:"Ya Allah, kalau Engkau tidak mengirimkan jodoh perjaka pada hamba, Duda juga nggak apa-apa ya, Allah. Asalkan dia ganteng, kaya, anak tunggal ...."
"Ngelunjak!"
Monica Pratiwi, gadis di ujung usia dua puluh tahunan merasa frustasi karena belum juga menikah. Dituntut menikah karena usianya yang menjelang expired, dan adiknya ngebet mau nikah dengan pacarnya. Keluarga yang masih percaya dengan mitos kalau kakak perempuan dilangkahi adik perempuannya, bisa jadi jomblo seumur hidup. Gara-gara itu, Monica Pratiwi terjebak dengan Duda tanpa anak yang merupakan atasannya. Monica menjalani kehidupan saling menguntungkan dengan duren sawit, alias, Duda keren sarang duit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Gelombang malam menghantam lambung kapal yang reyot, memercikkan air asin ke wajah Teddy. Kapal itu sudah tua, mesinnya berderit dan batuk-batuk, namun cukup kuat untuk membawa mereka mencapai titik koordinat yang telah ia hafal di luar kepala—pintu masuk terowongan air bawah tanah yang dulu ia rancang saat masih menjadi bagian dari tim infrastruktur FUNDAMENTA. Kenangan masa lalunya menghantuinya.
“Kalau ini jebakan, kita tidak akan keluar hidup-hidup,” ucap salah satu anak buahnya, suaranya tenggelam di antara gemuruh ombak dan deru mesin kapal. Ketegangan memenuhi udara.
Teddy hanya menjawab singkat, tatapannya lurus ke depan, "Kalau kita tidak masuk, Monica akan mati di sana." Ia tidak punya pilihan lain.
Di pusat server FUNDAMENTA, Monica dan Azzam bergerak cepat di antara deretan mesin pendingin yang menjulang tinggi. Alarm masih meraung tanpa henti, namun sistem otomatis belum mengunci semua pintu. Waktu semakin menipis.
“Kita tidak punya waktu banyak,” kata Monica, suaranya terengah-engah.
Azzam mengetik cepat pada konsol manual, mencoba untuk memanipulasi sistem keamanan. “Aku bisa membuat loop pada kamera selama 4 menit. Setelah itu, Arsya akan tahu kita bermain di sini." Ia memberikan waktu yang sangat terbatas bagi Monica.
Monica menatap Azzam dengan tatapan yang penuh dengan pertanyaan, "Kenapa kau membantuku?" Ia ingin tahu apa yang mendorong Azzam untuk mengkhianati FUNDAMENTA.
Azzam berhenti mengetik sejenak, matanya memancarkan penyesalan yang mendalam, "Karena aku sudah terlalu lama diam. Dan aku tidak ingin sejarahku hanya menjadi catatan seorang pengkhianat." Ia ingin menebus kesalahannya.
Sementara itu, di Jakarta, Livia duduk di depan layar komputer, wajahnya diterangi oleh cahaya biru yang memancar dari monitor. Jari-jarinya bergerak lincah di atas keyboard, mengetikkan baris-baris kode yang rumit. Kirana memperhatikan pola sinyal yang mulai terbuka sedikit demi sedikit, sebuah harapan mulai muncul.
“Aku akan masuk lewat port lama. Versi yang mereka pikir sudah mati," kata Livia, suaranya terdengar fokus.
“Kalau mereka sadar?” tanya Kirana, khawatir.
“Maka mereka akan memburu otakku… sebelum jantungku berhenti berdetak." Livia siap mengorbankan segalanya.
Jari-jari Livia terus bergerak dengan lincah. Setiap baris kode yang ia kirim adalah serpihan dari masa lalu—virus yang ia tanam saat masih berada di dalam FUNDAMENTA, saat ia masih setia kepada sistem tersebut. Namun kali ini, bukan untuk melindungi sistem, melainkan untuk membusukkannya dari akar, menghancurkannya dari dalam.
Di terowongan air yang gelap dan dingin, Teddy memasang alat pernapasan dan menyelam bersama dua orang anak buahnya. Kegelapan menyelimuti mereka, hanya lampu kecil di helm yang menuntun mereka menyusuri terowongan yang sempit dan berbahaya. Airnya dingin, nyaris membekukan. Dinding terowongan berlumut dan licin, namun jejak besi tua dari konstruksi lama masih terlihat, mengingatkan Teddy akan masa lalunya.
Teddy mengingat sesuatu—saat Arsya pertama kali memintanya untuk membangun jalur ini. "Jangan ada peta, jangan ada catatan. Ini hanya untuk keadaan darurat." Ironisnya, kini jalur itu akan digunakan untuk melawan sang penciptanya, untuk menghancurkan FUNDAMENTA.
Monica dan Azzam tiba di ruang inti—pintu baja berlapis dengan sistem keamanan yang sangat ketat, dilengkapi dengan panel sidik jari dan retina. Azzam meletakkan tangannya di sensor sidik jari, namun lampu indikator hanya berkedip merah, menandakan akses ditolak.
“Mereka sudah mengganti kunci ke otorisasi ganda,” gumam Azzam, putus asa.
“Siapa ganda satunya?” tanya Monica, mendesak.
Azzam menghela napas panjang, "Arsya." Mereka membutuhkan otorisasi dari Arsya untuk membuka pintu tersebut.
Di layar kontrol di lantai atas, Arsya berdiri memandangi peta keamanan yang menampilkan pergerakan Monica dan Azzam di ruang inti. Ia tersenyum tipis, menyadari bahwa mereka telah masuk ke dalam perangkapnya.
“Permainan dimulai,” ujarnya, suaranya terdengar dingin dan tanpa emosi.
Di akhir bab ini, kamera bawah laut menampilkan Teddy yang berhasil keluar dari terowongan air, langsung ke ruang penyimpanan bawah markas FUNDAMENTA. Ia mengangkat radio, berbisik:
“Monica… aku sudah di dalam.” Ia telah berhasil menyusup ke dalam FUNDAMENTA.
Sementara itu, di konsol Livia, sebuah notifikasi muncul:
Sambungan ke Node Utama terbuka. Namun, ada aktivitas pihak ketiga di dalam jaringan.
Dan satu nama muncul di layar yang membuat Livia terkejut: ‘Eksekutor Pengganti – Rendra S. Wardhana’. Seseorang telah menggantikan Azzam sebagai eksekutor.