Terjebak di sebuah negri yang tak dikenal.
Di sanalah kisah ini bermula, pertemuan yang tak terduga antara DEVNIA ANGGARA RISMA dan pangeran ALFATIH LYSANDER menumbuhkan benih cinta di hati sang pangeran, namun ketidak pekaan Nia terhadap rasa yang dimiliki Ly membuat kegilaan laki-laki itu muncul.
Cinta beda alam akankah semesta mendukungnya?
Yuk ikuti kisah mereka!
Untuk kalian semua pembaca setia novel Toon salam kenal dariku Diomira antika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diomira antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 berjuang part 1
Jadinya dia hanya pasrah mengikuti alur jalan cerita ini.
"Ly... apa kau mendengar ayah, Ly!" pangeran Ly terdiam dan lansung duduk menyambut telepati yang sedang di lakukan ayahnya.
"iya ayah Ly mendengar, ada apa?"
"purnama bulan ke tiga kau sudah harus membawa istrimu kembali, karena itu waktu yang tepat bagimu untuk mendapatkan kekuatan itu tepat di malam bulan purnama merah itu adalah waktu yang langka, dan kamu juga harus bergerak cepat karena mereka juga sedang bergerak dan berencana menikahkan nia dengan kesatria bergen alpha itu. jangan sampai kau kalah cepat darinya Ly."
"baik ayah aku paham, hanya saja ternyata sangat sulit meraih hati dan cinta seorang wanita Ly kesulitan ayah, karena nia sedikit pun tidak mengenal Ly."
"itu akan lebih mudah bagimu untuk mendekatinya sebagai sosok yang baru, karena jika dia tau kamu yang sekarang adalah suaminya dari alam lain mungkin dia akan takut denganmu dan yang pasti dia akan menjauhi mu, belajarlah untuk tenang Ly bergerak cepat tapi jangan kegabah."
"baik ayah Ly akan mencobanya."
"bagus ayah tunggu hasilnya."
Telepati pun terputus.
Pangeran Ly menghela nafas panjang, pasalnya dia sama sekali tidak berpengalaman dalam hal mengejar cinta.
"apa yang harus aku lakukan agar istriku bisa jatuh cinta padaku, tadi aku sudah mengikuti tutorial cara romantis tapi tidak membuahkan hasil apapun, apakah harus aku menjadi diriku sendiri, ya sepertinya itu lebih baik dari pada kepalaku pusing memikirkan diriku harus jadi seperti apa." ucap pangeran Ly pada dirinya sendiri.
Keesokan paginya Nia turun ke lantai satu dengan wajah di tekuk, sampai di meja makan diapun sarapan dalam diam, Arka dan Risma saling menatap.
"Nia sayang kamu marah ya perihal semalam?" Arka bertanya.
"papa pikir aja sendiri. "
"Nia...tidak baik bicara ketus begitu pada orang tua!" Risma menegurnya.
"Habisnya mama dan papa nyebelin sih, sekalipun kalian tidak pernah membahas soal ini dengan ku, tau-tau lansung kayak gini kalian pikir dong siapa yang nggak syok coba, siapa yang nggak marah coba tanpa adanya tanya jawab kalian lansung mengambil keputusan. udah deh aku nggak jadi sarapan nggak selera." ucapnya dengan kesal lalu bangkit dari kursi bergegas meninggalkan meja makan.
"Nia...!" Risma berteriak dari posisinya.
"sudah sayang biarkan saja dulu, kita tunggu dia tenang, setelah itu baru nanti kita ajak dia bicara dari hati ke hati." kata arka menenangkan emosi Risma yang sudah siap meledak.
Di kampus nia masuk kedalam kelasnya dengan ekpresi betek, pangeran Ly lekas menutup buku yang sedari tadi di bacanya, sebenarnya bukan membaca sih hanya melihat-lihat saja, akibat bosan tidak ada aktivitas.
"kenapa tuh bibir malah maju lima senti begitu, biar lebih keliatan ya?" tanyanya menggoda Nia.
Eh yang di goda malah marah, "kurang ajar ya kamu, sana pergi nggak usah ganggu, aku lagi males ngomong." jawabnya ketus.
"lah itu tadi ngomong, hati-hati loh ya nanti tuh bibir malah nggak Bali ke semula lagi."
"apa sih nggak jelas banget kamu, udah sana....pergi sana!" kembali Nia mengusir pangeran Ly, tapi pangeran Ly tetap diam di posisinya.
Melihat pangeran Ly hanya diam Nia malah bangkit lalu menariknya berniat benar-benar mengusir pangeran Ly dari sana.
"aku tidak akan pergi dari sini kita sama-sama ingin belajar jadi kita punya hak yang sama untuk duduk di kursi yang sudah di tentukan ini jadiiii... kamu tidak punya hak untuk mengusir ku dari sini, lagi pula aku hanya bertanya kenapa kamu begitu sensitif bahkan menanggapinya dengan emosi, sepertinya kamu memang lagi butuh obat." jawab pangeran Ly tanpa dia sadari disini dialah yang banyak bicara bahkan sedikit meleber kemana-mana mungkin bawaan emosinya semalam kepada Nia yang tidak tersalurkan.
"apa katamu aku butuh obat, kamu tuh yang butuh obat, obat mati sekalian, emp." mata Nia melotot saat secara tiba-tiba pangeran Ly menyambar bibirnya melumat lembut tapi singkat di sana.
"hati-hati saat bicara Nia, karena mulut adalah sumber bencana, jika tidak ingin celaka karenanya sebaiknya kamu pikir dulu sebelum berucap." pangeran Ly segera keluar dari kelas untuk sekedar meredam emosi yang ada.
Di dalam kelas dia mematung, rasa ciuman itu, bibir itu, sensasinya masih sangat terasa dan Nia mengenalinya, untung di kelas tidak ada orang lain selain dari mereka berdua karena kelas memang baru akan di mulai 15 menit lagi.
"Tidak itu tidak mungkin, tidak mungkin dia ada di sini, aku pasti hanya berhalusinasi, tidak mungkin dia pangeran Ly." ucap Nia menyangkal semuanya.
Dia duduk di kursinya kepalanya terasa berdenyut merasakan banyaknya masalah yang kini harus dia hadapi. perjodohan yang tak terduga, serta laki-laki itu Nia benar-benar bingung.
Singkat cerita jam pelajaran pun di mulai, pangeran Ly baru masuk kedalam kelas hampir berbarengan dengan dosen yang juga masuk ke dalam kelas.
Pangeran Ly duduk di kursinya, mengabaikan begitu saja Nia yang kini sedang menatapnya dengan puluhan pertanyaan.
3 jam kemudian pelajaran pun selesai semuanya bergegas keluar, tanpa perkataan apapun pangeran Ly meletakan setangkai bunga mawar di meja Nia, Nia yang waktu itu sedang memasukkan alat tulisnya ke dalam tas lekas terdiam menatap bunga itu, lalu menatap kearah punggung pangeran Ly yang kini sudah menghilang di balik pintu masuk.
Pelan tangan Nia terangkat untuk meraih bunga itu, lalu menatapnya lekat, "tidak mungkin, dia pasti lebih dari seorang laki-laki yang sedang kagum terhadap seorang wanita, pasti lebih dari itu, atau jangan-jangan dia beneran pangeran Ly, sepertinya aku memang harus bicara denganya."
Nia bangkit dan hendak berlari menyusul pangeran Ly, namun saat itu juga hpnya berdering, "kak Ridwan ada apa ya kenapa dia menghubungi ku?" Nia bertanya pada dirinya sendiri.
"hallo kak ada apa?" tanya nia tanpa basa-basi.
"Nia bisa kita bertemu sebentar ada yang ingin aku bicarakan dengan mu?"
"bisa kak, emangnya kakak di mana?"
"kamu tunggu di situ biar aku yang jemput."
"baiklah kak aku tunggu."
Panggilan terputus.
Nia berdiri di depan gedung fakultas nya, tidak lama kemudian sebuah mobil mewah berhenti tepat di depannya, seorang pemuda tampan keluar dari mobil lalu menghampirinya, siapa lagi kalau bukan Ridwan.
"Nia maaf membuatmu menunggu!" ucapnya ramah seperti biasa di hiasi senyum yang menawan di bibir tipisnya.
"santai kak baru juga lima menit." jawab Nia.
"yuk kita berangkat!" ajak Ridwan sambil membukakan pintu mobilnya untuk Nia.
"kemana kak bukankah katanya kakak ingin bicara?"
"iya Nia sayang aku memang ingin bicara tapi tidak di sini oke, kita cari tempat yang nyaman untuk mengobrol." jawab Ridwan.
"sayang???" Nia mengulang kalimat yang tadi keluar spontan dari mulut Ridwan.