Ayunda Nafsha Azia, seorang siswi badung dan merupakan ketua Geng Srikandi.
Ia harus rela melepas status lajang di usia 18 tahun dan terpaksa menikah dengan pria yang paling menyebalkan sedunia baginya, Arjuna Tsaqif. Guru fisika sekaligus wali kelasnya sendiri.
Benci dan cinta melebur jadi satu. Mencipta kisah cinta yang penuh warna.
Kehadiran Ayu di hidup Arjuna mampu membalut luka karena jalinan cinta yang telah lalu dan menyentuhkan bahagia.
Namun rumah tangga mereka tak lepas dari badai ujian. Hingga membuat Ayu dilema.
Tetap mempertahankan hubungan, atau merelakan Arjuna kembali pada mantan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31 Rahasia Yang Terungkap
Happy reading
Terkadang antara sahabat dan musuh itu beda tipis. Ada kalanya dia menjadi tempat ternyaman untuk berbagi cerita dan mendukung semua yang kamu lakukan. Namun ada kalanya dia justru menjadi benalu dan tega menusuk mu dari belakang.
...🌹🌹🌹...
Rasa sesal kian mendekap, berteman tangisan yang tak kunjung berhenti.
Duduk meringkuk sambil memeluk erat sepasang kaki. Menahan tubuh yang luruh di atas lantai.
Di belakang gudang sekolah, Ayu masih setia dalam tangisnya.
Seorang diri, tanpa satu pun sosok sahabat yang berada di sisi dan memberi pelukan hangat seperti biasa.
Bukan hanya menangis karena rasa sesal, Ayu juga menangis karena telah dikhianati oleh seorang sahabat.
Kesalahan yang dilakukan oleh Machan terlalu fatal, hingga serasa sulit untuk dimaafkan.
Sakit? Tentu saja segumpal daging yang bersemayam di dalam dadanya terasa sangat sakit. Seperti ditikam oleh benda tajam. Namun tak kasat mata.
Terluka, tapi tak berdarah.
Bagaimana bisa sahabat yang dipercaya dan dikasihi, malah membuatnya membenci orang yang dicinta.
.
.
"Nof, Ayu di mana?" Gurat khawatir tercetak jelas di wajah Arjuna kala bertanya pada Nofiya.
"Nggak tau, Pak. Terakhir aku liat ... dia jalan berdua sama Machan. Tapi nggak tau mereka mau ke mana."
Sama seperti Arjuna. Wajah Nofiya pun terhias gurat khawatir. Ia takut jika sesuatu yang buruk tengah menimpa Ayu, karena sudah satu jam sahabatnya itu tidak terlihat di aula.
"Kita cari mereka! Kamu cari ke lapangan, aku cari ke tempat lain."
"Iya, Pak." Nofiya mengangguk, lantas segera memutar tumit dan berjalan meninggalkan aula.
Senja hadir menyapa. Namun sosok yang dicari belum juga ditemukan, meski Nofiya sudah meminta para guru dan teman-temannya untuk turut mencari Ayu.
Arjuna hampir frustasi, karena ponsel milik Ayu tidak bisa dihubungi. Seolah sengaja dimatikan. Ditambah, semua orang yang ditemui tidak ada yang melihat ataupun mengetahui keberadaan Ayu.
"Ay, kamu di mana?" Arjuna mengedar pandangan mata ke segala arah. Berharap Ayu muncul di hadapan. Namun ternyata harapan-nya itu belum diijabah. Ayu masih berada di tempat yang tersembunyi.
Terdengar suara nada dering yang berasal dari gawai dan menuntun Arjuna untuk segera mengambil benda pipih yang tersimpan di dalam saku celana.
Rupanya ada panggilan telepon dari Nofiya.
Dengan perasaan yang tak karuan, Arjuna segera menggeser layar gawai untuk menerima panggilan telepon itu.
"Hallo, Pak Juna." Suara Nofiya terdengar tertahan, hingga membuat Arjuna dihinggapi rasa gelisah. Namun ia segera menepis, lalu membalas ucapan Nofiya.
"Ya. Gimana, Nof?"
"Tara bilang, Machan sudah diantar pulang dari tadi sama Dimas."
"Kalau Machan sudah pulang dari tadi, kenapa Ayu nggak kembali ke aula?"
"Nah, ini yang bikin aku makin khawatir sama Ayu, Pak."
"Kamu sudah menghubungi Machan?"
"Udah, tapi ponselnya nggak aktif. Ponsel Dimas juga sama."
"Ya sudah. Coba kita cari lagi."
"Iya, Pak."
Arjuna kembali menyimpan gawai ke dalam saku celana setelah mengakhiri percakapannya dengan Nofiya melalui sambungan telephone, lantas mengayun kaki menuruti petunjuk hati.
Ia berusaha menenangkan diri dan men-sugesti pikiran 'Ayu pasti akan segera ditemukan'.
Samar-samar terdengar suara tangisan yang berasal dari belakang gudang sekolah.
Tanpa berpikir panjang, ia pun segera membawa langkahnya menuju asal suara itu.
"Ay --" Arjuna terkesiap ketika mendapati istri yang dicarinya sedari tadi tengah duduk meringkuk sambil menangis. Dipaksa kakinya berlari untuk segera menghampiri.
"Ay, apa yang terjadi?"
Tak ada jawaban yang terucap dan hanya terdengar suara isak tangis yang mencipta denyut nyeri.
Arjuna membawa tubuh tingginya bersimpuh di hadapan Ayu, lalu mengulurkan tangan kekarnya untuk merengkuh tubuh mungil yang bergetar.
"Ay, jangan menangis lagi. Aku ada di sini," bisiknya lembut sambil memberi pelukan hangat dan kecupan dalam yang berlabuh di pucuk kepala.
Ayu merasa nyaman berada dalam pelukan Arjuna. Tubuhnya pun tak lagi bergetar karena usapan yang berlabuh di punggungnya.
Arjuna telah berhasil mentransfer energi positif yang menghadirkan rasa tenang.
Lelah yang dirasa karena terlalu lama menangis, membuat sepasang mata terpejam perlahan.
Arjuna tidak ingin membuang waktu. Ia segera mengangkat tubuh Ayu, lalu membawanya pergi dari tempat itu.
"Jun, gimana keadaan istrimu?" Winata berlari kecil menghampiri Arjuna yang terlihat berjalan tergesa melewati koridor sambil menggendong Ayu.
Ia tidak menyadari jika ada empat orang yang tengah berjalan di belakangnya. Mereka adalah Arkhan, Dirgantara, Ririn, dan Diana.
Ucapan Winata membuat keempat orang itu speechless. Berdiri mematung, dengan bibir yang sedikit menganga.
Jadi, istri Pak Juna --- Batin mereka menyeru seiring gelengan kepala karena rasa tak percaya.
"Pake' mobilku. Biar nanti aku yang bawa motormu." Tanpa menunggu balasan dari Arjuna, Winata memasukkan kunci mobil ke dalam saku celana teman baiknya itu.
Ia paham bagaimana perasaan Arjuna saat ini dan memaklumi responnya.
"Makasih, Ta. Kunci motorku ada di dalam tas."
"Ogeh. Nanti aku ambil. Tas mu aman, nanti aku bawain sekalian."
Arjuna mengangguk dan menerbitkan senyum samar, lantas kembali mengayun kaki menuju area parkir SMA Jaya Bangsa.
Selepas Arjuna pergi, Diana memaksa kakinya yang terasa lunglai untuk berjalan menghampiri Winata. Ia ingin memastikan ucapan Winata yang tadi didengarnya.
"Pak Win --"
Refleks, Winata menoleh ke arah asal suara yang berada tepat di belakangnya. Sepasang manik matanya membulat sempurna karena rasa terkejut.
Ia tidak menyangka jika ada orang lain yang berada di tempat itu, selain dirinya.
"Bu Diana --" ucapnya tertahan. Ia berharap, Diana dan ketiga anak didik mereka tidak mendengar perkataannya tadi.
"Apa benar ... Ayu adalah istri Pak Juna?" Diana memberanikan diri untuk bertanya. Manik matanya terbingkai kaca dan bibir merahnya tampak bergetar.
Winata dilema. Harus menjawab jujur atau sebaliknya.
"Pak Win, tolong jawab saya!" Nada suara yang sedikit meninggi memaksa Winata untuk segera menjawab.
"Ya, benar. Ayu adalah istri Pak Juna. Mereka sudah menikah dan menjadi pasangan halal."
Jawaban yang diberikan oleh Winata bagaikan petir yang menyambar. Meremukkan hati dan mencabut daya dari raga.
Tubuh Diana seketika luruh. Beruntung, Winata sigap menangkapnya.
"Bu Diana." Arkhan, Dirgantara, dan Ririn berteriak, kemudian berlari menghampiri Winata dan Diana.
"Tolong bantu saya untuk mengangkat Bu Diana," pinta Winata.
"Iya, Pak." Arkhan dan Dirgantara kompak membalas.
Tubuh Diana yang sedikit berisi, tidak terlalu berat jika diangkat oleh tiga orang. Beda cerita jika hanya Winata saja yang mengangkat. Mungkin dia akan memilih untuk menggelindingkan tubuh Diana, dari pada menggendongnya.
"Pak Win, apa benar ... Ayu dan Pak Juna sudah menikah?" Ririn turut bertanya, setelah tubuh Diana dibaringkan di ranjang UKS.
Winata menghela napas, lalu mengangguk pelan. "Ya, mereka sudah menikah."
Ia tak kuasa berdusta dan meyakini jika jawaban yang diberikannya tidak akan menimbulkan masalah yang berarti.
Toh, tidak mungkin Ayu dikeluarkan dari sekolah, karena suami dan mertuanya merupakan dua orang yang sangat berpengaruh di SMA Jaya Bangsa.
Ririn bergeming. Begitu juga Arkhan dan Dirgantara. Otak mereka dipenuhi deretan kalimat tanya yang menginginkan jawaban dari Ayu sendiri.
🍁🍁🍁
Bersambung
Apa dia masih sempat bobok siang dgn tugas sebanyak itu.
Mas Win juga CEO..ya kali cuma suamimu aja
Dia tetap Deng Weiku.
Di tik tok aku udah banyak saingan. masa di sini juga
Ayu udah gak perawan.
Dan dia perawani oleh gurunya sendiri...😁😁
mandi berdua juga harusnya.
khilaf lagi ntar. Fix gak ke sekolah mereka hari ini