NovelToon NovelToon
Bukan Upik Abu

Bukan Upik Abu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konglomerat berpura-pura miskin / Keluarga / Bullying dan Balas Dendam / Cinta Seiring Waktu / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Mereka melihatnya sebagai Upik Abu. Mereka salah besar. Regina adalah CEO muda yang menyimpan rahasia besar. Di rumah mertua, ia menghadapi musuh yang tak terlihat dan cinta yang diuji. Mampukah ia mengungkap kebenaran sebelum terlambat? Ataukan ia akan kehilangan segalanya? Kisah tentang cinta, keluarga, dan rahasia yang bisa mengubah takdir seseorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Upik Abu Eps 31

Setelah berkonsultasi dengan dokter obgyn, Regina dan Bima terbang ke Arab Saudi untuk menjenguk keponakan baru mereka.

Perjalanan lima belas jam itu, untungnya, berjalan lancar tanpa perubahan jadwal penerbangan.

Regina tampak sangat antusias, meskipun sedikit lemas karena mabuk udara. Bima hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya.

Bima pun menjadi lebih protektif, tak ingin kejadian pahit di masa lalu terulang.

Siapa yang rela kehilangan anak untuk kedua kalinya? Siapa pula yang tahan didiamkan istri selama hampir setengah tahun?

Mungkin, jika diberi pilihan, Bima lebih memilih adu jotos dengan kolega daripada didiamkan oleh istrinya.

Morgan menjemput mereka di bandara. Ketiganya berpelukan hangat. Hanya Meghan yang tidak diberi tahu tentang kedatangan mereka.

Regina ingin memberikan kejutan untuk sahabat sekaligus keluarganya itu. Ya, bagi Regina, Meghan bukan sekadar sahabat atau teman kerja, melainkan sudah seperti keluarga sendiri.

 ******

Dio merasakan ponselnya berdering. Ia segera menerima panggilan itu, menjauh dari Meghan.

Saat kembali, wajah Dio berseri-seri dan terus tersenyum. Meghan heran melihat tingkah calon suaminya.

"Ada apa?" tanya wanita cantik yang mengenakan kaftan putih dan hijab senada.

Dio tersenyum sambil menggelengkan kepala, "Tidak ada," jawabnya singkat.

Meghan mendengus kesal. Rasa penasarannya memuncak saat mendengar suara yang sangat dikenalnya mengucapkan salam.

"Assalamualaikum," ucap Bima dan Regina, yang langsung disambut pelukan hangat oleh Aisyah dan Ahmed. Aisyah dan Elea bergantian memeluk Regina.

Satu lagi orang yang mereka anggap seperti anak sendiri. Meghan langsung menuruni tangga setengah berlari, membuat Dio bangkit dan meraih tangannya.

"Pelan-pelan saja," ucap Dio. Di tengah jalan, mereka bertemu Syifa, keponakan Dio. "Tolong jaga bayiku sebentar ya," pinta Dio.

"Lama juga nggak papa, Kak," jawab Syifa sambil tersenyum.

Sesampainya di lantai bawah, suasana riuh semakin terasa, apalagi saat Regina dan Meghan bertatapan.

Awalnya, Regina ingin langsung ke kamar dan masih bertanya pada Aisyah.

Namun, rasa penasaran Meghan mengalahkan segalanya, bahkan melebihi tingginya gunung. Ia pun turun sendiri. Beberapa paper bag yang dibawa Regina langsung berserakan.

Meghan berjalan mendekat ke arah Regina. Saat jarak mereka hanya beberapa meter, Meghan terdiam, terpaku. Apakah benar apa yang dilihatnya?

Hingga akhirnya Regina mengulurkan tangan, meminta Meghan mendekat. Meghan mengangguk. Kini, keduanya berpelukan erat, meluapkan rasa rindu yang membuncah.

Tangis haru pun mewarnai suasana. "Masya Allah," ucap Regina, takjub melihat penampilan Meghan yang sekarang. Ia sangat senang melihat wanita yang dulunya selalu berpenampilan terbuka kini menutup aurat dengan sempurna.

"Kamu sehat?" tanya Meghan. Regina mengangguk. "Mana bayimu?"

"Ada di lantai atas, ayo ke kamar," ajak Meghan. Regina menggeleng, lalu mengelus perutnya yang mulai membuncit.

Meghan seolah bertanya melalui tatapan mata. Regina mengangguk dan tersenyum. "Alhamdulillah," ucap Meghan, tak sungkan menghujani wajah sahabatnya dengan kecupan sayang.

****

Malam itu menjadi malam terindah bagi Aisyah dan Ahmed.

Pertemuan yang tak disengaja itu justru menyatukan mereka menjadi keluarga utuh. Lantunan ayat-ayat suci Al-Quran menggema memenuhi ruangan.

Dengan tangan bergetar, Dio menggendong bayinya, membacakan doa dan membisikkan nama sang bayi di telinga kanannya.

Perlahan, Dio mulai berjalan. Para tetua dan anggota keluarga yang dituakan bergantian mencukur rambut cucu mereka. Tak lupa, mereka mengoleskan minyak wangi dan mengecup singkat bayi laki-laki berambut jabrik itu.

Muhammad Dio Al-Fattah, nama yang indah untuk putra Dio dan Meghan. Elea menatap haru ketiganya. Hanya Ruelle yang tidak bisa hadir di sana.

"Lihatlah anak, menantu, dan cucumu. Jika kamu ada di sini, kamu pasti ikut bahagia. Sudahi dendammu, Ruelle, pulanglah pada kami," jerit hati Elea. Ia tak kuasa menahan tangisnya, hingga memutuskan untuk meninggalkan acara sejenak. Ia tak menyadari selendang yang dikenakannya terkait pada kancing baju salah seorang tamu.

Tamu itu pun terpaksa mengikutinya. Ingin berteriak, rasanya tak mungkin, karena suaranya tak akan terdengar.

Sesampainya di dapur, suasana cukup sepi. Elea merasa ada yang mengikutinya. Spontan, ia menoleh. Duarrrr....

Bagaikan disambar petir di siang bolong, pria yang baru saja ia sebut dalam hatinya kini berdiri tegap di belakangnya.

Tangis Elea semakin deras. Ruelle membawa istrinya ke dalam pelukannya, sambil menciumi pucuk kepalanya.

"Maafkan aku, maafkan aku," hanya kata-kata itu yang mampu mewakili perasaan bersalah Ruelle kepada kedua anak dan istrinya.

Perlahan, Morgan mendekati keduanya. "Ayah?" lirih Morgan, namun masih dapat didengar oleh mereka. Mereka pun serempak menoleh.

Di sana, Morgan sudah bermandikan air mata. Ruelle mengayunkan tangannya, meminta putranya mendekat.

Kini, ketiganya larut dalam tangis haru. "Aku nggak diajak?" suara seorang wanita mengejutkan mereka. Mereka tersenyum. Ruelle menarik pelan tangan putrinya.

Akhirnya, doa Elea langsung dikabulkan oleh Allah. Sungguh kebahagiaan yang tiada tara.

Semua orang bertepuk tangan menyaksikan keluarga yang pernah terpisah kini bersatu kembali dalam acara sakral tersebut.

Ahmed merangkul besannya, mengajak Ruelle duduk di meja makan. Ruelle menundukkan kepala, merasa malu.

Keluarga yang dulu ia benci karena dengan mudah menerima kesalahan putrinya, dan kemudian menerima putra serta istrinya untuk tinggal bersama, kini justru merangkul dirinya.

"Maafkan aku," ucap Ruelle, terdengar seperti anak kecil yang takut dimarahi orang tuanya. Tangannya tak henti-hentinya memilin ujung baju yang dikenakannya.

"Tidak apa-apa. Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan kekerasan. Selagi orang yang bersangkutan berusaha berubah menjadi lebih baik, kenapa tidak?" ucap Ahmed sambil melirik ke arah Dio.

Dio hanya mencebik mendengar sindiran dari ayahnya. Ia memilih pergi dari dapur daripada menjadi bulan-bulanan sang ayah.

Proses menjadi lebih baik adalah perjalanan tanpa akhir yang membutuhkan keberanian untuk menghadapi ketidakpastian, ketekunan untuk mengatasi rintangan, dan kerendahan hati untuk mengakui kesalahan. Jangan pernah berhenti menjelajahi potensi diri, karena di setiap langkah terdapat pelajaran berharga yang akan membentukmu menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan bermakna.

Mohon maaf, mungkin bab yang ini makin kesana kemari, aku lagi kurang fit mohon doanya teman-teman ❤️

1
🚨🌹maly20🌹🏵️
Bagus banget nih novel, author terus berkarya ya!
Ceriwis: Alhamdulillah 😍 terimakasih ❤️
total 1 replies
Azure
Endingnya puas. 🎉
Ceriwis: Alhamdulillah 😍 kalau kakak puas 😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!