NovelToon NovelToon
REINKARNASI SANG DEWA KEKAYAAN

REINKARNASI SANG DEWA KEKAYAAN

Status: tamat
Genre:Identitas Tersembunyi / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Sinopsis

Arta, Dewa Kekayaan semesta, muak hanya dipuja karena harta dan kekuasaannya. Merasa dirinya hanya 'pelayan pembawa nampan emas', ia memutuskan menanggalkan keilahiannya dan menjatuhkan diri ke dunia fana.

Ia terperangkap dalam tubuh Bima, seorang pemuda miskin yang dibebani utang dan rasa lapar. Di tengah gubuk reot itu, Arta menemukan satu-satunya harta sejati yang tak terhitung: kasih sayang tulus adiknya, Dinda.

Kekuatan dewa Arta telah sirna. Bima kini hanya mengandalkan pikiran jeniusnya yang tajam dalam menganalisis nilai. Misinya adalah melindungi Dinda, melunasi utang, dan membuktikan bahwa kecerdasan adalah mata uang yang paling abadi.

Sanggupkah Dewa Kekayaan yang jatuh ini membangun kerajaan dari debu hanya dengan otaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 32

Bima mematikan telepon. Keheningan yang tajam menyelimuti ruang rapat. Bima, Risa, Tuan Banu, dan Rio, semuanya kini menatap ke layar ponsel yang menampilkan berita miring tentang Yura.

{Serangan Media Elina. Ia tahu pengadilan lambat, tapi media cepat. Ia menyerang Trust Fund Yura, Kepercayaan Sosial yang selama ini kubangun dengan susah payah. Ini adalah upaya Asset Devaluation yang disengaja.}

"Dia menyerang dari sisi moral, Bos," kata Rio, suaranya tercekat. "Menuduh kita menipu Warisan Dinda. Itu menjijikkan."

Tuan Banu, yang selama ini menghadapi ancaman fisik, kini menghadapi ancaman narasi yang tidak ia mengerti. "Jika berita ini tersebar, kontrak kita akan terpengaruh. Ini akan membatalkan semua Validasi Kepercayaan yang sudah kita dapatkan."

Bima menatap Risa. Tatapan mereka adalah konfirmasi aliansi, logika yang berpadu dengan emosi yang kuat.

"Dia ingin kita panik dan merespons dengan emosi, tapi kita akan merespons dengan sistem," kata Bima, suaranya dingin, kembali ke mode CEO. "Pak Wira sedang menyusun Press Release. Tugas kita adalah memastikan pesan itu tidak hanya legal, tapi juga emosional dan brutal."

Risa mengangguk. "Aku sudah menghubungi Tuan Satya. Dia menjamin jaringan media bisnisnya akan mem-back-up rilis kita. Kita akan menggunakan Warisan Dinda sebagai tameng tak tertembus."

Bima berdiri. Ia mengambil spidol dan menulis dua nama di papan tulis: Tante Elina dan Keluarga Pengambil Aset.

"Tuan Banu, Rio," perintah Bima. "Lupakan truk kontainer di luar untuk satu jam ke depan. Tugas kalian berdua adalah meriset satu hal, dan aku butuh kecepatan. Cari tahu total aset nyata dan aset beku Tante Elina, serta semua anggota Keluarga Pengambil Aset. Aku butuh angka pasti, aku butuh kerentanan likuiditas mereka."

"Siap, Bos," jawab Tuan Banu dan Rio serempak, segera mengalihkan fokus mereka dari logistik ke Due Diligence musuh.

Bima menarik Risa ke sudut ruangan. "Aku akan mempublikasikan data Warisan Dinda yang dicuri. Tapi, aku tidak bisa melakukannya sebagai PT. Aku harus melakukannya sebagai Bima, kakak Dinda."

"Maksudmu?"

"Aku butuh kamu untuk membongkar narasi ini di media sosialmu," kata Bima. "Tante Elina menyerang Dinda di ranah media. Kita akan membalasnya di panggung yang sama. Kamu adalah Jaring Pengaman Sosial Dinda yang paling kredibel. Sebuah tangisan tulusmu di media sosial tentang kebenaran Warisan Dinda akan memiliki Valuasi Jaringan seribu kali lipat lebih tinggi dari Press Release notaris mana pun."

Risa menelan ludah. "Bima, aku... aku takut. Aku sudah menjadi figur publik. Jika aku menyerang keluarga, itu bisa merusak karierku."

Bima memegang tangan Risa dengan lembut tapi tegas. "Ini adalah risiko yang harus kita ambil, Risa. Kamu harus memilih: menjadi model yang terpisah dari realitas, atau menjadi Kontrol Aset sejati Dinda yang mengorbankan segalanya untuk kebenaran. Pilihlah, Risa. Aku akan mendukung apa pun keputusanmu."

Risa menutup mata, mengingat wajah Dinda, mengingat tatapan meremehkan Tante Elina. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Bima.

"Aku memilih Dinda. Kirimkan aku semua data Warisan yang kamu miliki, Bima. Aku akan menuliskan narasi yang akan membakar Social Proof Tante Elina."

Bima tersenyum tipis. "Keputusan yang tepat, Kontrol Aset-ku. Sekarang, kita jalankan serangan balasan ini secara paralel. Legalitas dan Emosi."

//////////////////////////////

Tiga jam kemudian, serangan balasan Yura dilancarkan.

Di satu sisi, Yura meluncurkan Legal Offensive yang dingin. Press Release yang ditandatangani oleh Risa Sanjaya, Direktur Utama PT Yura Restorasi Aset, bersama Pak Wira, Notaris Korporat, disebarkan melalui jaringan media bisnis Tuan Satya.

Judulnya provokatif, membalikkan narasi secara total: "PT Yura Restorasi Aset, Didirikan dari Warisan yang Dicuri: CEO Bima Tuntut Balik Keluarga Pengambil Aset."

Rilis pers itu tidak membela rongsokan, tapi mendeklarasikan Warisan Dinda sebagai Modal Sah PT Yura. Ini membuat petisi pembekuan aset Tante Elina langsung menjadi upaya untuk membekukan aset anak yatim piatu di mata hukum.

Di sisi lain, Emotional Offensive dilancarkan oleh Risa. Di akun media sosialnya yang memiliki jutaan pengikut, Risa mengunggah foto dirinya sedang memeluk Dinda dengan erat di danau, tempat Bima dan Risa berbagi pengakuan cinta.

Caption unggahan itu bukanlah pernyataan bisnis, melainkan pengakuan tulus yang menusuk:

@RisaSanjaya Kepada kalian semua yang melihat berita fitnah tentang @YuraRestorasiAset. Izinkan aku, Risa, yang dibesarkan bersama Bima dan Dinda, untuk berkata jujur. Lima tahun lalu, Warisan Dinda dirampas oleh 'Keluarga Pengambil Aset' yang hanya melihat uang tunai. Hari ini, keluarga yang sama menuduh Bima, kakak Dinda, mencuri. Aku berdiri di sini, bukan sebagai model, tapi sebagai sepupu dan Kontrol Aset Dinda. Bima membangun Yura dari nol, dari kayu bakar, bukan dari kekayaan yang dicuri. Warisan yang mereka curi itu kini menjadi Legal Shield bagi Yura. PT Yura, perusahaan yang telah memenangkan kontrak korporat dan mempekerjakan ribuan orang, adalah upaya Bima untuk mendapatkan kembali martabat Dinda. Tante Elina, kalian tidak menyerang startup. Kalian menyerang hati seorang kakak yang berjuang sendirian untuk adiknya. Dan kali ini, kami akan menuntut Warisan Dinda kembali. Kami tidak akan mundur. #JusticeForDinda #YuraRestorasiAset

Dampak dari serangan balasan ini bersifat eksplosif. Jaringan media sosial dan jaringan media bisnis berbenturan. Jaringan Tuan Satya mempublikasikan sisi legal Yura, sementara unggahan Risa memicu gelombang dukungan emosional dari publik.

Dalam waktu satu jam, Tante Elina, yang terbiasa menyerang dari balik layar, menjadi sasaran kebencian publik. Reputasinya, yang merupakan aset non-likuid terbesarnya, mulai runtuh.

//////////////////////////////

Sore itu, di ruang rapat Yura, suasana tegang berubah menjadi euforia yang terkendali.

"Lapor, Bos!" seru Rio, wajahnya berseri-seri. "Unggahan Risa Sanjaya sudah diliput oleh lima media nasional. Sentimen publik seratus persen berpihak pada Yura dan Dinda. Kami sekarang menjadi simbol perlawanan terhadap keserakahan elit."

Tuan Banu, yang sibuk di telepon, menutup panggilannya. "Manajer Pinjaman dari bank utama kita baru saja menelepon, Bos. Mereka menarik semua Petisi Pembekuan Aset. Mereka bilang, 'Risiko Reputasi terlalu tinggi untuk berpihak pada Tante Elina.' Kontrak Pasokan Primer kita aman, dan PT Yura sudah diakui penuh."

Bima menyandarkan punggung ke kursi, merasakan kelegaan yang dingin. "Serangan Legalitas berhasil dinetralkan. Serangan Narasi berhasil diubah menjadi Leverage Sosial. Kelemahan historis kita, Warisan Dinda, telah menjadi benteng tak tertembus."

Tiba-tiba, ponsel Bima berdering. Nomor yang tidak dikenal. Bima mengabaikannya, tapi Risa mendorongnya.

"Angkat, Bima. Itu pasti Tante Elina."

Bima menghela napas, lalu mengangkatnya. "Ya, Tante Elina?"

Suara Tante Elina di ujung telepon terdengar pecah, tidak ada lagi nada otoritas yang dingin. "Bima... hentikan ini! Hentikan Risa! Hentikan tuntutan Warisan itu!"

"Terlambat, Tante," jawab Bima. "PT Yura sudah terdaftar dengan Warisan Dinda sebagai Modal Sah. Tuntutan balik Warisan Dinda sudah resmi masuk pengadilan. Anda tidak menyerang startup; Anda menyerang Warisan anak yatim piatu di depan hukum. Ini bukan lagi pertarungan aset, ini adalah pertarungan moral."

"Aku akan mencairkan Warisan itu dan membayarmu sepuluh kali lipat! Ambil uangnya dan hentikan tuntutan ini!"

"Tidak, Tante," Bima memotong. "Warisan itu bukan soal uang. Warisan itu soal martabat. Anda adalah Keluarga Pengambil Aset. Dan kami akan membuat Anda membayar mahal untuk itu di depan hukum."

Bima menatap Risa, tersenyum tipis. "Selamat tinggal, Tante Elina. Buku lama sudah ditutup. Dan sekarang, kami akan menuliskan babak baru yang akan membuat Anda membayar mahal untuk setiap air mata Dinda." Bima mematikan telepon.

Risa mencondongkan tubuhnya ke depan, mencium pipi Bima dengan cepat. "CEO Yura yang paling brutal. Aku bangga padamu."

//////////////////////////////

Tiga minggu kemudian, Tante Elina Sanjaya resmi dijatuhi sanksi hukuman oleh pengadilan atas kasus penipuan Warisan. Asetnya dibekukan, dan ia diwajibkan mengembalikan Warisan Dinda secara penuh, ditambah kompensasi kerugian moral yang jumlahnya mencapai puluhan miliar rupiah.

Di markas Yura, Bima mengadakan rapat dewan direksi pertama PT Yura Restorasi Aset. Risa duduk di sampingnya sebagai Direktur Utama yang baru.

"Legalitas PT Yura kini tak terbantahkan. Warisan Dinda telah diamankan, dan sekarang menjadi Modal Agresif kita," kata Bima, mengetuk meja. "Risa, apa target ekspansi kita untuk kuartal ini?"

"Target kita adalah akuisisi tiga puluh persen pangsa pasar restorasi IT di Jakarta," jawab Risa, dengan tatapan tajam dan penuh perhitungan, persis seperti Bima. "Dan kita akan menggunakan Warisan Dinda itu untuk membangun Yayasan Dinda, sebuah dana perlindungan bagi anak-anak yang kehilangan orang tua, untuk membuktikan bahwa Warisan yang dicuri telah diregenerasi menjadi Nilai Sosial."

Bima tersenyum bangga. "Keputusan yang tepat, Direktur Utama. Itu adalah Margin Keuntungan Emosional yang tak ternilai."

Malam itu, Bima dan Risa duduk di bangku tepi danau. Dinda sudah terlelap di rumah Pak Bram.

Bima memeluk Risa. "Semuanya sudah selesai, Risa. Aku berhasil. Aku melindungi Dinda, aku menghancurkan narasi mereka, dan aku menemukanmu."

Risa menyandarkan kepalanya di bahu Bima. "Aku mencintaimu, Bima."

"Aku mencintaimu, Risa. Kamu adalah Kontrol Aset dan Hatiku yang tak tergantikan."

Saat mereka menikmati keheningan, ponsel Risa bergetar. Sebuah notifikasi berita dari media bisnis. Judulnya membuat Risa terkejut.

"Roni Sanjaya Ajukan Petisi Baru: Klaim Diri Sebagai Pewaris Sah Kekayaan Tante Elina yang Dibekukan."

Risa menatap Bima, mata mereka memancarkan campuran ketegangan dan kekecewaan.

"Bima..." bisik Risa.

Bima menatap langit malam. "Roni. Dia tidak akan pernah menyerah. Dia adalah Proksi Kebencian Sosial yang abadi."

Bima memejamkan mata, membiarkan dirinya dibawa kembali ke detik saat ia turun dari Alam Dewa. Ia merasakan energi ilahi yang telah ia lepaskan, kini berputar kembali. Kekuatan itu tidak lagi berupa perhitungan dingin, tapi sebuah janji murni untuk melindungi.

{Aku Dewa Kekayaan. Aku tidak lagi menginginkan pujian. Aku hanya menginginkan kebahagiaan Dinda dan Risa. Dan untuk itu, aku harus mengakhiri semua ancaman fana ini.}

Bima membuka matanya, kilatan cahaya emas yang lembut melintas di matanya, sebelum hilang.

"Ini belum selesai, Risa," kata Bima, suaranya tenang. "Kita harus bersiap. Pertarungan Legalitas yang sesungguhnya,..."

//////////////////////////////

Kilatan cahaya emas yang lembut itu meredup, meninggalkan Bima dengan tatapan yang kembali tajam, sebuah integrasi sempurna antara hati manusia dan logika ilahi. Di tangannya, tangan Risa terasa dingin, sebuah konfirmasi bahwa ancaman baru ini sama nyatanya dengan ancaman rentenir di masa lalu.

"Roni," Bima mengulang nama itu, suaranya kini kembali ke nada dingin yang ia gunakan saat pertama kali menghadapi ancaman. "Dia adalah Proksi Kebencian Sosial yang terobsesi pada Kekayaan Terlihat. Dia tidak menyerang Warisan Dinda karena dia tahu Warisan itu kini dilindungi. Dia menyerang Aset Beku Elina karena dia melihatnya sebagai warisan yang mudah dicairkan."

{Roni adalah variabel yang lebih lemah dari Elina. Elina menyerang fondasi legal. Roni menyerang sisa-sisa. Klaimnya adalah Asset Grab yang didasarkan pada kekerabatan, bukan Legalitas. Tapi, klaim itu memiliki Risiko Waktu yang tinggi. Jika dibiarkan, ia akan mengikat aset beku Elina di pengadilan, menghambat proses Warisan Dinda.}

Risa segera merespons, nada suaranya kembali ke mode Direktur Utama yang profesional. "Aku akan segera menghubungi Pak Wira. Petisi ini adalah upaya Roni untuk mencuri sisa aset Elina sebelum aset itu dialokasikan untuk Warisan Dinda dan kompensasi hukum. Kita tidak bisa membiarkannya mengikat aset itu di pengadilan."

"Tepat," Bima memotong. "Kita harus menetralkan ancaman ini dengan kecepatan yang sama seperti saat kita melunasi utang Rentenir M. Roni hanya mengerti bahasa Kerugian Finansial yang Cepat."

Bima berdiri, menarik Risa. "Kita kembali ke markas. Aku akan menyusun dua serangan. Legalitas dan Finansial Agresif."

Pukul 11 malam itu, ruang rapat Yura kembali menyala. Tuan Banu dan Rio, yang dipanggil mendadak, terlihat lelah tapi penuh fokus.

"Tuan Banu, Rio," Bima memulai, menunjuk ke papan tulis. Di papan itu, tertulis: RONI SANJAYA - CLAIM: ELINA FROZEN ASSETS. "Kalian telah membuktikan keahlian dalam Due Diligence pasar. Sekarang, aku butuh Due Diligence pribadi. Cari tahu semua perusahaan yang saat ini dikelola oleh Roni Sanjaya. Fokus pada yang memiliki kerentanan likuiditas."

Rio segera mengeluarkan laptopnya, matanya mulai menyusuri data korporat. "Roni memiliki beberapa startup properti yang didanai oleh Tante Elina. Mereka pasti sedang kesulitan likuiditas sejak dana Elina dibekukan."

"Sempurna," kata Bima. "Risa, sementara Rio dan Tuan Banu mencari target yang rapuh, kamu harus menggunakan Warisan Dinda yang baru diamankan untuk melakukan Legal Counter-Claim. Warisan Dinda memiliki klausa kompensasi kerugian moral yang belum sepenuhnya dilunasi. Kita akan mengajukan tuntutan agar sisa aset Elina dibekukan untuk Warisan Dinda, dan bukan untuk klaim Roni."

Risa mengangguk. "Aku akan meminta Pak Wira untuk memasukkan tuntutan Warisan Dinda sebagai kreditur utama, memprioritaskan penyelesaian Warisan, dan mengesampingkan petisi Roni yang tidak berdasar."

Bima tersenyum tipis. "Roni ingin mencuri. Kita akan membuat dia kehilangan. Roni akan merasakan bagaimana rasanya menjadi target Asset Acquisition yang agresif."

//////////////////////////////

Dua hari kemudian, Roni Sanjaya sedang duduk di kantor mewahnya, merayakan keberhasilannya mengajukan Petisi Klaim Aset yang didukung oleh beberapa pengacara kecil. Ia yakin, petisi ini akan mengunci sisa aset Elina dan mengalahkannya dari Bima.

Ponselnya berdering. Itu adalah Manajer Pinjaman dari bank kecil yang membiayai salah satu startup properti Roni, sebuah proyek apartemen kecil yang kekurangan modal likuid.

"Halo, ada apa?" tanya Roni, nadanya sombong.

"Pak Roni, kami baru saja mendapat pemberitahuan resmi dari PT Yura Restorasi Aset," suara manajer itu terdengar cemas. "Mereka mengajukan Penawaran Akuisisi Agresif atas saham mayoritas di startup properti Anda. Mereka menawarkan harga yang dua puluh persen di atas valuasi buku, tapi hanya berlaku untuk dua puluh empat jam ke depan. Itu adalah Manuver Finansial Cepat yang sangat aneh."

Roni terkejut. "Akuisisi? Yura? Kenapa perusahaan rongsokan ingin membeli properti?"

"Saya tidak tahu, Pak. Tapi, mereka juga mengancam, jika Anda menolak, mereka akan membeli utang Anda di bank kami dengan harga diskon, yang akan mengaktifkan klausa percepatan pinjaman. Anda akan kehilangan proyek ini secara total."

Wajah Roni seketika pucat. Ancaman itu bukanlah gertakan. PT Yura, yang kini didanai oleh Warisan Dinda yang sah, memiliki modal likuid yang besar. Bima menyerang titik terlemah Roni: Proyek Properti yang Haus Uang Tunai.

{Bima tidak membeli properti. Dia membeli Leverage Tekanan. Dia memaksa aku memilih antara menyelamatkan sahamku atau menyelamatkan proyek yang hampir bangkrut. Jika aku menolak, Yura akan membeli utangku dan menghancurkanku.}

Roni tahu, Bima tidak ingin properti itu. Bima ingin waktu dan kehilangan martabat Roni.

Roni segera menghubungi Bima. "Bima! Apa maksudmu dengan Penawaran Akuisisi Agresif ini? Aku tidak mau menjual propertimu padamu!"

"Aku tahu kamu tidak mau menjual, Roni," jawab Bima, suaranya tenang, terdengar seperti sedang memeriksa data di laptopnya. "Tapi, klaim Warisan Dinda kini memiliki klausa kompensasi kerugian yang akan membuat klaimmu atas aset Elina terlihat seperti lelucon. Aku bisa membuat klaim asetmu terlihat sia-sia di pengadilan, atau aku bisa membuatmu kehilangan proyek di luar pengadilan. Pilihan ada di tanganmu."

"Apa maumu?" desis Roni.

"Tarik petisimu, Roni. Dan akui di hadapan media bahwa klaimmu tidak berdasar. Aku akan mencabut Penawaran Akuisisi Agresif ini, dan kamu akan memiliki kesempatan untuk menyelamatkan propertimu yang lain. Pilih kerugian kecil, atau kehancuran total di hadapan hukum dan pasar."

Roni merasakan kekalahan. Ia dikalahkan bukan oleh uang yang lebih banyak, tapi oleh Strategi Kecepatan yang Lebih Cerdas yang didukung oleh Modal Warisan Dinda yang kini tak tersentuh.

Dua puluh empat jam kemudian, Petisi Roni Sanjaya atas klaim aset Elina resmi ditarik. Roni mengeluarkan pernyataan media yang mengakui keabsahan PT Yura dan Warisan Dinda. Kekalahan Proksi Kebencian Sosial ini jauh lebih memalukan daripada kekalahan Elina.

//////////////////////////////

Markas Yura merayakan dua kemenangan dalam satu bulan. Warisan Dinda kini telah diamankan dan sepenuhnya di bawah kontrol PT Yura. Roni Sanjaya telah dipecundangi.

Bima dan Risa duduk di meja Direksi, menatap laporan keuangan yang mencantumkan Warisan Dinda sebagai Modal Agresif yang Sah.

"Semuanya sudah selesai, Bima," kata Risa, tersenyum lega. "Tidak ada lagi ancaman dari keluarga. Warisan Dinda aman. PT Yura aman."

Bima memegang tangan Risa. "Aman. Kecuali satu hal."

Risa mengerutkan kening. "Apa lagi?"

Bima menunjuk ke sebuah dokumen tebal yang tergeletak di mejanya. Itu adalah laporan Due Diligence yang disusun Tuan Banu atas aset beku Elina.

"Tante Elina tidak menyerahkan Warisan Dinda begitu saja. Ada yang aneh. Sebagian besar aset yang ia serahkan adalah properti tua yang sulit dilikuidasi. Tetapi, ada satu aset yang hilang, aset paling berharga yang belum ia serahkan."

"Aset apa?"

"Saham. Saham mayoritas di sebuah perusahaan konstruksi yang ternyata memiliki hak utama atas lahan gubuk kita dulu," jawab Bima, matanya menyipit. "Warisan Dinda memiliki klausa khusus yang membuat lahan itu sangat berharga."

Tiba-tiba, telepon meja Bima berdering. Itu dari Manajer Lapas tempat Elina ditahan.

"Ada pesan khusus untuk Tuan Bima dari Nyonya Elina Sanjaya," suara manajer itu terdengar kaku. "Dia bilang, 'Kau tidak akan mendapatkan lahan itu, Bima. Lahan itu adalah titik nol-mu. Tanpa titik nol, seluruh sistem Kekayaan Fungsionalmu akan runtuh. Dan aku...'"

Suara itu terputus sejenak, lalu dilanjutkan dengan suara Elina sendiri, serak tapi penuh kemenangan.

"'Aku sudah menyiapkannya untukmu. Aku sudah menjual saham itu kepada pembeli yang tidak akan pernah mau menjualnya kembali. Rasakan bagaimana rasanya kehilangan fondasi, Bima!'"

Bima membeku, menatap Risa dengan mata melebar. Elina tidak menyerah. Dia menyerang Fondasi Emosional Bima yang paling mendasar: Titik Nol yang membuat Bima menjadi dirinya sendiri. Pertarungan legalitas sesungguhnya, kini bergeser ke perebutan lahan.

1
Seeula
keren banget hehh kamu bima
Dewiendahsetiowati
terima kasih untuk ceritanya dan ditunggu karya selanjutnya thor
Dewiendahsetiowati
ceritanya bikin nagih baca terus
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Khusus Game: halo, ka. selamat membaca, sorry ya baru cek komen🙏😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!