Lala mengalami kecelakaan yang membuat jiwanya terjebak di dalam raga seorang antagonis di dalam novel dark romance, ia menjadi Clara Shamora yang akan mati di tangan seorang mafia kejam yang mencintai protagonis wanita secara diam-diam.
Untuk menghindari nasib yang sama dengan Clara di dalam novel, Lala bertekad untuk tidak mengganggu sang protagonis wanita. Namun, ternyata ia salah langkah dan membuatnya diincar oleh malaikat mautnya sendiri—Sean Verren Dominic.
“Sekalinya milik Grey, maka hanya Grey yang bisa memilikinya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MTMH18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian dua puluh delapan
“Aku tidak tahu, kau cari sendiri!” Seru Zelin yang sudah sangat kesal dengan Aaron yan terus mendatanginya untuk menanyakan keberadaan Clara yang beberapa hari ini tidak masuk kuliah.
Zelin sebenarnya tahu alasan Clara tidak masuk kuliah, karena Sean yang melarangnya. Pria itu tidak mengizinkan Clara untuk berkuliah sampai keadaannya benar-benar membaik, apalagi sebentar lagi mereka akan bertunangan.
“Kau temannya Clara, kau pasti tahu di mana dia tinggal atau alasan dia tidak masuk kuliah selama beberapa hari,” Aaron menggeram kesal, karena Zelin selalu menjawab tidak tahu saat ia menanyakan tentang Clara.
“Aku memang teman Clara, tapi aku tidak tahu di mana dia tinggal. Kau sangat menyebalkan, jadi jangan muncul lagi di hadapanku atau aku akan memukul wajahmu yang menyebalkan itu!” Ancam Zelin sambil menunjukkan kepalan tangannya.
Aaron mundur dua langkah, karena ia pernah dihajar oleh gadis di depannya. Lelaki itu membalikkan tubuhnya, ternyata tidak ada gunanya bertanya kepada Zelin.
“Apa Clara sudah kabur ke luar negeri?” Aaron semakin frustasi, karena tidak bisa mendapatkan informasi tentang Clara.
Bahkan orang suruhannya juga tidak mendapatkan apapun yang diinginkan Aaron, mereka semua menghilang tanpa jejak.
“Ke mana lagi aku harus mencarimu, Clara?” Aaron melempar pandangannya ke arah mobil mahal yang baru berhenti di depan fakultas.
“Clara?” Lelaki itu menahan napasnya saat melihat sosok yang beberapa hari ini dicarinya.
Clara berjalan dengan langkah anggungnya, gadis itu terlihat semakin cantik dengan rambut sebahunya yang semakin sehat.
Aaron mengerjapkan matanya beberapa kali, saat Clara melewatinya tanpa menatapnya atau menyapanya. Lelaki itu segera membalikkan tubuhnya dan menahan tangan Clara.
“Apa?” Tanya gadis itu dengan nada dinginnya.
Aaron menelan ludahnya dengan susah payah, entah mengapa ia tiba-tiba menjadi gugup. Sudah lama lelaki itu tidak menatap mata hijau yang sangat cantik itu, apalagi Clara terlihat semakin cantik.
“Tunggu Clara!” Aaron kembali menahan tangan gadis itu.
“Cepat katakan! Aku tidak memiliki banyak waktu!” Clara melirik jam tangannya untuk memastikan kalau dirinya tidak akan terlambat masuk kelas.
“Kau ke mana saja beberapa hari ini? Kenapa tidak pernah terlihat di kampus? Apa kau sakit?” Pertanyaan beruntun itu membuat Clara menghela napas.
“Bukan urusanmu,” jawab gadis itu sambil melepaskan cekalan Aaron.
Aaron menahan geramannya, ia tidak suka kalau Clara mengabaikannya. Hanya dirinya yang boleh mengabaikan gadis itu, bukan sebaliknya.
“Kau membuatku khawatir Clara,” suara lelaki itu sedikit melemah.
“Aku tidak menyuruhmu untuk mengkhawatirkanku,” balas Clara sambil menepis tangan Aaron yang hendak menyentuhnya lagi.
“Dan aku tidak suka melihat wajahmu, jadi jauh-jauh dariku atau kekasihku akan marah!” Lanjutnya yang membuat Aaron terkekeh kecil.
“Oh, jadi selingkuhanmu kini sudah berubah menjadi kekasihmu?” Tatapan lelaki itu terlihat tajam.
Clara sama sekali tidak takut, karena ia sudah terbiasa dengan tatapan tajam Sean. Aaron masih belum ada apa-apanya, dibandingkan Sean.
“Sepertinya waktuku kembali terbuang,” gadis itu membalikkan tubuhnya, ia hendak melanjutkan langkahnya untuk menuju kelas.
Aaron kembali menahannya, membuat kesabaran Clara habis.
“Apa kau benar-benar mencintainya?” Pertanyaan itu membuat Clara tersenyum manis.
“Tentu, aku sangat mencintainya. Kekasihku sangat menghargaiku, bahkan dia memberikan apapun yang aku mau. Akhirnya aku menemukan seseorang yang benar-benar tulus mencintaiku,” jawab gadis itu yang masih tersenyum.
Aaron tidak suka mendengarnya, ia tidak suka Clara memuji laki-laki lain dengan mata berbinarnya. Dulu, mata indah itu akan selalu berbinar saat menatapnya, tetapi kini Aaron tidak bisa melihat binaran itu lagi.
“Tapi dia begitu jahat, karena menjauhkanmu dari keluarga Lexander,” seringai Aaron.
Clara tertawa kecil mendengarnya, “Jangan menyimpulkan sesuatu sembarangan, apa kau lupa saat di restoran malam itu? Di mana kau sedang melangsungkan pertunangan dengan Bella? Itulah jawabannya, bukan kekasihku yang menyuruhku untuk keluar dari nama Lexander, tetapi keluarga sendiri atau sekarang sudah menjadi mantan keluargaku.”
Setelah mengatakan itu, Clara kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Aaron yang masih terdiam untuk mengingat kejadian di depan restoran malam itu.
“Sial, kenapa aku bisa lupa?” Kesalnya.
“Tidak bisa dibiarkan, aku harus menemui Uncle Steven untuk meminta kepastian Clara bisa kembali ke keluarga Lexander atau tidak!” Aaron berjalan ke arah parkiran.
Jika Steven tidak bisa menepati janjinya, maka Aaron akan menarik kembali dana yang sudah dipinjamkan kepada perusahaan Lexander.
...***...
“Tuan, ada undangan dari Tuan Sean,” ucap sekretaris Gabriel yang baru memasuki ruang kerja pria itu.
“Undangan apa?” Tanya Gabriel yang masih fokus dengan pekerjaannya.
“Saya membaca bagian depannya, ini adalah undangan pertunangan Tuan Sean,” jawabnya sambil menaruh undangan yang memiliki warna hitam.
Gabriel menegang, tiba-tiba nama Clara muncul di kepalanya. Ia segera membuka undangan tersebut dan membaca isinya.
Ternyata benar, Sean mengundang seluruh anggota keluarga Lexander untuk datang ke pesta pertunangannya. Namun tidak ada nama Clara di dalam undangan tersebut, hanya ada nama Sean saja.
“Kau bisa keluar!” Kata Gabriel kepada sekretarisnya.
Setelah sang sekretaris keluar, barulah ekspresi Gabriel berubah.
“Tidak! Pasti ini bukan Clara!” Pria itu berharap kalau bukan Clara yang akan bertunangan dengan Sean.
Namun pemikiran tersebut langsung sirna, saat mengingat bagaimana Sean memeluk adiknya.
“Aku harus melakukan apa?” Gabriel tidak bisa berpikiran, pikirannya seakan buntu untuk mencari cara agar pertunangan tersebut gagal.
“Kenapa harus Clara? Kenapa Sean bisa mengenal adikku?” Gabriel tampak frustasi.
Masalah Joan masih belum terselesaikan, kecelakaan yang dialami Joan masih belum menemukan titik terangnya. Sekarang malah ditambah dengan kabar tentang pertunangan Sean yang pastinya dengan Clara.
“Aku benar-benar gagal menjadi seorang kakak,” Gabriel mengusap wajahnya dengan kasar.
Gabriel ingin melindungi adik-adiknya, tetapi ia tidak bisa melindungi Joan maupun Clara. Saat ini Joan sedang berjuang untuk hidup, lalu Clara yang akan bertunangan dengan Sean.
“Apa yang harus aku katakan kepada Daddy dan Mommy? Mereka pasti sangat terkejut saat melihat siapa orang yang akan bertunangan dengan Sean,” Gabriel merasakan kepalanya akan meledak.
Jessica pasti sangat syok, saat melihat Clara bersama Sean. Apalagi hanya beberapa orang yang tahu kalau Clara adalah putri satu-satunya keluarga Lexander, dimana Steven memang sengaja menyembunyikan Clara dari publik karena takut Clara dalam bahaya.
“Percuma saja Daddy menyembunyikan Clara selama ini,” Gabriel menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya.
Kalau orang itu bukan Sean, sudah dipastikan Gabriel akan membawa sang adik kembali pulang.
“Bahkan kasus tentang kematian semua anggota keluarga Dominic, masih belum ditemukan pelakunya dan semua orang mengira kalau yang membunuh mereka adalah Sean.”
Gabriel tidak mau membayangkan lebih jauh, ia sangat takut pikiran buruknya benar terjadi kepada sang adik.
“Jangan Clara, dia sudah banyak menderita. Aku tidak akan membiarkan Clara bersama pria kejam seperti Sean!”
Bersambung.
tak culik istrimu q umpetin ke kantong Doraemon....pusing2 deh lu nyarinya.....
Ceritanya makin seru