"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari
rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku
nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.
membuat Alvin yang sedang melamun
segera terperanjat.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak
Ela!!" hardik pak Rohman.
"Kamu pilih aku dan anak anak yang
keluar apa anak sialanmu ini yang keluar
pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.
Beliau tak pernah berfikir akan
dihadapkan pada situasi se rumit ini.
"Alvin yang akan keluar pak buk"
ucap Alvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32 Terciduk Polisi
Dalam 2 hari, gudang rosok dari bata
yang dibuat pun selesai. Tak butuh waktu
lama, sebab memang bangunannya tak
terlalu besar.
Bangunan persegi dengan ukuran 3 x 3
yang berada tepat di samping rumah yang
ia tempati itu pun sudah selesai, dengan
pintu berbentuk rolling door, membuat
Alvin menatapnya dengan cukup puas.
Malam ini, usai menyelesaikan
pekerjaannya, Alvin sedang bersantai di
depan rumah dengan sebatang rokok yang
tersulit di antara jari tengah dan jari
telunjuknya, di temani secangkir kopi
yang ia buat sendiri, menemani Alvin
mengabiskan waktu malamnya.
"Cuk, arek enom jagongane koyok
Mbah Mbah ngene vin' ejek Alex yang
baru datang dengan motor sportnya.
"Cuk dewe, Lapo Rene. Ganggu ae!!"
balas Alvin ketika Alex mulai mendekat.
"Pindah turu" jawab Alex sambil
cengengesan.
"Woo gendeng! Punya rumah bagus,
malah pindah tidur sini" ejek Alvin.
Bukannya tak tahu, Alvin sudah
hafal, jika Alex menginap, berarti nanti
malam akan ada balap yang akan diikuti.
"Nih loh, sekalian tak bawain cctv"
ucap Alex seraya mengeluarkan kotak
kardus yang berisi cctv baru.
"Waduh berapa aan ini Lex, tahu aja
aku lagi butuh yang beginian" jawab
Alvin seraya mnembolak balik kamera
cctv yang dibawa Alex.
"Udah, anggep aja ini pemberian
seorang teman" ucap Alex seraya mulai
mengeluarkan kamera cctv dari
kardusnya.
"Gak terima bantahan!!" tegas Alex
saat melihat Alvin hendak melayangkan
protes.
Alvin pun bungkam mendengar
peringatan Alex. Ia memilih ikut
memperhatikan Alex saat merakit cctv
yang akan dipasang.
"Kamu bisa masangnya Lex?" tanya
Alvin.
"Bisa lah, kemarin ada tukang benerin
cctv dirumah, jadi sekalian aja aku belajar,
sambil beli ke dia" jawab Alex yang masih
serius memasang kabel kabel kecil yang
Tersambung dengan kamera cctv.
4 buah kamera cctv kecil sudah siap
dipasang.
"Nah, sekarang kita pasang vin!" ajak
Alex.
"Kamu beneran Lex?" tanya Alvin
yang masih merasa tak enak.
"Iyolah, biar aman nih tempat
rosokmu, ini ada jalan masuk dari dalem
rumah kan" jawab Alex membuat Alvin
mengangguk.
Keduanya kemudian masuk ke dalam
rumah, benar saja, ada pintu baru di
tembok samping rumah Alvin, yang
terhubung langsung dengan gudang yang
baru saja di bangunnya.
"Kita pasang di dalam sini 1, trus nanti
yang menghadap keluar sana 1. Yang 2 kita
pasang di dalam dan luar rumah kamu
Vin" ujar Alex seraya naik ke meja dan bangku yang disusun sebagai tangga
untuknya naik, guna memasang kamera
cctv yang ia bawa.
"Kenapa rumahku dipasang cctv juga
Lex, kayaknya tempat rosok ini lebih
butuh deh" ucap Alvin.
"Kita gak tahu darimana pelaku
kejahatan datang vin, bisa saja orang
dekat atau orang lain, yang jelas kita harus
waspada. Melihat sampai ada yang berani
merusak tempatmu kemarin kan berarti,
ada orang yang memang punya niat gak
baik sama kamu" jelas Alex membuat
Alvin kagum, ia sangat merasa
berterima kasih dengan temannya itu.
Setelah ke 4 cctv itu terpasang dengan
baik, mulai lah Alex memasang aplikasi di
ponsel Alvin. Alex pun mengajari
Alvin cara melihat dan mengontrol cctv
yang ada di ponselnya itu.
Mata Alvin tampak berbinar dan
penuh syukur.
"Lex, ini aku bayar aja ya. Tapi aku
cicil, anggap aja hutang" pinta Alvin
yang merasa tak enak hati, hanya menjadi
penerima.
"Gak! Jangan menghalangi niatku
berbagi kamu vin, aku tau kamu pasti
enggan kalau aku ngomong dulu mau
bawain ginian, makanya aku langsung
bawa aja. Dan tolong di terima, karena aku
gak nerima penolakan!" tegas Alex.
"Udahlah jangan dipikirin, yang
namanya saling bantu sesama teman itu
sudah hal biasa!" Sambung Alex
kemudian.
"Baiklah" jawab Alvin pasrah.
"Lain kali kalau kamu butuh apa aja,
bilang Lex, barangkali aku bisa bantu kamu" ujar Alvin.
"Sekarang aku butuh bantuan kamu
Vin" ucap Alex.
"Aku nginep sini ya, sekalian abis gini
ikut balap" ujar Alex seraya menarik
turunkan alisnya.
"Halah, kalau itu sih biar pun aku gak
mau, kamu juga bakal tetep maksa Lex"
keluh Alvin.
Tak lamna kemudian keduanya pun
tampak berangkat, ke arena balap liar
yang biasa Alex kunjungi. Alvin pun
mulai terbiasa dengan suasana yang ada.
Semua berjalan dengan sebagaimana
mestinya seperti biasa, namun saat di
pertengahan putaran pertandingan, suara
sirine polisi datang mulai menggema,
membuat seluruh pembalap maupun
penonton berhamburan pergi.
Alvin yang sedang menunggu Alex
yang saat itu sedang lomba pun bingung
harus pergi kemana, hingga akhirnya
dirinya diciduk oleh salah satu polisi dan
dinaikkannya ke atas mobil dengan baik
terbuka, seperti seorang tersangka.
Alvin pun terkejut dan kaget, ia
belum pernah mengalami hal seperti ini.
Sesampainya di kantor polisi, betapa
terkejutnya Alvin begitu melihat Alex
sudah berada di sana, namun begitu
Alvin melihat Alex, Alex segera
menggelengkan kepalanya, membari
memberi tanda untuk diam. Dengan
maletakkan satu jari telunjuknya di depan
mulut.
"Dimana motor kamu?!" hardik pak
polisi yang menginterogasi Alvin.
"Ya Allah pak, dari tadi kan saya sudah bilang, saya gak bawa motor pak, saya
cuma lihat saja tadi" jawab Alvin jujur.
"Lalu bagaimana kamu bisa kesana
kalau gak bawa motor, jangan coba-coba
bohongi saya kamu ya!!?" teriak polisi
tersebut.
"S saya jalan kaki pak, rumah saya
dekat daerah sana" jawab Alvin kali ini
terpaksa berbohong.
Sang polisi yang masih belum percaya
pun terus menginterogasi, sampai pada
akhirnya meminta Alvin untuk
menghubungi kedua orangtuanya agar
membuat surat keterangan dan
menjemputnya.
"Maaf pak, saya Ndak ada orang tua"
ucap Alvin.
"Ya sudah kamu harus dipenjara
sampai ada yang berani membebaskan kamu dengan memberi jaminan" ujar
polisi tersebut.
Alvin pun diminta menunggu di
bangku panjang, bersama dengan yang
lain, terpisah dengan Alex yang berada di
seberang.
Tak lama kemudian terdengar gaduh
suara para orang tua yang mulai
berdatangan, banyak dari mereka yang
langsung memarahi dan memukuli
anaknya, membuat Alvin menatapnya
dengan pandangan iri.
Hingga tiba saat mama Rosa dan
suaminya datang mencari Alex, mereka
pun segera memberi keterangan dan
membuat surat pernyataan untuk anak
mereka agar tidak mengulangi lagi.
Setelah itu, barulah Alex dibebaskan.
"Loh Alvin!" sapa mama Rosa.
Sementara Alvin yang disapa
demikian hanya bisa memamerkan
senyumnya.
Melihat Alvin yang juga berada
disana, membuat mama Rosa segera
menatap Alex dengan tatapan tajam,
sementara Alex hanya bisa tersenyum
lebar seolah sudah tahu bahwa dirinya
akan segera menjadi sasaran kemarahan
sang mama.
"Orang tua sudah mau kesini vin?"
tanya mama Rosa. Sementara Bintang
langsung menggeleng.
"Pa, sekalian bantuin Alvin keluar
dari sini pa, ini pasti anakmu yang
ngajakin Alvin, kalau bukan Alex gak
mungkin Alvin juga berada disini, ya
kan Lex?" pinta mama Rosa pada sang
suami, yang kemudian beralih bertanya
pada Alex.
"Hehe iya ma, tolong bantuin ya pa.
Alex yang maksa Alvin buat nemenin
Alex tadi pa" pinta Alex pada papa
Ferdinan.
Sang papa pun hanya bisa
menggelengkan kepalanya heran, namun
tetap memenuhi permintaan sang anak
dan istrinya. Hingga Alvin pun ikut
terbebas.
"Alex, langsung pulang! Gak usah
keluyuran lagi" perintah sang mama tegas.
Sejak tadi memang hanya mama Rosa
yang terlihat memarahi Alex, namun
bukan berati papa Ferdinan akan tetap
saja, biasanya jika sudah seperti ini, sang
papa baru akan menasehati dengan
mendudukkan Alex di ruang kerjanya
nanti.
"Alex mau anter Alvin dulu ma" jawab Alex. Tidak mungkin ia menginap
jika kondisinya sudah seperti ini.
"Alvin ikut pulang kita aja, nginep
dirumah aja vin. Saya gak mau kalian
keluyuran malem-malem gini. Nanti pasti
mampir mampir lagi!" Perintah mama
Rosa, membuat Alex segera mengajak
Alvin untuk menuruti keinginan sang
mama agar masalahnya tidak semakin
berkepanjangan.