NovelToon NovelToon
Pelakor Mencari Keadilan

Pelakor Mencari Keadilan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Masuk ke dalam novel / POV Pelakor / Transmigrasi / Healing / Chicklit
Popularitas:749
Nilai: 5
Nama Author: Aulia Z.N

Aura, seorang penulis amatir dari keluarga miskin, terjebak dalam novel ciptaannya sendiri. Ia bangun di tubuh Aurora, selingkuhan jahat dari cerita Penderitaan Seorang Wanita. Padahal, dalam draf aslinya Aurora direncanakan mati tragis karena HIV, sementara sang istri sah, Siti, hidup bahagia bersama second male lead. Kini, Aura harus memutar otak untuk melawan alur yang sudah ia tulis sendiri, atau ikut binasa di ending yang ia ciptakan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia Z.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Konferensi Meja Bundar di Kepala

"Tu- tunggu!" Siti menahan genggaman tangan Aurora yang berusaha menariknya pergi. Perempuan itu segera melepaskan tangannya dengan gerakan hati-hati, meski jelas terlihat ketegangan pada wajahnya. Suaranya pecah, tapi penuh keteguhan.

"Kenapa sekarang kau malah menyuruh saya bercerai dengan suami saya? Sudah saya katakan bahwa saya punya dua anak yang masih kecil. Mereka masih butuh sosok seorang ayah. Kenapa kau belum mengerti juga, Aurora?"

Aurora terdiam. Tubuhnya tetap tegak, ekspresi wajahnya datar tanpa riak—tenang di luar, namun otaknya berdenyut seperti mau pecah. Suara-suara beradu, saling tumpang tindih, memenuhi pikirannya tanpa ampun.

---

Di dalam otak Aurora, sebuah ruang rapat raksasa terbentuk. Kursi-kursi panjang berjejer, dan di tiap kursi duduk sosok Aurora yang sama persis, hanya berbeda ekspresi. Lampu menggantung redup, bayangan panjang jatuh ke dinding, menambah suasana mencekam.

"Baiklah, kita buka diskusi kita pada detik ini!" seru Aurora yang bertindak sebagai moderator, menepuk meja panjang dengan keras hingga gema terdengar. "Situasi jelas: Siti di timeline ini adalah istri sah. Dia menuntut penjelasan. Pertanyaan inti. Jika kita melihat dari sudut pandang Siti, masuk akalkah seorang pelakor tiba-tiba menarik tangan kita dan menyuruh kita bercerai dari suaminya sendiri?"

Bisik-bisik riuh langsung pecah. Wajah-wajah Aurora di sekeliling meja saling melirik dengan tatapan tajam.

"Tidak! Ini jelas tidak masuk akal!"

"Kalau aku jadi Siti, aku akan curiga. Aku justru merasa Aurora ingin merebut suamiku dengan cara paling mudah."

"Aku juga setuju, situasi ini penuh risiko!"

Salah satu Aurora menyilangkan tangan, bibirnya melengkung sinis. "Lagi pula, orang gila mana yang langsung menyeret Siti ke pengadilan? Siti bahkan belum tahu apa-apa soal timeline ini! Apa kita benar-benar author maha tahu, hah?"

Suasana rapat makin panas. Ada yang menghentak meja, ada yang menggeleng frustasi, ada yang tertawa getir seakan menyadari betapa konyol situasi ini.

"Ayolah! Kita tahu diri kita ini ceroboh. Itu bawaan lahir!" teriak salah satu Aurora dengan nada kesal.

"Justru karena ceroboh, otak rapat ini ada! Kita bisa menyelamatkan diri dengan strategi cepat," balas Aurora lain, nada suaranya penuh keyakinan meski matanya merah karena panik.

Moderator mengangkat kedua tangannya lalu bertepuk keras. Dentumannya memantul ke dinding, memaksa semua Aurora terdiam. "Semuanya, fokus! Kita tak punya banyak waktu. Jika kita terus berdiri terpaku di luar restoran, orang-orang akan melihat kita bengong, lalu menganggap kita gila. Kalian tahu ujungnya apa? Rumah sakit jiwa! Jadi sekarang, tulis ide kalian secepat mungkin! Ingat, siapa cepat, itu yang akan kita jalankan!’

Detik itu juga, semua Aurora menunduk. Pena berderit di atas kertas, menulis dengan terburu-buru, hampir seperti lomba untuk menyelamatkan hidup. Nafas mereka memburu, ruangan penuh suara gesekan tinta dan detak jam yang terdengar makin keras, seakan menghitung waktu menuju bencana.

Hingga akhirnya, seorang Aurora bangkit dengan wajah berkeringat. Ia mengangkat tinggi-tinggi selembar kertas penuh coretan kacau, huruf-hurufnya berantakan. Tapi semua Aurora bisa membaca jelas isinya.

"Bawa Siti kembali masuk ke restoran! Setelah itu, pikirkan dengan cepat alasan masuk akal kenapa kita menyuruhnya bercerai dengan suaminya!"

---

Setelah menerima hasil rapat singkat dari otaknya sendiri, Aurora akhirnya menarik kembali Siti masuk ke dalam restoran. Gerakannya sedikit kaku, seolah dipaksa oleh sesuatu yang tak terlihat, namun cukup kuat untuk membuat Siti menuruti langkahnya. Mereka berdua kembali duduk di kursi yang sebelumnya telah mereka tempati.

Aurora tersenyum canggung, meski keringat dingin mulai menetes di pelipisnya. "Ayo, ibu Siti. Silahkan duduk dulu, nanti saya jelaskan!"

Siti menghela napas panjang. Sorot matanya masih penuh kebingungan, namun akhirnya ia menuruti ajakan itu. Ia duduk kembali di kursinya, sementara Aurora duduk di seberangnya. Udara di antara mereka serasa membeku; ketegangan merambat pelan seperti kabut yang menutup pandangan.

Aurora terdiam sejenak, menunggu otaknya bekerja mencari alasan yang tepat. Ekspresinya terlihat datar, tapi matanya terus berkedip, seolah berusaha menahan sesuatu yang bergolak dari dalam. Setelah beberapa detik, akhirnya ia tersenyum ramah, meski jelas-jelas senyum itu dipaksakan. "Baiklah, ibu Siti. Sebelumnya, saya minta maaf yang sebesar-besarnya karena sudah menganggu rumah tangga ibu Siti dengan pak Suryo."

Aurora berdiri perlahan, lalu menunduk sembilan puluh derajat ke arah Siti, tubuhnya kaku namun sikapnya penuh kesungguhan. "Saya tahu kesalahan saya sangat tidak bisa dimaafkan. Tapi saya berjanji akan—"

"Aurora! Tidak perlu sampai seperti itu!" Siti buru-buru bangkit, wajahnya panik, lalu meraih punggung Aurora agar kembali tegak. Sentuhan itu penuh ketulusan, seakan ia tengah menenangkan seorang anak kecil yang kehilangan arah. "Saya sudah memaafkanmu sejak lama. Duduklah lagi! Tidak perlu sampai seperti itu!"

Aurora mengikuti arahan itu dengan pasrah. Ia kembali duduk, menunduk, lalu memasang ekspresi sedih. Tatapan matanya berkaca-kaca, membuat wajahnya seolah-olah benar-benar diliputi penyesalan. "Ibu Siti... Terima kasih banyak. Padahal saya adalah pelakor hina yang tidak bisa dimaafkan. Tapi ibu Siti dengan mudah—"

Siti sigap meraih tisu dari meja, lalu menghapus air mata Aurora dengan kelembutan seorang ibu. "Sudahlah, Aurora! Yang penting sekarang kau sudah menyesal. Jangan melakukan hal seperti itu lagi, oke?" ucapnya dengan suara lembut, penuh kehangatan.

Aurora mengangguk pelan, meski dalam hati ia tahu betul air matanya hanyalah bagian dari akting yang sudah terlatih. Jiwa Aura yang terbiasa menulis novel membuatnya hafal setiap detail gestur karakter, dan tubuh Aurora yang kini ia kuasai, sangat cocok digunakan untuk berakting mencari simpati.

"Tunggu sebentar! Saya akan pesankan minuman dulu agar kau bisa tenang!" Siti bergegas pergi ke arah kasir, langkahnya cepat namun tetap anggun, seakan benar-benar cemas pada kondisi Aurora.

Begitu sosok Siti menjauh, ekspresi Aurora berubah drastis. Senyum sedih yang semula terpampang lenyap begitu saja, berganti tatapan datar yang dingin. Bola matanya menyipit, menilai setiap detail tingkah laku Siti, seolah sedang menimbang-nimbang sesuatu yang berbahaya.

---

Di ruang rapat imajiner dalam otaknya, salah satu Aurora menghentakkan telapak tangan ke meja hingga suara gedebuk menggema. "Siti itu terlalu baik! Bagaimana bisa wanita sebaik ini harus menikah dengan pria toxic masculinity, patriarki, misoginis, gila selangkangan, jelek, tidak punya empati. Satu-satunya kelebihan dia hanya satu: uang!"

Aurora lain, yang duduk santai sambil menyeruput boba milk tea, mengangkat bahu. "Tentu saja karena trope istri baik yang disakiti suami brengsek adalah trope paling laku di novel online. Terimalah kenyataan itu!"

Moderator menepuk tangan keras-keras, membuat semua Aurora yang ada di ruangan itu menoleh. Wajahnya serius, suaranya penuh tekanan. "Fokus! Saat Siti kembali, apa yang harus kita katakan padanya? Kita tidak bisa mengulur waktu lagi! Kita harus mengatakan alasan kenapa kita menyuruhnya menceraikan suaminya!"

---

Tak lama kemudian, Siti kembali. Di tangannya, ia membawa dua gelas minuman: Jus alpukat dan matcha latte. Ia meletakkannya di meja dengan hati-hati, lalu menggeser salah satunya ke arah Aurora.

"Ayo, Aurora! Silahkan dinikmati!" Siti tersenyum hangat sambil mengulurkan segelas matcha latte ke arah Aurora.

Aurora kembali memasang wajah memelas. Ia menerima minuman itu dengan kedua tangan, seolah benar-benar tersentuh oleh perhatian Siti. "Terima kasih banyak, ibu Siti." Ia mengambil sedotan, menyesap sedikit matcha latte, lalu menghela napas panjang, seolah minuman itu sedikit menenangkan hatinya.

Namun beberapa detik kemudian, perubahan kembali terjadi. Sorot matanya mengeras, penuh ketegangan. Senyum tipisnya lenyap, berganti tatapan tajam yang menusuk.

Aurora mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, suaranya terdengar pelan tapi sarat dengan tekanan. "Baiklah, ibu Siti. Sekarang juga, saya akan katakan kenapa saya menyarankan untuk menceraikan suami anda. Itu karena..."

Aurora berhenti sejenak, membiarkan hening mencekam merayap di antara mereka. Udara seolah berhenti bergerak, membuat suara detak jantung terasa begitu keras di telinga.

"...Suami anda tertular penyakit HIV."

1
Messan Reinafa
karma berlaku yaa ciin
Messan Reinafa
duh..duh...bau-bau pelakor ga tau diri
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
jangan bilang jika istri mu yang kenal penyakit HIV 🗿
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
😭😭😭tiba tiba di tampar
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
ku kira dia tokoh benerann 😭
👑Chaotic Devil Queen👑: Selamat! Anda bukan satu-satunya orang yang kena tipu😭🤣
total 1 replies
erika eka putri pradipta(ACDD)
dasar pelakor,rasain emang enak🤣🤣🤣
erika eka putri pradipta(ACDD)
dasar pelakor
erika eka putri pradipta(ACDD)
paling benci dengan orang yang kejam seperti aurora
Oksy_K
releted bgt, ikut trend pasar tapi feel nya gak dapet, gk ikut trend duitnya yg gak dapet🥲😂
Oksy_K: sabar ya kak, kita sama🤣
total 4 replies
karena orang-orang senang liat orang susah 🤭
👑Chaotic Devil Queen👑: Lebih ke... merasa relate aja gak sih🗿

makanya kebanyakan yang bikin dan baca itu ibu rumah tangga karena relate🗿
total 1 replies
Quinnela Estesa
nama tokoh utama aja yang keren. nama tokoh lain B aja. Siti apaan deh🤣 coba namanya lebih bagus lagi
👑Chaotic Devil Queen👑: Kan disesuaikan sama gennya zheyenk😭🤣

Siti dan yang lainnya itu gen milenial ke atas. Mereka di usia bapak-bapak, ibu-ibu. Yang gen-Z cuma MC doang. Makanya namanya estetik sendiri😭🤣
total 1 replies
Rezkaya Retnoyevich
Jir, kena plot twist ane, ku kira dia tokoh beneran. Ternyata cuma karakter novel yg MC bikin /Facepalm/
👑Chaotic Devil Queen👑: Wah siapa sangka😭🤣
total 1 replies
Rezkaya Retnoyevich
Tipikal wanita yang tidak aku sukai, berharap agar kita gak pernah bertemu dengan orang semacam ini di kehidupan nyata 😤
👑Chaotic Devil Queen👑: Iya gess... semoga dipertemukan wanita baik-baik yang mau menemani saat susah, gak cuma senengnya doang😭🙏
total 1 replies
Adifa
kok bisa di katakan wanita bodoh??😭
👑Chaotic Devil Queen👑: NPD juga bisa atau DPD. Dia terlalu percaya diri dan gak mandiri 🗿
total 3 replies
Jhony Can Cook
bagus kok
👑Chaotic Devil Queen👑: Terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!