Sivania Amelia merupakan putri dari keluarga konglomerat. Tanpa kasih sayang orang tua dan perhatian dari semua orang membuatnya menjadi sosok arogan.
Hingga suatu hari dirinya menemukan sebuah buku novel di lorong sekolahnya. Buku dimana dirinya menjadi tokoh antagonis. Seorang putri palsu yang berusaha keras untuk membunuh putri asli. Tapi berakhir dengan kematian tragis.
Anehnya, semua nama tokoh di buku itu merupakan anggota keluarganya. Satu persatu kejadian dalam buku benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Sebuah buku dengan akhir cerita kematiannya yang penuh derita.
Tapi satu hal berbeda, hati Sivania telah membeku, meninggalkan keluarganya untuk diberikan pada putri asli.
Ini bukan miliknya, maka dirinya akan membuang segalanya. Tapi kenyataan lain terbongkar membuat keluarganya memohon agar Amelia kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengikuti
Siska menatap aneh ke arah Tristan. Pasalnya ada yang panas tapi bukan api, ada yang mengepal tapi bukan nasi kepal, ada yang tegang, tapi bukan listrik. Jelas sekali pemuda ini sedikit jealous.
"Bukannya kalian sudah putus ya?" Tanya Siska mengangkat sebelah alisnya.
Tristan menelan ludah sedikit melunak. Benar! Kenapa dirinya setegang ini."Kami memang sudah putus. Tapi pria dan wanita tinggal bersama, bukankah itu hal yang tabu. Bagaimana jika tersebar. Aku memikirkan nama baik keluarga kalian." Kalimat mendominasi, menyembunyikan rasa tegang dan salah tingkahnya.
Tapi.
Ada yang kembali menyiram bensin. Benar-benar berani pemuda miskin ini. Bergelayut manja pada Amelia kemudian berucap."Aku tidak akan melakukan apapun yang dapat menghancurkan Amelia. Hanya tinggal bersama, karena semenjak Amelia mengetahui dirinya bukan anak kandung, dia selalu terlihat tertekan. Aku hanya ingin Amelia tidak merasa sendirian lagi."
Sungguh! Semua orang memandang wajah polos pemuda ini sebagai cinta tidak tergoyahkan. Bahkan Siska bergerak mendekat."Amelia kamu beruntung mendapatkan pria sebaik ini."
"Kamu sial mendapatkan biawak sebagai pacar. Lebih baik dengan dokter hewan. Aku jamin ada sayap malaikatnya." Ucap adiknya yang sudah seperti boneka Annabelle. Tidak tersenyum mengerikan, tapi jika sudah tersenyum lebih mengerikan lagi.
"Aku...kami masih dalam fase instrospeksi diri." Siska sedikit menunduk.
"Memangnya Roni kenapa?" Tanya Gina pelan pada putrinya.
Pikiran semua orang teralih, tentu saja Tiara tidak akan membiarkannya. Kali ini Amelia harus disudutkan oleh semua orang.
"Tristan...aku pergi saja." Tiara menunduk, menggigit bagian bawah bibirnya sendiri bagaikan ragu untuk berucap."Aku merasa mereka akan lebih bahagia tanpaku..."
Gina bergerak cepat mendengar kalimat dari putri kandungnya."Sayang... maafkan ibu, tidak ada maksud begitu."
"Amelia melakukan hal yang benar. Ini memang salahku karena tiba-tiba masuk ke keluarga ini. Aku tidak ingin Amelia menjadi pendendam. Lebih baik hanya Amelia yang menjadi putri kalian." Ucapnya pelan pada Gina. Tangisan terisak menyayat hati terdengar. Hingga semua orang melupakan pembicaraan tentang Biawak. Lebih konsentrasi pada Tiara yang berniat meninggalkan rumah.
"Sayang, ini memang dari awal adalah keluargamu." Gina memeluk putri bungsunya, mencoba untuk menghibur.
"Amelia! Sebaiknya kamu minta maaf sekarang. Apa yang kamu lakukan pada Tiara membuatnya trauma." Ucap Tristan dengan nada datar, namun tegas.
"Cih!" Amelia menatap ke arah lain. Dalam cerita novel yang ditemukan olehnya, seharusnya Tristan dan Tiara menikmati malam yang hangat untuk pertama kalinya, dalam penginapan di dekat pantai. Buat apa orang ini sok-sokan jadi pahlawan dengan menyuruhnya minta maaf?
"Amelia!" Bentak Narendra.
"Ini bukan hutan! Aku juga tidak tuli, aku bisa mendengar perintah kalian. Hanya saja aku tidak ingin melaksana---" Kalimat Amelia terhenti.
"Aku minta maaf. Mohon jangan benci Amelia karena telah menggantikan posisimu selama belasan tahun. A... Amelia bukan orang jahat, dia benar-benar orang yang paling baik yang pernah aku temui..." Kalimat dari pemuda yang lagi-lagi dapat membuat semua orang tertegun. Sulit untuk tidak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.
"Savier, jangan minta maaf...ini salah mereka. Kamu tidak tau apa-apa, kita ke kamarku saja ya?" Amelia berucap pelan, memegang jemari tangan Savier.
Dalam cerita novel yang ditemukan olehnya, dirinya tidak dilindungi oleh siapapun. Bahkan Savier tidak mengetahui tindakan kekerasan yang dialami olehnya. Tapi kini berbeda, Savier adalah kekasihnya bukan cuma fans, ada sepasang sayap malaikat yang melindunginya. Tentu saja dirinya akan balik melindungi Savier.
"Amelia..." Tristan mencengkeram lengan wanita ini. Wanita yang pada awalnya mencintainya seperti orang gila. Tapi sekarang terpedaya oleh pria sok polos ini.
"Apa? Memintaku berlutut di hadapan Tiara lagi? Maaf... Tiara bukan orang yang patut aku hormati." Amelia menepis tangan Tristan menatap tajam. Bukan tatapan lembut yang seperti diberikannya pada Savier.
"Tristan, tolong hormati keputusan Amelia. Kamu dan Tiara saling mencintai, Amelia juga sudah merestui. A...apa karena kamu merasa tersaingi olehku. A...aku hanya ingin membahagiakan Amelia." Ucap Savier, mendekat.
"Tolong restui kami." Ucap Savier tersenyum cerah tanpa dosa.
Pada akhirnya ada yang mendidih tapi bukan air. Ada yang mengamuk tapi bukan banteng. Ada tidak terima, tapi bukan arwah penasaran. Tristan merasa ada yang salah dengan dirinya. Tapi egonya membuatnya tidak sadar.
"Aku tidak akan merestui Amelia dengan pria manipulatif sepertimu." Ucap Tristan menarik kerah pakaian Savier.
Tapi Savier yang hanya berjarak beberapa centimeter dari wajah Tristan, berucap dengan bahasa gerakan bibir.'Pecundang.'
Tristan yang emosional mendorong Savier. Hingga bagaikan secara tidak sengaja tangannya menyentuh gelas.
Prang!
Bahkan kala terjatuh, telapak tangannya terkena pecahan. Sungguh tragis nasib pemuda berwajah malaikat ini.
"Savier!" Teriak Amelia mendekati, menatap nyalang pada mereka."Sudah puas kalian!? Untuk pertama kalinya Savier datang, sama sekali tidak ada kehangatan. Tangannya malah dilukai seperti ini. Aku... tidak apa-apa diperlakukan seperti ini. Tapi jangan coba-coba mengganggu pacarku!"
"Aku akan menghubungi dokter---" Kalimat Siska disela.
"Aku akan ke klinik bersama nya. Lagipula di rumah ini tidak ada orang yang benar-benar tulus." Sindiran telak dari Amelia yang bangkit memegang tangan Savier yang berlumuran darah segar.
Amelia terlihat begitu perhatian. Begitu pelan membimbing pria yang bagaikan selembar tissue rapuh ini melangkah.
"Amelia... jangan menyalahkan Tristan. Jangan jadikan keluargamu sebagai musuh." Ucap Savier pelan.
"Savier, kamu terlalu baik." Amelia sedikit berbalik kemudian berucap dengan tegas."Tristan, mulai hari ini kita adalah musuh."
"Kamu bermusuhan denganku hanya demi pria sok lemah sepertinya!?" Tristan meninggikan nada bicaranya.
"Savier tidak lemah, dia pria dengan hati yang paling kuat yang pernah aku temui." Kalimat dari Amelia melangkah keluar bersama Savier.
"Tristan, tenangkan dirimu. Lebih baik sekarang kamu berganti pakaian dan---" Kalimat Tiara terhenti, kala Tristan meraih kembali helmnya yang terjatuh. Kemudian kembali membantingnya hingga hancur.
"Om... Tante...aku pulang. Besok saat pikiranku lebih jernih aku akan membicarakan semuanya." Ucap Tristan melangkah keluar meninggalkan helmnya yang pecah.
"Tristan..." Panggil Tiara, tapi Tristan bagaikan tidak mendengarnya sama sekali. Berjalan keluar menuju tempat mobilnya diparkirkan.
"Ayah harus minta maaf pada Savier." Narendra menghela napas, bagaikan merasa melihat putra impiannya teraniaya.
"Benar! Savier anak yang manis dan baik hati. Tidak pantas dianiaya seperti ini." Gina merasa bersalah, sudah berimajinasi memiliki menantu yang baiknya bagaikan malaikat. Seperti putra idaman, mengingat kedua putrinya perempuan.
"Savier tidak sebaik yang kalian pikirkan. Di sekolah dia sering mero*kok, membantah perintah guru, dan menggangu siswi. Teman-temanku yang bilang." Ucap Tiara tertunduk.
"Tiara, kamu terlalu lugu, lain kali jangan sampai terhasut oleh temanmu. Savier anak yang baik dan rajin..." Siska menghela napas.
Sementara Tiara berusaha tersenyum."Baik..."
Benar-benar pria sialan.
***
Tristan melajukan motornya. Entah kenapa dirinya malah mengikuti mobil milik Amelia.
sehat sehat terus Thor
ada juga yg lagi usaha cari aman🤣🤣🤣