NovelToon NovelToon
Detektif Dunia Arwah

Detektif Dunia Arwah

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Hantu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nadinachomilk

Seorang detektif muda tiba-tiba bisa melihat arwah dan diminta mereka untuk menyelesaikan misteri kematian yang janggal.

Darrenka Wijaya, detektif muda yang cerdas namun ceroboh, hampir kehilangan nyawanya saat menangani kasus pembunuh berantai. Saat sadar dari koma, ia mendapati dirinya memiliki kemampuan melihat arwah—arwah yang memohon bantuannya untuk mengungkap kebenaran kematian mereka. Kini, bersama dua rekannya di tim detektif, Darrenka harus memecahkan kasus pembunuhan yang menghubungkan dua dunia: dunia manusia dan dunia arwah.

Namun, bagaimana jika musuh yang mereka hadapi adalah manusia keji yang sanggup menyeret mereka ke dalam bahaya mematikan? Akankah mereka tetap membantu para arwah, atau memilih mundur demi keselamatan mereka sendiri?

Update setiap hari,jangan lupa like dan komen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 2 SIAPA

Suara sirine ambulans memecah keheningan malam. Tubuh Darrenka terbaring di atas brankar. Seragamnya berlumur darah, napasnya tersengal, dan wajahnya pucat pasi. Selang oksigen menempel di hidungnya, sementara monitor di sampingnya memekik dengan irama tak stabil.

"Tekan lukanya! Dia kehilangan banyak darah!" teriak paramedis kepada rekannya.

Selina,Jena dan Gavin tampak khawatir melihat rekan kerjanya sudah tidak berdaya.

"Darren,lo denger kita ga"kata selina menepuk nepuk pipi Darren.

"Darren sepertinya koma"Jena berkata sambil mendengarkan degup jantungnya.

"Bro,ayo sadar tolong" Gavin cemas.

Ambulans itu melaju kencang membelah malam, hingga akhirnya sampai di depan rumah sakit. Para petugas medis sudah siap membawa brankar.

"Pasien laki-laki, 25 tahun, luka tusuk di perut, tekanan darah menurun drastis"suara paramedis memecah kesibukan lorong IGD.

"Siapkan ruang operasi segera!"teriak salah satu dokter.

Selina,Jena dan Gavin ikut berlari mengantarnya ke ruang operasi.

"Ada wali pak Darren"tanya dokter.

"Saya rekan kerjanya pak"kata Gavin sambil mengangkat tangan.

"Maaf pak saya butuh wali resminya,telpon keluarganya. Secepatnya!"

"Baik pak,akan saya telpon"

Gavin segera membuka handphonenya mencari nomor ibu dari Darren.

"Halo Tan"

"Iya nak gavin ada apa telepon malam malam"

"Tante bisa sekarang kerumah sakit,aku sudah meminta salah satu polisi untuk menjemput tante. Darren masuk rumah sakit tan"

"Astaga Darren,saya akan bersiap siap nak tolong jaga Darren"

Tutttt!

Sebelum Gavin menjawab,suara telepon terputus secara sepihak.

"Bagimana Gav?"tanya Jena khawatir.

"Tante Atala akan segera kemari" kata Gavin menenangkan.

"Syukurlah,semoga Darren bisa segera pulih"kata Selina.

Saat menunggu beberapa menit,akhirnya seorang wanita paruh baya datang napasnya terengah,wajahnya pucat.

"Dimana..dimana anak saya?"kata wanita paruh baya itu yang tak lain adalah tante Atala.

"Tante tenang dulu" Jena memeluk tante Atala.

Pintu ruang operasi akhirnya terbuka, seorang perawat keluar membawa sebuah dokumen.

"Apakah ada wali dari Darrenka Wijaya"

"Iya, saya… saya ibunya Darrenka. Bagaimana anak saya?" suara Atala pecah, hampir tak mampu berdiri tegak.

Perawat menatapnya serius, napasnya sedikit terburu.

"Kondisinya kritis. Dia kehilangan banyak darah dan harus segera dioperasi. Tolong tanda tangani formulir ini sekarang, waktunya sangat terbatas"

Tangan Atala gemetar saat meraih pulpen. Air matanya jatuh, membasahi kertas persetujuan.

"Tolong selamatkan anak saya"

"Kami akan melakukan yang terbaik bu"

Pintu menuju ruang operasi pun tertutup rapat, menyisakan Atala berdiri terpaku, kedua tangannya saling menggenggam erat, seolah berusaha menahan agar dunia di sekitarnya tidak runtuh.

"Tenang tan,Darren kuat pasti dia akan baik baik saja" Selina memeluk Tante Atala.

_____

Lampu ruang operasi menyala, beberapa dokter dan perawat mengelilingi meja operasi wajah mereka tertutup masker. Suara monitor detak jantung berdenting pelan.

"Tekanan darahnya turun!" seru salah satu perawat.

"Tambahkan cairan! Siapkan darah tambahan, cepat!" dokter utama memberi instruksi tegas.

Tubuh Darrenka terbujur diam di meja, wajahnya pucat, napasnya dibantu oleh alat. Jarum infus menusuk kedua lengannya, dan perban penuh darah menutupi luka besar di sisi tubuhnya.

Di tengah suara instruksi dan bunyi alat medis, Darrenka merasa aneh. Kesadarannya seperti ditarik keluar dari tubuh. Cahaya lampu operasi memudar, digantikan dengan ruangan gelap.

"Dimana ini" teriak Darren.

Seorang pria paruh baya menggunakan jubah hitam mukanya tertutup tudung jubah.

"Kamu siapa"

"Tenang nak, kamu belum saatnya meninggal. Saya memberikanmu satu kesempatan untuk hidup kembali, tetapi saya meminta kamu berjanji kepada saya"

"Janji apa"

"Janji bahwa kamu harus selalu membantu siapapun"

"Kalau saya ga mau janji?"

"Kalau kamu ga mau janji, nyawamu menjadi taruhannya"

"Terus kalau saya gagal membantu?"

"Kamu pasti bisa membantu mereka nak"

"Kenapa kamu yakin sekali?"

"Saya selalu yakin kepadamu"

"Tetapi saya menolak mengikuti permintaanmu"

Tiba tiba ruangan itu bergetar memperlihatkan ibu Darren, Selina,Gavin dan Jena yang sedaang bersedih di depan ruang operasi.

"Nak, Darren pasti selamatkan" kata tante Atala.

"Darren kuat tan"

"Iya tante Darren ga gampang nyerah,walau dia suka ceroboh tapi dia juga pintar" kata Gavin.

Tiba tiba ruangan itu bergetar kembali menampilkan ruangan gelap.

"Setelah melihat itu kamu yakin menolak permintaanku?"

"Tetapi kalau saya mengikuti permintaanmu apa yang akan saya terima"

"Sesuatu yang ga pernah kwmu bayangkan"

"Kalau saya kesusahan?"

"Saya akan membantumu"

Ruangan itu bergetar hebat hanya ada tanda hijau dan merah di dinding dinding ruangan.

"Kamu bisa memilih nak,waktu kamu sebentar lagi"

Setelah mempertimbangkan beberapa hal Darren akhirnya mengambil tanda hijau.

"Saya setuju"

Tiba tiba ruangan bergetar hebat membelah lantai ruangan itu.

Terdengar suara monitor, Darren melihat tubuhnya berbaring kaku dan beberapa dokter dan perawat sedang menjahit lukanya.

"Masuklah kembali ke tubuhmu nak"terdengar suara yang ntah darimana.

Darren segera masuk kembali ke tubuhnya.

Dokter bedah menghela napas panjang di balik maskernya.

"Operasi berhasil. Detak jantungnya sudah kembali normal" ucapnya tegas namun lega.

Perawat yang berdiri di sisi meja langsung mencatat hasil terakhir, lalu berkata,

"Tekanan darahnya sudah stabil, pernapasannya mulai teratur"

Di luar ruang operasi, lampu indikator merah padam, berganti warna hijau. Seorang perawat keluar sambil menurunkan masker dari wajahnya dan menghampiri Atala yang duduk di kursi tunggu dengan mata sembab.

"Ibu Atala" ucapnya sambil menatap lembut,

"Operasinya berjalan lancar. Darrenka sudah melewati masa kritis. Dia butuh istirahat penuh sekarang"

Atala yang mendengar itu merasa lega.

"Terimakasih..Terimakasih banyak"

"Kami akan memindahkan Darrenka ke ruang rawat IGD kalian bisa melihat Darren disana.

Setelah operasi selesai, Darrenka dipindahkan ke ruang IGD untuk pemantauan intensif. Tubuhnya masih dipenuhi selang infus, oksigen terpasang di hidungnya, dan monitor jantung terus berbunyi

bip… bip…

Atala berdiri di balik pintu kaca, matanya tak lepas dari putranya yang terbaring tak bergerak.

"Kapan dia akan sadar?" bisiknya lirih, nyaris tak terdengar.

"Darren pasti akan sadar tan" Selina terus menenangkan Tante Atala.

Sedangkan Jena memeluk Tante Atala dengan erat.

Beberapa jam berlalu, namun kelopak mata Darrenka tetap terpejam rapat. Seorang dokter masuk memeriksa kondisi Darrenka dengan senter kecil, menyorot matanya, lalu menatap monitor. Ekspresinya mengeras.

"Refleks matanya menurun respons terhadap rangsangan juga minim" ucapnya pelan pada perawat.

Perawat itu menunduk, lalu menatap ke arah Atala yang menunggu penuh cemas.

"Ibu, kami sudah memeriksa kondisinya, Darrenka berada dalam kondisi koma. Kami akan melakukan penanganan maksimal, tapi saat ini kita hanya bisa menunggu sampai dia merespons"

Kata koma itu seperti petir yang menyambar dada Atala. Lututnya lemas, dan ia harus berpegangan pada Jena agar tidak jatuh. Air matanya kembali mengalir deras, tapi ia memaksa berdiri, menatap putranya melalui kaca.

"Bangunlah, Nak Ibu di sini jangan tinggalkan Ibu sendirian" gumamnya sambil menempelkan telapak tangan di kaca dingin.

"Tenang tante,tenang"kata Jena suaranya bergetar.

Di sisi lain, dalam gelap yang sunyi, Darrenka tidak mendengar suara ibunya tetapi ia mulai mendengar bisikan lain, samar, dari dunia yang berbeda.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!