Shasy yang sudah menjalani pernikahannya selama dua tahun,harus menabahkan hatinya saat sang mertua dan kerabat menghinanya Mandul. Karena keadaan yang membuatnya stres dan merasa tersakiti. Sashy yang sedang kalut dan rapuh memilih untuk bersenang-senang bersama temannya. Hingga dirinya terjebak dengan pria yang membuatnya melampiaskan amarah dan kecewanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Nak apa terjadi sesuatu padamu?"
Sashy yang yang duduk dengan bengong tersentak saat mendengar pertanyaan ibunya.
"Em, tidak Bu." Katanya yang kemudian menaruh kedua alat makannya diatas piring.
"Sashy sudah selesai, hendak berdiri membawa peralatan makanya, tapi suara ibunya membuatnya terdiam sejenak.
"Jangan menutupi luka hatimu hanya karena takut. Ibu akan lebih merasa bersalah jika melihatmu terluka sendirian."
Bibir Sashy melengkung senyum, meskipun hatinya terasa sesak dan sakit.
"Terima kasih Bu, Sashy masih banyak menyusahkan ibu."
Setelah selesai, Sashy pergi ke kamar. Bersandar di bahu ranjang dengan tatapan kosong. Ingatannya kembali pada beberapa waktu lalu. Saat dirinya berada di tangan Fatur.
Rasa takut menyusup ke dalam hatinya, namun rasa sakit yang membuatnya menjadi semakin membenci Fatur.
"Fatur, kau akan menyesal jika kau berani menyentuh ku!" Makinya saat tangan Fatur mencengkram kakinya yang hendak kabur.
"Oya..apa yang bisa di lakukan wanita seperti mu, lapor polisi? Cih tidak ada suami yang akan memper kosa istrinya sendiri!" Fatur tersenyum miring membuat Sashy semakin gemetar takut.
Fatur bukanlah Fatur yang dulu, Fatur yang sekarang sama sekali tak bisa ia kenali.
Kepala Sashy terus menggeleng, "Ngak! Perceraian kita sudah masuk ke pengadilan. Dan-"
"Diam!!"
Bibir Sashy langsung terkatup rapat, matanya memerah manahan air matanya agar tidak jatuh. Demi apapun dia begitu takut dengan Fatur yang terlihat kesetanan.
Akkhhh
Fatur mencekram rahang Sashy dengan keras, kedua kakinya di apit dengan kedua kaki Fatur, sedangkan tangannya berusaha melepaskan cengkraman Fatur yang begitu menyakitkan.
"Sudah ku katakan, kita tidak akan bercerai. Kau tidak dengar, kita tidak akan bercerai!!"
Brak
Saat itu juga keduanya terkejut mendapati pintu yang terbuka dengan kasar, bahkan satu eselnya sampai terlepas.
"Kurang ajar!!" Kemarahan Arga tak bisa dibendung lagi, pria itu menerjang Fatur yang tubuhnya tak sebanding dengan Arga.
Sashy mengingat bagaimana Arga marah dan memukuli Fatur tanpa henti, sampai pria itu tak sadarkah diri dengan tubuh babak belur. Dalam sekejap air matanya merebak dan jatuh di pipi. Sashy mengusapnya dengan napas sesak.
"Aku bisa menahan air mataku untuk kalian, tapi saat sendiri aku tidak bisa menyembunyikannya." Gumamnya dengan bibir terisak.
Di tempat lain, Arga duduk di balkon dengan udara malam yang tak bisa menenangkan dirinya. Sejak memulangkan Sashy pria itu lebih irit bicara. Bahkan saat Mamanya bertanya pun tak ia balas banyak. Arga sedang memikirkan Sashy.
"Aku akan melaporkannya ke polisi." Ucap Arga saat keduanya sudah berada di dalam mobil.
Melihat wanitanya di perlakukan seperti itu jelas saja dirinya marah, tak terima. Hatinya terasa sakit seperti ada pisau yang menggoresnya.
"Tidak perlu."
Jawaban Sashy di luar perkiraan Arga, matanya menyorot tajam namun penuh dengan pertanyaan.
Kepala Sashy menunduk, keduanya tangannya saling meremas di atas pengakuan. Jantungnya tak berhenti berdebar dengan segala rasa sesak yang bercokol didalamnya.
"Aku masih status istrinya, sebelum pengadilan mengesahkan perceraian kita. Jadi percuma jika kau melaporkannya. Aku tidak apa-apa, untuk kedepannya aku akan lebih hati-hati." Terang Sashy yang saat itu tatapan begitu tegas. Bahkan Arga tak melihat wanita itu menjatuhkan air matanya.
Arga menyesap kembali gelas berisikan wine, udara yang dingin tak membuatnya merasakan. Dia bisa saja membuat semuanya menjadi mudah dan selesai lebih cepat, tapi tentu saja Arga tak bisa melakukan semua itu.
....
Keesokannya, Sashy kembali bekerja. Bekerja seperti biasa seperti tidak terjadi sesuatu. Menyakinkan dirinya bahwa semua baik-baik saja itulah yang membuat hatinya sedikit lebih tenang.
Sashy membawa beberapa berkas keruangan Arga, ini hampir siang dan waktunya jam istirahat, tapi Sashy baru akan menyerahkan beberapa berkas. Wanita itu mengetuk pintu, hingga suara Arga terdengar dari dalam.
Saat masuk Sashy melihat Arga yang duduk dan sibuk dengan pekerjanya, pria itu cukup serius dan tak menatap kearahnya.
Jantung Sashy berdebar, lidahnya terasa kelu dan kaku. Namun ia tak bisa mengabaikan pekerjaannya.
"Berkas dari beberapa perusahaan yang ingin mengajukan kerja sama pak." Katanya sambil menurunkan berkas itu ke atas meja.
"Hm."
Sashy mengigit bibirnya, rasanya aneh dan sedikit menggelitik hatinya melihat Arga begitu cuek saat berdua seperti ini.
Arga mendongak, dan tatapan keduanya bertemu untuk saling mengunci. Tidak ada yang bicara, keduanya sama-sama diam dan saling menatap untuk sesaat. Hingga Sashy yang lebih dulu memutuskan pandangan itu.
Tak
Arga menaruh pena dengan sedikit kasar menimbulkan suara yang cukup nyaring, pria itu bersandar di kursi dengan kedua tangannya saling tertaut.
Sashy yang masih berdiri menatap Arga yang ternyata masih menatapnya.
"K-kenapa kamu menatap ku seperti itu." Katanya dengan suara gugup.
Arga menaikkan alisnya sebelah, pria itu masih menatap Sashy dengan mata hitamnya.
Tidak menjawab, Arga masih diam. Dan entah kenapa membuat Sashy gemas. Namun ada sesuatu yang harus ia sampaikan.
"Siang ini panggilan pengadilan pertama, aku..aku akan datang." Ucapnya dengan pelan.
"Hm.."
Hanya suara itu yang terdengar dari bibir Arga, membuat Sashy kembali menatap wajah pria yang sedang mood datar itu.
"Kenapa?" Tanya Arga saat Sashy menatapnya dengan tatapan seperti kesal.
"Ti-tidak apa-apa, kalau begitu aku permisi dulu." Balasannya yang langsung pergi.
Arga menghela napas, memijit pelipisnya dengan tangannya. Tadi pagi ia sempat mendapatkan ultimatum dari ibunya, dan jika di pikir yang di katakan ibuknya semua benar.
"Pria bermartabat tidak akan ikut campur dalam rumah tangga orang lain. Mama tidak tahu apa yang sudah kalian lakukan. Tapi jika kamu ingin membuat Sashy merasa di hargai, kamu tidak akan terlibat dalam perceraiannya. Dan kamu hanya akan membuat Sashy hina di mata suaminya, kelakukan kalian tidak berbeda dengan mereka yang berselingkuh."
Kata-kata itu yang mencoba Arga pertimbangkan. Selama ini dia orang yang begitu bersemangat dan mendukung perceraian Sashy. Kebersamaan yang mereka lakukan cukup membuat Arga tak bisa menahan diri. Melupakan jika Sashy masih menjadi istri pria lain.
Tak memikirkan dirinya sendiri, Arga memikirkan harga diri Sashy. Bagaimana jika wanita itu kembali mendapatkan hinaan jika tahu dia berhubungan dengan pria lain dengan status masih menjadi istri orang. Pasti itu akan melukai perasaan Sashy lagi, membuat wanita itu kembali hancur.
"Arga, Mama pikir kamu pria yang pintar. Tapi Mama lupa jika pria pintar dan cerdas juga akan kalah dengan namanya cinta. Mama tidak akan menghalangi hubungan kalian. Asalkan kamu berdiri pada posisimu dan tidak melampauinya, cukup mendukungnya, tanpa terlibat skandal bersamanya."
....
Sashy menatap gedung pengadilan agama dengan hembusan napas kasar. Kakinya melangkah dengan ringan tanpa beban apapun. Di dalam pengacaranya sudah menunggu, pengacara Arga yang ditugaskan dan dipercaya untuk membantu Sashy.
"Selamat siang Nona."
"Siang pak, maaf menunggu lama."
"Tidak masalah," Pria berkaca mata itu tersenyum. "Mari, sebentar lagi sidang pertama akan di mulai. Saya rasa anda harus siap."
Sashy tersenyum tipis, "Saya sangat siap pak, bahkan saya inginnya hari ini surat itu langsung turun." Ucap Sashy terdengar bercanda.
Keduanya berjalan masuk, Sashy hanya di dampingi pengacaranya, ini baru sidang pertama, masih ada sidang selanjutnya yang mungkin akan lebih banyak menyita waktu dan menegangkan setelah ini.
Fatur membuka matanya dengan rasa sakit disekujur tubuhnya, pria yang masih tergeletak di lantai itu meringis kesakitan.
"Sial!" Makinya yang melihat keadaannya yang mengenaskan. Bahkan ia bangun dalam keadaan yang masih sama, padahal hari sudah siang.
Fatur melihat jam di dinding, dan pria itu semakin mengeram saat mengingat hari ini adalah sidang pertamanya.
"Sialan! Sashy kamu tidak akan bisa bercerai dengan ku!" Geramnya mengingat istrinya itu benar-benar menggugatnya ke pengadilan.
gk diliatin mantan istrinya yg bahagia dan akan punya anak sich.
kurang nelangsa lah mantan suaminy itu.
dan untuk fatur km baru sadar kl km laki2 bodoh udah membuang berlian hanya untuk sampah,,terlambat km menyesal fatur sashy udah bahagia dan yg lebih lagi sekarang sedang hamil bukan wanita mandi seperti kataku mu fatur
maka nikmatilah.....