Sistem: Games Novel

Si Imut nampak berpikir, “Sepertinya ada, ayo kita lihat di pasar poin,” ucapnya sambil menggulir layar tak kasat mata di hadapan kami.

“Nah ini dia,” pekiknya, “hanya saja, harganya cukup mahal Nona,” ucapnya kemudian.

“Harganya sepuluh ribu poin, lalu berapa poin yang kita punya?” tanyaku sedikit berharap.

“Hanya seratus poin, itu pun poin dasar yang diberikan sistem,” sahutnya.

“Cih, ternyata kita ini miskin. Lalu bagaimana cara cepat untuk mendapatkan poin?”

“Ada misi tambahan yang bisa Nona lakukan, hanya saja itu belum aktif, karena Nona belum mendapatkan satu poin pun. Misi tambahan akan aktif saat poin Nona mencapai 250 poin," jelasnya sambil menggulir layar.

“Kalau begitu katakan misi apa yang harus aku lakukan agar aku bisa mendapatkan poin?”

“Hem... Belum ada Nona. Nona belum punya misi, selain misi utama,” ucapnya sambil menggeleng pelan.

“Haish, kau ini sistem macam apa, kalau aku tidak ada misi lalu bagaimana caranya aku bisa dapat poin,” kesalku padanya, mengapa pula aku mendapat sistem tak berguna seperti ini.

“Ah sudahlah. Si Imut, kenapa cerita ini harus di rubah, apa ceritanya tidak bagus?” tanyaku, jujur aku merasa terganggu dengan hal ini, aku sebagai penulis merasa sudah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan isi dalam kepalaku di novel yang ku buat, tapi pada akhirnya seseorang ingin merubahnya begitu saja, tentu saja aku tidak terima.

“Emh, menurutku ini sudah bagus, tapi endingnya benar-benar mengerikan, Nona membuat karakter utama menjadi Iblis dan berakhir mati juga, itu yang membuat cerita Novel ini di rubah, selain dari banyaknya komentar buruk dari pembaca, karakter utama pun tidak terima dengan akhir hidupnya yang seperti itu,” jelasnya.

Aku tertawa remeh mendengar kata-katanya yang terakhir, “mereka itu hanya karakter yang aku buat, mereka tidak nyata bagaimana mungkin mereka bisa protes dengan jalan cerita yang aku buat, kau ada-ada saja. Bilang saja editor yang ingin merubahnya kan,” aku melempar tatapan kesal.

“Emh, bukan Editor tapi atasan,” ucapnya sambil menggeleng.

“Ah terserahlah, jika saja kalian bicara sejak awal, mungkin aku bisa langsung merevisinya tanpa harus masuk kedalam dunia Novel ini, dan sekarang aku terjebak disini tanpa tahu apa yang harus aku lakukan,” kesalku, sambil melempar kelopak bunga yang aku petik satu persatu ke kolam.

Kini hari telah menggelap, satu hari sudah aku berada di dunia ini, dunia yang aku tahu ini tak nyata.

“Siapa bilang mereka tak nyata, Nona bisa melihat mereka hidup di dunia ini, itu berarti mereka nyata, mereka juga punya jiwa dan Nona yang memberikan jiwa itu.”

‘Dih si Imut malah ceramah, sudahlah aku sudah malas membahas masalah ini.”

Arghhh...“ampun Nyonya, tolong ampuni saya,” tiba-tiba aku mendengar suara seorang berteriak sambil menangis.

“Si Imut, kau dengar itu!”

“Ya Nona, saya juga mendengarnya.”

Ding dong!

"MISI LEVEL D AKTIF! TUGAS KALI INI ADALAH, MENYELAMATKAN SEORANG PELAYAN YANG DI SIKSA DAN MENGBILNYA SEBAGAI PELAYAN ANDA, HADIAH DARI MISI INI SENILAI 250 POIN, DURASI MISI 30 MENIT, SILAHKAN PEMAIN UNTUK MULAI MELAKUKAN TUGAS!"

“Nona, ada misi!” pekik si Imut.

“Oke ayo lakukan!”

Aku bergegas ke asal suara tersebut, tentu saja di ikuti si Imut yang melayang seperti hantu di sampingku. Dan benar saja seorang gadis pelayan tengah di siksa dengan cambuk di halaman belakang istana Selir, yang ternyata adalah Selir Jiang.

“Salam yang Mulia Selir Jiang,” aku menunduk hormat, sebagai penghormatan untuk seseorang yang punya posisi lebih tinggi dariku.

“Selir Su, apa yang membuatmu datang kemari?” tanyanya, aku memang datang seorang diri karena belum punya pelayan pribadi seperti Selir-selir yang lain. Meski Su Ying ini seorang putri, tapi tak ada perlakuan istimewa yang dia dapatkan dari keluarganya, bahkan dia di kirim ke tempat ini pun hanya seorang diri, dia seolah di buang begitu saja ke tempat ini.

Aku yang menyusun kehidupan Su Ying, dan kini aku yang hidup sebagai dia, betapa sialnya aku ini.