NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Balas Dendam / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Tamat
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

PERINGATAN!!!! SELURUH ISI CERITA NOVEL INI HANYA FIKTIF DAN TIDAK RAMAH ANAK ANAK. PERINGATAN KERAS, SEMUA ADEGAN TAK BOLEH DITIRU APAPUN ALASANNYA.

Setelah membantu suaminya dalam perang saudara, dan mengotori tangannya dengan darah dari saudara-saudara suaminya, Fiona di bunuh oleh suaminya sendiri, dengan alasan sudah tak dibutuhkan. Fiona bangkit kembali, ke lima tahun sebelum kejadian itu, dengan tekad kuat untuk membalas Dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28

Vergil dan Verdian terus menelusuri hutan lebat. Di sana, mereka mengikuti jejak samar yang ditinggalkan oleh para anggota Monarch. Tiba-tiba, Vergil memberi isyarat agar Verdian berhenti, tangannya terangkat di depan dada bocah itu.

"Ada gua di depan sana," bisik Vergil. Matanya menyipit, mengamati pintu masuk yang tertutup tanaman merambat. "Itu pasti tempat persembunyian mereka."

Verdian mengangguk, jantungnya berdebar kencang, dipenuhi antisipasi. Dia tahu bahaya menanti di depan, tetapi rasa ingin tahu dan keinginan untuk membuktikan dirinya lebih kuat. Mereka berdua bergerak maju, menyusup ke dalam kegelapan. Di dalam, mereka menemukan sebuah ruangan besar, diterangi oleh obor yang berkedip-kedip, di mana puluhan anggota Monarch sibuk dengan persiapan mereka.

"Mereka lebih banyak dari yang kita duga," kata Verdian pelan.

"Jangan khawatir," jawab Vergil, seringai sinis terukir di wajahnya. "Justru itu bagus. Kita tidak perlu mencari mereka lagi." Ia lalu menoleh pada Verdian, matanya bersinar dengan niat. "Kau siap, nak?"

Sementara itu, di sebuah desa kecil, Fiona dan Luis melanjutkan pencarian mereka. Luis, yang telah bersiap-siap setelah mendengar cerita Fiona, kini berjalan di sisinya, menawarkan dukungan yang menenangkan.

"Kita akan menemukan Verdian, Felani," kata Luis. "Percayalah padaku."

Fiona hanya mengangguk, tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Pikirannya dipenuhi dengan Verdian. "Aku merasa kita harus cepat, Luis," katanya, suaranya bergetar. "Aku takut... aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya."

"Aku tahu, tapi kita tidak boleh panik," jawab Luis. "Kita akan mencari jejak Vergil dan Verdian, mereka pasti meninggalkan petunjuk."

Fiona memegang tangan Luis, matanya penuh dengan harapan. "Terima kasih, Luis."

Mereka berdua lalu terus mencari, setiap langkah mereka penuh dengan ketakutan dan harapan, berusaha untuk menemukan Verdian dan Vergil sebelum terlambat.

Setelah beberapa hari mencari tanpa hasil, insting Fiona membimbingnya ke sebuah hutan yang asing. "Luis, kita harus ke sana," ucap Fiona, menunjuk sebuah tebing curam.

"Felani, tidak ada jalan, kita tidak bisa menembus tebing itu," jawab Luis.

"Tapi ada sesuatu yang menarikku ke sana. Aku tidak tahu mengapa, tapi aku harus ke sana," kata Fiona dengan tatapan yang penuh tekad.

Luis mengangguk. "Kalau begitu, kita harus mencari jalan lain, mungkin ada jalan memutar."

"Tidak ada waktu lagi," desah Fiona. "Aku bisa memanjatnya."

Luis terkejut. "Tapi itu terlalu berbahaya. Kita bisa terjatuh."

Fiona tidak mendengarkan. Dia melihat sekeliling, mencari sebuah celah. Akhirnya, dia menemukan sebuah celah sempit di antara dua batu besar, dan sebuah jalan setapak yang tidak terlihat. "Luis, aku menemukannya," katanya.

Mereka berdua masuk. Jalan itu membawa mereka ke sebuah gua yang gelap. Gua itu tampak seperti labirin besar, dengan lorong-lorong berliku-liku dan berkelok-kelok di setiap sisinya.

"Felani, ini terlihat seperti labirin," bisik Luis. "Kita mungkin tersesat."

"Ikut saja aku," kata Fiona, "aku bisa merasakan dia ada di sini."

Saat mereka berjalan lebih dalam, mereka menemukan mayat-mayat anggota Monarch bergelimpangan di lantai gua. Fiona menatap mayat-mayat itu. Luka di leher mereka sangat bersih dan akurat. Fiona mengenali tanda itu. Itu adalah bekas luka dari teknik pedang yang hanya dimiliki oleh satu orang, Vergil.

Vergil dan Verdian sudah berhari-hari berada di dalam gua. Mereka telah berjalan tanpa henti, membasmi setiap anggota Monarch yang mereka temui. Setiap langkah yang mereka ambil, mereka semakin masuk ke dalam labirin gua yang tak berujung. Verdian, yang selalu bangga dengan keahliannya dalam melacak, mulai terlihat frustrasi. Ia menggerutu pelan.

"Bagaimana bisa kita tersesat?" Verdian berbisik. "Kita sudah berputar-putar dan belum menemukan jalan keluar."

Vergil menghela napas, ekspresinya tetap tenang. Ia menjewer telinga Verdian, memberikan teguran tanpa kata-kata.

"Jangan mengeluh," kata Vergil, suaranya rendah dan tajam. "Jika kamu tidak bisa mengendalikan emosimu, musuh akan memanfaatkannya."

Verdian tersentak. Ia tahu Vergil benar. Ini adalah saat yang tidak tepat untuk merasa frustrasi. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.

"Sekarang," Vergil melanjutkan, "amati sekelilingmu. Jangan hanya melihat jalan. Perhatikan setiap detail."

Verdian melihat sekeliling. Ia melihat tanda-tanda yang ditinggalkan oleh anggota Monarch. Meskipun samar, itu adalah jejak yang dapat ia ikuti. Ia menemukan sebuah coretan pada dinding, coretan itu tidak terlihat jelas, tetapi ia bisa merasakan bahwa itu bukan coretan acak.

"Aku menemukannya," bisik Verdian.

"Bagus," kata Vergil. "Sekarang, mari kita ikuti." Mereka berdua melanjutkan perjalanan, rasa frustrasi Verdian digantikan oleh fokus dan tekad untuk menemukan jalan.

Setelah menempuh lorong-lorong panjang, mereka berdua akhirnya menemukan sebuah pintu besar yang tersembunyi di balik stalaktit. Vergil dan Verdian mengamati sekeliling, dan setelah yakin tidak ada jebakan, mereka masuk. Di dalam, mereka menemukan ruangan utama tempat pemimpin Monarch dan pasukannya berkumpul.

Vergil dan Verdian bersembunyi di balik pilar batu, mengamati pembicaraan mereka. Verdian terkejut mendengar apa yang mereka bicarakan. Ternyata mereka adalah pasukan rahasia raja sebelumnya, Raja Alex, ayah dari Vergil. Mereka membenci kepemimpinan Vergil yang terkesan lembek dan peduli pada rakyat, sebuah karakteristik yang menurut mereka tidak layak dimiliki oleh seorang raja.

"Raja Vergil itu terlalu lunak," kata salah satu anggota Monarch.

"Dia lebih peduli pada rakyat daripada para prajuritnya sendiri," timpal anggota lain.

"Ini tidak bisa dibiarkan," lanjut anggota ketiga. "Kita akan menggulingkan dia."

Vergil menahan amarahnya. Ia mengepalkan tangannya, urat-urat menonjol di lehernya. Ia tidak menyangka ayahnya sendiri memiliki pasukan rahasia yang tidak setuju dengan kepemimpinannya. Verdian menatap Vergil, ia bisa merasakan kemarahan Vergil, dan ia tahu ia harus melakukan sesuatu.

"Kita harus menyerang mereka sekarang," bisik Verdian.

"Tidak," jawab Vergil, suaranya rendah dan berbahaya. "Kita tidak bisa menyerang mereka. Kita harus tahu rencana mereka terlebih dahulu."

Vergil dan Verdian lalu terus mengamati, menyimak setiap detail rencana mereka, dan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.

Saat mereka terus mengamati, Vergil mendengar sebuah percakapan yang membuat amarahnya memuncak. Percakapan itu tentang Fiona. Mereka berencana menggunakan Fiona sebagai umpan untuk menjebak Vergil. Meskipun mereka tidak tahu lokasi pasti Fiona, mereka yakin Vergil akan datang jika nama Fiona disebut. Mereka berencana untuk terus menggunakan nama Fiona saat mereka melawan dan menjebak Vergil.

"Aku tidak peduli di mana perempuan itu berada," kata pemimpin Monarch. "Raja Vergil akan datang jika kita mengancamnya dengan nama wanita itu."

"Benar sekali," timpal yang lain. "Cinta adalah kelemahan terbesarnya."

"Kita akan terus menyebut nama Fiona dalam setiap pertempuran," lanjut yang lain. "Kita akan memancingnya sampai dia masuk ke dalam perangkap yang kita siapkan."

Vergil yang mendengar dan mengetahui kebenaran bahwa mereka sebenarnya tidak tahu di mana Fiona, merasa sangat marah. Ia menahan napas, urat-urat menonjol di lehernya. Ia tidak bisa membiarkan mereka menggunakan nama Fiona. Tanpa ragu, Vergil keluar dari persembunyiannya dan melangkah maju. Matanya menyala, memancarkan aura membunuh yang sangat kuat.

"Jadi, kalian menggunakan nama Fiona untuk memancingku?" Vergil berbicara dengan suara rendah yang menakutkan, membuat seluruh ruangan hening. "Kalian tidak tahu di mana dia, dan kalian berani-beraninya menggunakan namanya!"

Pemimpin Monarch dan para pasukannya terkejut, tidak menyangka Vergil akan muncul. Mereka bersiap-siap untuk bertarung, tetapi aura membunuh yang dipancarkan Vergil sangat kuat. Mereka tahu mereka tidak akan mudah mengalahkan Vergil.

"Siap-siap," teriak pemimpin Monarch. "Dia datang!"

1
ZasNov
Berharap banyak sm Kakak Othor yg baik. hati.. biar Vergil, Fiona sm Verdian sllu bahagia. Ga peduli ada banyak masalah yg datang bertubi2.. 🙏😆😂🤣
Khusus Game
jangan percaya laki-laki ka🤣
ZasNov: Iya juga ya.. 😅😂
total 1 replies
ZasNov
Akhirnya Vergil bisa berkumpul bersama Fiona & Verdian 🥰
Tepati janjimu ya Vergil, jangan ada wanita selain Fiona..
ZasNov
Karyamu keren banget Kakak Author 🔥
Alurnya bagus, tokoh & karakternya kuat, penulisannya juga rapih banget..
Semangat terus ya.. 💪😎
ZasNov
Semangat up-nya Kakak..
Karyamu keren banget.. 💪😄👍
Cha Sumuk
kurang menarik krna mc ceweknya lemah,, biasa' nya klo setelah kelahiran jd kuat tp ini mlh lemah hemmm
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!