Pura-Pura Miskin

Rasya berjalan memasuki halaman rumah nya, dia merasa lelah, tak hanya tubuhnya terlebih pikirannya. Bagaimana bisa Rasya marah marah seenaknya. Apa aku pulang dan menyerah? mama...aku butuh mama.

...****************...

Lima hari berlalu, tidak ada komunikasi diantara keduanya. Hanya Dirga yang terus berusaha mendekati lili.

Hari ini tidak berminat untuk berangkat bekerja, Dia mengatakan pada Giska jika dirinya tidak enak badan, dan menunda pemotretan hingga esok hari.

Jujur saja lili merasa kehilangan, dia kehilangan semangat nya, berulang kali dia mengambil ponselnya dan ingin menelpon Rasya, tali dia urungkan kembali.

Siang ini lili mendapatkan sebuah bingkisan. Ini adalah bingkisan keempat yang dia terima selama empat hari ini. Dia membukanya perlahan, kotak berisi coklat kesukaan nya, dan sebuah amplop.

Biasanya semua bingkisan yang datang, tidak menunjukkan nama pengirimnya tapi kali berbeda, ada sebuah surat di dalamnya. Rasa ingin tahu lili meronta ronta. Apakah ini dari Rasya? senyum tipis terbit di bibirnya, benarkah dia seromantis ini, apakah dia ingin meminta maaf padaku?

Tangan lili dengan cepat meraih kertas tersebut dan membacanya.

Lili sayang, maafkan aku, aku sadar aku salah. Tapi please, maafkan aku. Aku masih sangat mencintaimu.

Dito

Lili memegang erat kertas tersebut dan tanpa sadar dia meremasnya. Dia bilang apa! cinta, setelah semua yang dia lakukan kepadaku? tidak, aku bukan lili yang dulu, dulu aku begitu bodooh, percaya padanya begitu saja. Setelah menguras habis semua uangku. Kini saat aku kembali bersinar dia ingin kembali. Aku tidak bodoh,

Lili merasa kecewa, dia mengambil coklat tersebut dan membuangnya ketempat sampah. Lili berjalan kembali kedalam kamar, dan merebahkan dirinya di tempat tidur.

Hatinya kecewa dan sedih, jadi yang mengirimkan semua hadiah ini, Dito bukan Rasya?

Apa yang aku harapkan, kadal mesum itu bahkan tidak menghubungiku. Sadar lili, dia dan kamu hanya sebatas kontrak. Hati sadarlah, jangan jatuh cinta padanya.

...****************...

Sementara di Jepang, Rasya juga tak bisa melupakan lili. Bayangan wajah lili, kenangan indah saat mereka naik motor bersama, dan juga pertengkaran diantara mereka terus saja berputar dikepalanya.

Rasya ingat betul setelah kejadian malam itu, dia berusaha menahan hatinya untuk menemui lili, dan tak menghubunginya. Rasya berusaha menepis bayangan lili yang selalu datang menghampirinya.

"Semua sudah selesai, bos" Reno memberikan berkas terakhir yang harus dia tanda tangani.

"Besok, kita akan pulang. Malam ini temani aku ke club."

"Baik, bos" Reno menyimpan berkas tersebut . Rasya bangkit diikuti oleh Reno. Mereka menuju klub dimana pertama kali Rasya bertemu dengan liliana.

Dia duduk dan menikmati minuman didepannya. Reno semakin merasa aneh, baru kali ini bosnya mabuk setelah dulu, dia dikhianati oleh Dewi, sang mantan kekasih.

Dalam mabuknya Rasya mulai meracau. "Kau tahu, disini aku pertama kali bertemu dengan gadis nakal itu, dan dia, dia menciumku!' ucapnya.

"Setelah itu aku menciumnya balik, tapi kau tahu, apa yang terjadi, dia justru menamparku! padahal dia duluan yang memulainya. Dan setelah itu kami kembali bertemu... dia...bisa bisanya dia membuat hatiku galau..."

"Bos, sebaiknya kita pulang. Anda sudah mabuk" ajak Reno.

Reno memapah bosnya keluar klub dan kembali ke kamarnya. Sepanjang jalan Rasya terus meracau.

"Reno, kau tahu, dia menolak ku, berani sekail dia menolak seorang Rasya. Apa dia tidak tahu, aku bisa melakukan apapun padanya. Aku bahkan bisa membeli dunia untuknya, hehehe...Gadis aneh, tapi aku menyukainya..." setelah bicara Rasya jatuh tertidur.

Reno membaringkan bosnya di tempat tidur, dan dia membuka sepatunya. Kemudian dia meninggalkan kamar Rasya dan kembali ke kamarnya.

Reno menelpon seseorang, setelah itu dia pun membaringkan tubuhnya dan tidur.

Ditempat lain, seseorang tersenyum lebar, aku semakin penasaran, bagaimana dia bisa jatuh hati pada gadis bar bar itu. Aku tak yakin dia bisa menaklukkannya, dan aku sangat penasaran, akankah dia berhasil atau kembali patah hati. Rasya.....aku sangat tak sabar menunggu saat itu." ucapnya pelan.

"Terus awasi dia, jangan sampai ada yang terlewat, jika waktunya sudah tepat. Kita akan bertindak." perintahnya pada seseorang diseberang.