Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 30. Menyingkirkan Tuan Herison.
"Tunanganmu? Hahaha...!" Emer yang duduk di hadapan Tuan Herison itu tergelak. Ia sampai memegangi perutnya. Namun, setelahnya melotot tajam pada pria tua yang duduk tepat di hadapannya. "Kau menyebut calon istriku adalah tunanganmu? Astaga! Apa kau ingin bersaing denganku?"
Tuan Herison menatap Emer dingin. Ia langsung melakukan penerbangan kembali dari perjalanan bisnisnya setelah melihat berita pernikahan Ruby. Dan sepanjang jalan, Tuan Herison sudah menahan emosi, terutama pada Roger. Lalu kini, ia dihadapkan pada Emer, putra dari keluarga Rykhad yang juga akan menikah dengan Ruby.
"Ruby dan saya telah memiliki perjanjian untuk menikah. Dan saya tidak akan membiarkannya menikah dengan pria lain."
Sudah melihat bagaimana cantiknya paras sang calon istri, membuat Tuan Herison tampaknya tak ingin melepaskan Ruby. Terlebih dirinyalah yang lebih dulu bertunangan dengan Ruby.
"Itu tidak akan mungkin!" kata Emer menekan. "Rubyku sudah memilih untuk menikah denganku, dan aku tidak akan melepaskannya! Apalagi jika itu sampai menikah denganmu, Rubyku juga tidak akan mau!"
Kali ini Tuan Herison yang tertawa, nada suaranya tetap terdengar dingin membuat Emer semakin marah. "Hei, anak muda, kau tidak memiliki hak untuk memutuskan tentang Ruby. Ruby adalah milik saya, dan saya tidak akan melepaskannya!"
Tuan Herison dan Emer saling mengklaim dengan status mereka, sama-sama bersikeras terhadap ikatan pertunangan mereka bersama Ruby, dan tidak ada yang mau mengakhiri.
Rexi yang sedari tadi duduk diam mengamati akhirnya memutuskan untuk ikut campur tangan.
"Tuan Herison, saya pikir kita perlu membahas hal ini dengan lebih tenang. Tidak hanya sebagai laki-laki, tapi juga sebagai seorang pebisnis."
Mendengar pernyataan dari Tuan Herison tadi, Rexi bisa menangkap jika telah terjadi perjanjian bisnis di balik pertunangannya dengan Ruby. Sehingga Rexi berniat untuk menawarkan kerjasama sebagai penukarnya.
Dan niat Rexi itu juga bisa dibaca oleh Emer.
Tuan Herison lekas mengangguk pada Rexi, tapi Emer sudah lebih dulu mencegahnya.
"Aku tidak akan mau duduk dengan orang ini, Kak," kata Emer marah. "Kita akan menyelesaikan masalah ini dengan cara yang lebih...gentleman!"
Rexi menghela napas, khawatir dengan situasi yang semakin memanas. Apa Emer ingin mengajak Tuan Herison berduel?
"Emer, tunggu!" kata Rexi saat melihat Emer berdiri, tapi Emer sudah lebih dulu membuka suaranya.
"Tuan Herison, aku pikir kau perlu tahu bahwa Ruby dan aku sebenarnya memiliki hubungan yang lebih dari sekedar pertunangan." Suara Emer begitu tegas dan serius. "Saat ini, Rubyku tengah mengandung anakku." Emer tersenyum lebar saat mengatakannya, sudut bibirnya langsung terangkat saat melihat pria tua di hadapannya kini tercekat, juga pucat.
Tuan Herison jelas terkejut, matanya melebar dengan shock. "A-pa?" Napasnya mulai terasa sesak. Ruby hamil? Calon istrinya yang cantik itu tengah mengandung anak pria lain?
Emer tersenyum semakin percaya diri melihat Tuan Herison yang seperti terserang asma saat mendengar kata-katanya.
"Hm. Rubyku saat ini sedang hamil." Emer sedikit tertawa malu-malu.
"Sebenarnya aku tidak ingin mengatakannya karena ini adalah privasi kami. Kau tahu, kan? Bagaimana gaya pacaran anak muda sekarang, kami terlalu sering bertemu dan... yeahhh...melakukannya sampai akhirnya membuahkan hasil." Emer tergelak, wajahnya memerah. Membuat semua yang mendengarnya malu, tapi juga mempercayai perkataan cabul Emer itu.
"Aku dan Ruby memiliki hubungan yang sangat dekat, pertunangan hanya tahapan kecil yang harus kami lalui, dan kehamilan Rubyku adalah bukti dari cinta kami." Emer masih mengoceh meski sudah melihat Tuan Herison yang kesulitan bernapas. "Jadi sebaiknya kau mundur, Tuan Herison! Biarkan kami para anak muda ini memiliki kehidupan kami sendiri. Atau kau masih tetap bersikeras ingin menjadi ayah dari anakku?"
Emer menatap Tuan Herison. Ia bisa melihat pria tua itu benar-benar terkejut dan tidak siap mendengar ucapannya.
Tuan Herison tidak bisa lagi mengatakan apapun. Ia kesulitan mengambil napas dengan tangan yang memukuli kecil paha asistennya.
Tuan Herison langsung dipapah keluar dari ruangan, meninggalkan Emer yang seketika tertawa terbahak-bahak karena berhasil memukul mundur pria tua yang menginginkan calon istrinya dengan sekali libas.
"Sudah ku duga, kau ternyata hanya berbohong." Rexi memperhatikan reaksi adiknya saat melihat Tuan Herison yang terserang asma.
"Apanya yang bohong? Semua yang aku katakan itu benar. Aku dan Ruby memang sering bermain setiap kali kami bertemu." Emer melotot pada kakaknya.
"Benarkah? Tapi kau terlihat masih polos." Rexi memicing. "Aku bahkan tidak yakin kau tahu bagaimana gaya bercinta yang baik."
"Aku tahu! Aku tahu semua gaya! Aku tahu gaya kura-kura, helikopter, maupun cicak di dinding!!"
Rexi mengangkat alisnya, terkejut dengan jawaban sang adik. "Gaya kura-kura, helikopter, dan cicak di dinding?" ulangnya, tidak percaya. "Kau benar-benar tahu tentang hal itu?"
Emer mengangguk dengan percaya diri. "Tentu saja! Aku sudah membaca buku panduannya."
"Buku panduannya? Buku panduan untuk anak-anak?" ulang Rexi tidak bisa menahan tawanya lagi kali ini. Ia terkekeh seraya menggeleng.
Emer melotot, merasa tersinggung dengan ucapan kakaknya itu. "Terserahmu! Aku tidak perduli! Pokoknya aku tahu apa yang kau belum tahu!"
Rexi masih saja tertawa, "Baiklah, Emerald. Kau memang tahu banyak tentang...hal-hal yang tidak perlu."
Emer semakin merasa kesal dan marah pada Rexi. "Sebaiknya aku pergi! Pembicaraan ini terlalu berat untukmu! Kau sama sekali tidak tahu tentang hal yang iya-iya." Emer masih sempat mengejek kakaknya itu. Emer berdiri dan berlalu keluar dari ruangan meninggalkan Rexi yang masih saja tertawa.
Sebelum Emer keluar, Rexi sempat memanggilnya, "Emerald! Jangan lupa untuk memberitahu Ruby tentang gaya kura-kura!"
Emer langsung berbalik dan memandang Rexi dengan mata yang membara, "Aku akan memberitahu Ruby tentang sikapmu yang sok tahu itu!" Emer kemudian pergi dengan membawa rasa kesalnya, meninggalkan Rexi yang malah kesulitan menghentikan tawa karena merasa lucu melihat ekspresi Emer.
jd saat tau laki selingkuh gk akn gila tp malah bisa berdiri tegak.
Ruby juga beruntung. Setelah penderitaan yang dia alami selama ini, akhirnya dia dapetin suami, mertua, ipar yang baik ....
Semoga mereka selalu bahagia.
Juga yang jahat-jahat harus mendapatkan karma yang setimapal/Determined//Angry/
Dan satu lagi, jangan lupakan Rexi untuk aku/Slight//Facepalm/
Semangat Kak Di. Semangat untuk nulisnya, sehat-sehat selalu, dan sukses terus untuk ceritanya💪🥰😘😘❤❤❤
Cakra tidak menjaga adiknya dengan baik Mom Safira😭😭😭
ngomen othor tantik aja biar dapet balesan surat cinta/Silent//Silent/