Main Villain System

Tuan Kota, seorang pria paruh baya yang tambun bernama Huang De, melangkah maju. Dengan senyum lebar terpampang di wajahnya, dia membentangkan tangannya lebar-lebar.

"Selamat datang, para pahlawan muda Floating Cloud City!" teriaknya, suaranya yang diperkuat oleh energi menggema di seluruh arena. "Seperti tahun-tahun sebelumnya, aturan turnamen ini sederhana! Ada seratus arena kecil di bawah sana. Para peserta dari klan-klan yang lebih kecil akan mengambil undian untuk menentukan lawan dan arena kalian!"

Dia menunjuk ke sebuah kotak undian besar.

"Kalian akan bertarung dalam sistem gugur. Pemenang dari setiap arena akan maju. Proses ini akan berlangsung sampai kita mendapatkan 64 finalis terkuat! Dan 64 finalis inilah yang akan bertarung di Panggung Utama ini besok, untuk memperebutkan hadiah utama dan kemuliaan!"

Dia berhenti sejenak, lalu suaranya menjadi lebih keras.

"Adapun para jenius yang telah diakui dari Tiga Klan Besar... mereka adalah peserta unggulan! Mereka tidak perlu berpartisipasi dalam babak penyisihan yang membosankan ini!"

Dia membungkuk sedikit ke arah area VIP Klan Luo, Xiao, dan Klan besar lainnya. "Mereka akan langsung masuk ke babak 64 besar besok!"

Aku hampir menguap lagi. Jadi aku tidak perlu bertarung hari ini? Aku hanya duduk di sini dan menonton para udang kecil ini saling membantai?

'Sistem,' kataku dalam benakku, sedikit kesal. 'Bagaimana aku bisa mencuri panggung utama jika aku bahkan tidak diizinkan di atas panggung? Misi macam apa ini?'

[Menganalisis Misi "Pencuri Panggung Utama". Host adalah peserta unggulan. Status ini menghalangi partisipasi di babak penyisihan.]

[Saran Sistem: Host dapat secara sukarela melepaskan status unggulannya dan berpartisipasi dalam penyisihan.]

Aku tersenyum tipis. Ide yang bagus. Tapi... itu terlalu merepotkan. Harus bertarung puluhan kali hanya untuk sampai ke final? Buang-buang waktu. Pasti ada cara yang lebih efisien untuk membuat keributan.

Sementara aku sedang berpikir, di area Klan Lin, si protagonis sampah Lin Feng maju untuk mengambil undiannya. Dia tampak bersemangat, matanya membara. Dia pasti melihat ini sebagai awal dari kebangkitan legendarisnya. Dia mengambil gulungan bambu kecilnya.

"Lin Feng, Klan Lin. Arena 34!" teriak panitia.

Lin Feng bergegas menuju arenanya, siap untuk mengejutkan dunia. Di arena lain, keributan kecil terjadi.

"Lihat! Itu Wang Li dari Klan Wang!"

"Kudengar dia sudah mencapai Qi Refinement Level 7! Dia salah satu kuda hitam tahun ini!"

Aku melirik ke Arena 17. Seorang pemuda berotot dengan wajah sombong berdiri di sana, lawannya adalah seorang murid Level 5 yang tampak ketakutan.

"MULAI!"

Wang Li itu meraung seperti harimau dan menerjang. Dia menggunakan 'Tiger Claw Fist', sebuah teknik yang tampak garang. Murid yang lebih lemah itu mencoba memblokir, tapi cakaran itu merobek pertahanannya dan menghantam dadanya.

KRAK!

Suara tulang rusuk patah terdengar jelas. Murid itu terlempar dari panggung sambil memuntahkan darah, pingsan seketika.

"PEMENANG, WANG LI!"

Kerumunan bersorak. Wang Li mengangkat tangannya, menikmati pujian itu. Dia kemudian melirik ke arah area VIP Klan Luo, tepat ke arahku. Dia menyeringai mengejek dan membuat gerakan menggorok leher.

Oh? Beraninya seekor serangga menantangku?

Ayahku di sampingku mendengus. "Wang Li itu. Ayahnya baru saja menjalin bisnis dengan Klan Xiao minggu lalu. Dia jelas-jelas mencoba menjilat Xiao Linyu dengan memprovokasimu."

'Jadi begitu. Hanya seekor anjing pesuruh.'

Aku berdiri. Seluruh arena, yang tadinya fokus pada banyak pertarungan, tiba-tiba terdiam. Semua mata tertuju padaku.

"Chen'er, apa yang kau lakukan?" tanya ayahku, cemas. "Kau peserta unggulan, kau tidak boleh turun."

Aku mengabaikannya. Aku melompat ringan dari area VIP. Alih-alih mendarat di tanah, aku menggunakan 'Void Step' hanya dengan satu hentakan ringan.

SWOOSH!

Dalam sekejap mata, aku menghilang dari tribun VIP dan muncul kembali... tepat di tengah Arena 17, berdiri berhadapan dengan Wang Li yang sombong itu.

Seluruh stadion meledak dalam keriuhan.

"APA YANG DIA LAKUKAN?!"

"DIA MELEPASKAN STATUS UNGGULANNYA?!"

Wang Li, yang tadinya sombong, kini tampak kaget dan sedikit gugup karena kemunculanku yang tiba-tiba. Tapi dengan cepat, dia mengubahnya menjadi seringai ganas.

"Hahaha! Tuan Muda Luo Chen! Aku tidak menyangka kau punya nyali untuk turun! Kau ingin mati begitu cepat?!" teriaknya, memastikan seluruh arena mendengarnya.

Tuan Kota Huang De di panggung utama tampak bingung.

"Tuan Muda Luo... ini di luar prosedur..."

Aku mengangkat tanganku, memotong perkataannya. Aku menatap Wang Li.

"Aku di sini bukan untuk bertarung dalam penyisihan," kataku, suaraku tenang, tetapi berkat Demonic Qi-ku, suaraku terdengar oleh semua orang di sekitar arena. "Aku di sini untuk membersihkan sampah."

"APA KATAMU?!" Wajah Wang Li memerah.

"Wasit," aku menoleh ke panitia yang kebingungan di samping panggung. "Mulai pertarungannya."

Sang wasit menelan ludah, menatap Tuan Kota, yang akhirnya mengangguk pasrah. Ini adalah drama yang diinginkan penonton.

"Ba-baik! Pertarungan... MULAI!"

"MATI KAU, LUO CHEN!"

Wang Li, yang merasa harga dirinya diinjak-injak, meledak dengan seluruh kekuatannya. Dia menggunakan jurus yang sama, 'Tiger Claw Fist', Qi kuning melonjak di sekitar kelima jarinya, lebih kuat dari sebelumnya. Dia menerjang ke arahku, berniat mencabik-cabik wajahku.

Kerumunan menahan napas. Xiao Linyu di seberang sana tersenyum dingin, jelas menikmati pemandangan ini. Lin Feng di arenanya sendiri bahkan sampai berhenti, menatap dengan tegang.

Aku berdiri diam. Aku bahkan tidak repot-repot menghunus pedangku.

Tepat saat cakarnya yang tajam tinggal satu inci dari mataku... aku bergerak.

Aku tidak menggunakan 'Void Step'. Aku hanya menggunakan kecepatan murni dari tubuh Foundation Establishment-ku.

Bagi semua orang di tribun, yang mereka lihat hanyalah sekelebat bayangan hitam.

Tanganku bergerak lebih cepat dari serangan Wang Li. Aku tidak menangkap pergelangan tangannya. Aku langsung menangkap wajahnya. Kelima jariku mencengkeram tengkoraknya seperti cakar elang mencengkeram kelinci.

Serangan Wang Li berhenti seketika. Seluruh momentumnya terhenti. Matanya melotot ngeri, tubuhnya tergantung tak berdaya di udara, hanya ditopang oleh cengkeramanku di wajahnya.

"Kau..." dia mencoba berbicara, suaranya teredam.

"Berisik," desisku.

Lalu, dengan satu gerakan santai, aku mengangkatnya... dan membanting kepalanya terlebih dahulu ke lantai batu arena.

BOOOOOOM!

Seluruh arena bergetar. Lantai batu di bawah kepalanya retak seperti jaring laba-laba. Darah dan materi otak menyembur ke segala arah. Tubuh Wang Li kejang hebat sekali, lalu diam selamanya.

Mati seketika.

Keheningan total langsung melanda lima puluh ribu penonton.