oleh penampakan makhluk halus.
Seolah rasanya, keluarga Pak Sugiono tengah diuji agar tetap kuat menghadapi segala gangguan yang kini juga ikut dirasakan oleh kedua putrinya yang masih kecil alias belum tumbuh dewasa.