NovelToon NovelToon
Jodoh Tak Akan Kemana

Jodoh Tak Akan Kemana

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:299
Nilai: 5
Nama Author: EPI

Asillah, seorang wanita karir yang sukses dan mandiri, selalu percaya bahwa jodoh akan datang di waktu yang tepat. Ia tidak terlalu memusingkan urusan percintaan, fokus pada karirnya sebagai arsitek di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Namun, di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, pertanyaan tentang "kapan menikah?" mulai menghantuinya. Di sisi lain, Alfin, seorang dokter muda yang tampan dan idealis, juga memiliki pandangan yang sama tentang jodoh. Ia lebih memilih untuk fokus pada pekerjaannya di sebuah rumah sakit di Jakarta, membantu orang-orang yang membutuhkan. Meski banyak wanita yang berusaha mendekatinya, Alfin belum menemukan seseorang yang benar-benar cocok di hatinya. Takdir mempertemukan Asillah dan Alfin dalam sebuah proyek pembangunan rumah sakit baru di Jakarta. Keduanya memiliki visi yang berbeda tentang desain rumah sakit, yang seringkali menimbulkan perdebatan sengit. Namun, di balik perbedaan itu, tumbuhlah benih-benih cinta yang tak terduga. Mampukah Asillah dan Alfin mengatasi perbedaan mereka dan menemukan cinta sejati? Ataukah jodoh memang tidak akan lari ke mana, namun butuh perjuangan untuk meraihnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EPI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Strategi dingin dan pria dengan senyum menawan

Asillah memulai aksinya dengan sempurna. Keesokan harinya, ia datang ke rumah sakit dengan penampilan yang biasa saja. Tidak ada lagi dress merah menyala atau riasan wajah yang berlebihan. Ia mengenakan kemeja putih polos dan celana bahan berwarna hitam. Rambutnya ia ikat sederhana. Ia ingin menunjukkan bahwa ia adalah wanita yang profesional dan mandiri, bukan wanita yang hanya mengandalkan penampilan fisik.

Saat bertemu dengan Dokter Alfin di lorong rumah sakit, Asillah hanya memberikan senyum tipis dan sapaan singkat. Ia tidak berusaha untuk memulai percakapan atau mendekati pria itu. Ia bersikap seolah-olah Dokter Alfin hanyalah rekan kerja biasa, tidak lebih.

Dokter Alfin tampak bingung dengan perubahan sikap Asillah. Ia merasa heran mengapa wanita itu tiba-tiba bersikap dingin padanya. Ia bertanya-tanya apakah ia telah melakukan kesalahan atau menyinggung perasaan Asillah.

"Selamat pagi, Mbak Asillah," sapa Dokter Alfin dengan nada ragu.

"Selamat pagi, Dok," jawab Asillah dengan singkat, tanpa menatap mata Dokter Alfin.

Asillah kemudian berjalan melewati Dokter Alfin dan menuju ruang rapat. Dokter Alfin menatap punggung Asillah dengan tatapan yang penuh tanya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan wanita itu.

Di ruang rapat, Asillah bersikap profesional dan fokus pada pekerjaannya. Ia tidak memberikan perhatian khusus pada Dokter Alfin. Ia hanya berbicara seperlunya dan menghindari kontak mata dengan pria itu.

Dokter Alfin merasa semakin kesal dengan sikap Asillah. Ia merasa diabaikan dan diremehkan. Ia tidak mengerti mengapa wanita itu tiba-tiba bersikap seperti itu padanya.

"Mbak Asillah, apakah ada masalah dengan desain taman rumah sakit? Apakah ada yang perlu saya bantu?" tanya Dokter Alfin dengan nada hati-hati.

"Tidak ada masalah, Dok. Semuanya berjalan lancar. Terima kasih atas tawarannya," jawab Asillah dengan nada dingin.

Dokter Alfin merasa semakin frustrasi. Ia tidak tahu bagaimana cara mendekati Asillah. Ia merasa wanita itu telah membangun tembok yang tinggi di sekelilingnya.

Saat jam makan siang tiba, Asillah tidak makan siang bersama Dokter Alfin dan Dokter Sarah seperti biasanya. Ia beralasan bahwa ia harus bertemu dengan klien di luar rumah sakit.

Padahal, Asillah sengaja menghindari Dokter Alfin. Ia ingin membuat pria itu merasa cemburu dan menyesal karena telah menyia-nyiakannya.

Asillah makan siang di sebuah restoran dekat rumah sakit. Saat sedang makan, ia melihat seorang pria tampan sedang menatapnya dengan senyum menawan. Pria itu adalah Dokter Adrian, seorang dokter spesialis bedah plastik yang baru bertugas di rumah sakit itu.

Dokter Adrian menghampiri Asillah dan memperkenalkan diri. "Selamat siang, Mbak. Saya Dokter Adrian. Saya baru bertugas di rumah sakit ini," kata Dokter Adrian dengan nada ramah.

"Selamat siang, Dok. Saya Asillah, arsitek yang mendesain rumah sakit ini," jawab Asillah sambil tersenyum.

"Saya sudah sering mendengar tentang Mbak Asillah. Saya sangat terkesan dengan desain rumah sakit ini. Mbak sangat berbakat," puji Dokter Adrian.

"Terima kasih, Dok. Saya senang mendengarnya," jawab Asillah dengan nada malu-malu.

Dokter Adrian kemudian mengajak Asillah untuk makan siang bersama. Asillah menerima tawaran itu dengan senang hati. Ia merasa ini adalah kesempatan yang bagus untuk membuat Dokter Alfin cemburu.

Asillah dan Dokter Adrian mengobrol dengan akrab selama makan siang. Mereka membahas tentang pekerjaan, hobi, dan pengalaman hidup masing-masing. Asillah merasa nyaman dan senang berada di dekat Dokter Adrian. Pria itu sangat ramah, humoris, dan perhatian.

Tanpa disadari, Dokter Alfin melihat Asillah dan Dokter Adrian sedang makan siang bersama dari kejauhan. Ia merasa hatinya seperti ditusuk-tusuk jarum. Ia merasa cemburu dan marah melihat Asillah tertawa dan bercanda dengan pria lain.

"Siapa pria itu? Mengapa Asillah makan siang dengannya? Apakah mereka memiliki hubungan khusus?" tanya Dokter Alfin dalam hati.

Ia merasa kesal karena Asillah tidak memberitahunya tentang pria itu. Ia merasa diabaikan dan tidak dihargai.

Setelah makan siang, Asillah kembali ke rumah sakit dengan perasaan senang. Ia merasa rencananya berjalan dengan lancar. Ia berhasil membuat Dokter Alfin cemburu.

Saat bertemu dengan Dokter Alfin di lorong rumah sakit, Asillah sengaja menggandeng lengan Dokter Adrian dan tersenyum manis padanya.

Dokter Alfin melihat pemandangan itu dengan tatapan yang penuh amarah. Ia mengepalkan tangannya erat-erat.

"Selamat siang, Dok," sapa Asillah dengan nada riang.

"Selamat siang, Mbak Asillah," jawab Dokter Alfin dengan nada dingin.

"Dokter, kenalkan, ini Dokter Adrian, rekan kerja saya di rumah sakit ini," kata Asillah sambil memperkenalkan Dokter Adrian kepada Dokter Alfin.

"Selamat siang, Dokter Adrian," sapa Dokter Alfin dengan nada sinis.

"Selamat siang, Dokter Alfin," jawab Dokter Adrian dengan senyum ramah.

"Kalau begitu, kami permisi dulu ya, Dok. Kami mau melanjutkan pekerjaan," kata Asillah sambil menarik Dokter Adrian pergi.

Dokter Alfin menatap kepergian Asillah dan Dokter Adrian dengan tatapan yang penuh amarah. Ia merasa sangat kesal dan frustrasi. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan hati Asillah kembali.

Di sisi lain, Asillah merasa puas dengan hasilnya. Ia berhasil membuat Dokter Alfin cemburu dan merasa menyesal. Ia berharap, Dokter Alfin akan segera menyadari perasaannya dan mengejarnya.

Namun, jauh di lubuk hatinya, Asillah merasa sedikit bersalah

Drama di Balik Senyum dan Kebimbangan yang Merasuk

Namun, jauh di lubuk hatinya, Asillah merasa sedikit bersalah. Ia merasa tidak enak karena telah mempermainkan perasaan Dokter Alfin. Ia juga merasa tidak jujur pada dirinya sendiri. Ia sebenarnya masih sangat tertarik pada Dokter Alfin, meski ia berusaha menyangkalnya.

"Apa yang sebenarnya aku lakukan? Kenapa aku harus mengikuti rencana konyol ini? Aku malah menyakiti diri sendiri dan orang lain," gumam Asillah dalam hati.

Ia merasa bimbang dan tidak yakin dengan keputusannya. Ia tidak tahu apakah ia harus terus melanjutkan aksinya atau menghentikannya.

Di malam hari, Asillah tidak bisa tidur nyenyak. Pikirannya terus melayang pada Dokter Alfin dan Dokter Adrian. Ia merasa bingung dengan perasaannya. Ia tidak tahu siapa yang sebenarnya ia cintai.

Ia menghubungi Rian dan menceritakan semua yang terjadi hari ini. "Rian, aku nggak tahu lagi apa yang harus aku lakuin. Aku merasa bersalah sama Dokter Alfin. Aku juga merasa nggak jujur sama diri sendiri," kata Asillah dengan nada putus asa.

"Tenang, Sil. Jangan panik. Kamu sudah melakukan yang terbaik. Kamu sudah berhasil membuat Dokter Alfin cemburu," jawab Rian dengan nada menenangkan.

"Tapi, aku nggak yakin ini adalah cara yang benar. Aku merasa malah semakin memperburuk situasi," kata Asillah.

"Dengerin aku, Sil. Kamu harus tetap kuat dan percaya pada dirimu sendiri. Jangan biarkan Dokter Alfin dan Dokter Renata meremehkan kamu. Kamu pantas mendapatkan yang terbaik," kata Rian dengan penuh semangat.

"Tapi, aku takut aku salah mengambil keputusan. Aku takut aku malah kehilangan Dokter Alfin selamanya," kata Asillah dengan nada khawatir.

"Kalau Dokter Alfin memang jodohmu, dia pasti akan kembali padamu. Kamu nggak perlu khawatir. Yang penting, kamu tetap menjadi diri sendiri dan melakukan apa yang menurutmu benar," kata Rian.

Asillah terdiam sejenak. Ia merenungkan kata-kata Rian. Ia menyadari bahwa Rian benar. Ia harus tetap menjadi diri sendiri dan melakukan apa yang menurutnya benar.

Ia memutuskan untuk menghentikan aksinya dan bersikap jujur pada Dokter Alfin. Ia ingin berbicara dari hati ke hati dengan pria itu dan menjelaskan semua yang terjadi.

"Oke, Rian. Aku akan coba. Terima kasih atas sarannya," kata Asillah dengan nada yang lebih tenang.

"Sama-sama, Sil. Aku selalu ada untukmu. Semangat ya!" jawab Rian.

Keesokan harinya, Asillah datang ke rumah sakit dengan tekad yang bulat. Ia ingin bertemu dengan Dokter Alfin dan berbicara jujur padanya.

Ia mencari Dokter Alfin di ruangannya, tapi pria itu tidak ada di sana. Ia bertanya pada Dokter Sarah, tapi Dokter Sarah juga tidak tahu di mana Dokter Alfin berada.

"Mungkin Dokter Alfin sedang ada operasi atau sedang memeriksa pasien," kata Dokter Sarah.

Asillah memutuskan untuk menunggu Dokter Alfin di ruangannya. Ia berharap pria itu akan segera datang.

Namun, setelah menunggu selama berjam-jam, Dokter Alfin tidak juga muncul. Asillah merasa semakin khawatir. Ia takut sesuatu yang buruk telah terjadi pada Dokter Alfin.

Ia menghubungi Dokter Alfin melalui telepon, tapi panggilannya tidak dijawab. Ia mengirim pesan singkat, tapi pesannya tidak dibalas.

Asillah merasa semakin panik. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia memutuskan untuk mencari Dokter Alfin di seluruh rumah sakit.

Ia mencari Dokter Alfin di ruang UGD, di ruang ICU, di ruang operasi, dan di semua ruangan yang ada di rumah sakit itu. Namun, ia tidak berhasil menemukan Dokter Alfin.

Akhirnya, ia bertemu dengan seorang perawat yang sedang bertugas di ruang informasi. Ia bertanya pada perawat itu tentang keberadaan Dokter Alfin.

"Maaf, Mbak, apakah Anda melihat Dokter Alfin?" tanya Asillah dengan nada cemas.

"Dokter Alfin? Oh, Dokter Alfin hari ini tidak masuk kerja, Mbak," jawab perawat itu.

"Tidak masuk kerja? Kenapa?" tanya Asillah dengan nada terkejut.

"Saya tidak tahu, Mbak. Katanya sih, Dokter Alfin sedang sakit," jawab perawat itu.

Asillah merasa hatinya mencelos mendengar berita itu. Ia merasa bersalah karena telah membuat Dokter Alfin sakit. Ia merasa semua ini adalah salahnya.

"Apakah Anda tahu di mana Dokter Alfin tinggal?" tanya Asillah dengan nada memohon.

"Maaf, Mbak, saya tidak tahu. Itu

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!