Zoe Aldenia, seorang siswi berprestasi dan populer dengan sikap dingin dan acuh tak acuh, tiba-tiba terjebak ke dalam sebuah novel romantis yang sedang populer. Dalam novel ini, Zoe menemukan dirinya menjadi peran antagonis dengan nama yang sama, yaitu Zoe Aldenia, seorang putri palsu yang tidak tahu diri dan sering mencelakai protagonis wanita yang lemah lembut, sang putri asli.
Dalam cerita asli, Zoe adalah seorang gadis yang dibesarkan dalam kemewahan oleh keluarga kaya, tetapi ternyata bukan anak kandung mereka. Zoe asli sering melakukan tindakan jahat dan kejam terhadap putri asli, membuat hidupnya menjadi menderita.
Karena tak ingin berakhir tragis, Zoe memilih mengubah alur ceritanya dan mencari orang tua kandungnya.
Yuk simak kisahnya!
Yang gak suka silahkan skip! Dosa ditanggung masing-masing, yang kasih rate buruk 👊👊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melanjutkan Pertunangan.
Malam itu, meja makan keluarga Wiratmaja tampak mewah seperti biasa. Lampu gantung kristal menggantung anggun di atas meja panjang. Hidangan tersaji rapi, aroma masakan mahal memenuhi udara.
Di ujung meja, Tuan Joe dan Nyonya Tina duduk berdampingan. Di seberang mereka, Alicia duduk dengan tenang di antara Arya dan Arvan. Jesper duduk agak malas di sebelah kiri, sementara Varo, si sulung, duduk dengan postur tegak namun diam.
Suasana makan malam berlangsung tenang... hingga Tuan Joe meletakkan sendoknya dan menatap Tina. Tina menoleh sejenak, lalu mengangguk tipis.
Tuan Joe memanggil sang putri. "Alicia, sayang ...."
Alicia mendongak, menatap ayahnya.
"Karena kamu adalah putri kandung kami yang sebenarnya, Papa dan Mama sempat berpikir ...." Joe menatap sang istri.
Tina menyambung, suaranya lembut namun penuh maksud, "Bagaimana kalau kamu saja yang menggantikan posisi Zoe untuk pertunangan dengan Ryder?"
Seketika, suasana meja makan membeku.
Semua kepala menoleh ke arah Alicia.
Varo mengangkat wajahnya dari piring. Jesper berhenti mengunyah. Si kembar Arya dan Arvan melirik satu sama lain, lalu sama-sama menatap adik bungsu mereka yang paling disayangi.
Alicia tampak terkejut. Senyumnya mengembang kecil, gugup. Ia melirik ke arah Varo, lalu ke kedua orang tuanya.
Ia menggigit bibir bawah, lalu pelan-pelan menjawab, "Ma, Pa ... aku sudah punya Levi. Kalau aku tiba-tiba bertunangan dengan Ryder, apa yang akan dikatakan keluarga Levi? Aku gak mungkin mengkhianati Levi."
Tina langsung menenangkan, mengangguk. "Oh, tentu. Kalau itu pilihanmu, kami tidak akan memaksakan, sayang."
Tuan Joe juga ikut bicara, lembut namun jelas, "Yang penting kamu bahagia, Alicia."
Keluarga kembali melanjutkan makan. Namun ketenangan belum benar-benar kembali, karena tiba-tiba Alicia kembali bersuara.
"Ma, Pa ...."
Joe dan Tina kembali menoleh dengan lembut.
"Ada apa, sayang?" tanya Tina.
Alicia terlihat ragu. Ia menggigit bibirnya sekali lagi, lalu berkata perlahan, "Karena, Kak Zoe bukan lagi keluarga kita. Harusnya, hubungannya dengan Ryder juga sudah tidak ada. Harusnya ... pertunangan itu dibatalkan saja, bukan?"
Suasana langsung sunyi.
Semua menatap Alicia bukan dengan marah, tapi dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Varo akhirnya bicara, suaranya dalam. "Jadi, maksud kamu apa, Licia? Kamu mau bertunangan dengan Ryder?"
Alicia buru-buru menggeleng. "Bukan itu maksud aku kak. Aku cuma ... merasa gak adil aja."
"Kak Zoe sudah bukan bagian dari keluarga ini, tapi masih terikat sama Ryder sedangkan aku, putri kandung yang asli, malah gak dianggap," lanjut Alicia
Arya bersuara sambil menyandarkan punggung ke kursi. "Tapi kamu sendiri yang gak mau gantiin Zoe."
Arvan menambahkan sambil menatap tajam. "Jangan bilang kamu cuma mau liat Zoe ditinggalin?"
Alicia terlihat kaget dan sedikit panik. "Bukan begitu! Aku cuma ... gak ingin keluarga kita terus disangkutpautkan dengan dia."
Jesper mengangkat alis. "Kamu ngomong kayak Zoe virus aja."
Varo meletakkan garpunya, lalu menatap Alicia dalam. "Dengar, Licia. Aku gak suka cara Zoe ninggalin rumah ini juga. Tapi kalau kamu cuma mau dia dicabut dari semuanya tanpa alasan jelas, itu kelihatan banget kamu pengen dia menderita."
Alicia terdiam. Wajahnya menegang, jemarinya meremas serbet makan di pangkuannya. "Kak ... aku gak bermaksud begitu. Aku gak ada niat buat kak Zoe menderita, Kok."
Semuanya hanya terdiam, mereka tidak menyangka jika Alicia mengatakan hal itu. Bukankah, sikap Alicia lemah lembut, baik hati dan pemaaf, lalu ini? Mereka tidak bisa melanjutkan pikiran mereka.
Nyonya Tina akhirnya angkat bicara, berusaha menetralisir suasana. "Sudah. Tidak perlu saling menyudutkan. Kita semua hanya ingin yang terbaik."
Tuan Joe menatap meja, lalu berkata pelan namun tegas. "Soal pertunangan Ryder dan Zoe ... biar Ryder dan keluarganya yang memutuskan. Kita tak punya hak mengatur hidup mereka."
Alicia mengangguk pelan, walau wajahnya masih menyimpan perasaan tidak rela yang tak bisa ia ucapkan.
🍃🍃🍃
Malam sudah larut ketika mobil sport hitam Ryder berhenti di halaman mansion keluarga Nathanael.
Cahaya lampu taman menyinari jalan kecil menuju pintu utama yang megah. Udara dingin menusuk, tapi wajah Ryder tetap datar. Tanpa ekspresi.
Ia membuka pintu masuk dengan satu tangan, menutupnya pelan, dan langsung berjalan menuju tangga marmer yang mengarah ke lantai dua. Tapi tiba-tiba ...
"Ryder."
Suara tegas sang ayah menghentikan langkahnya di anak tangga pertama.
Ryder menoleh pelan.
Di ruang tengah, tampak Daddy Raynard, duduk dengan tegak di kursi berlengan, jas rapi melekat di tubuh. Di sebelahnya, Mommy Isabella duduk anggun dengan gaun satin biru tua, matanya tajam seperti sedang menilai.
Keduanya sudah menunggu. Sejak kapan? Ryder tak peduli.
Ia menghela napas, membalikkan badan, dan berjalan mendekat lalu duduk di sofa berhadapan langsung dengan mereka.
"Ada apa, Mom, Dad?" tanyanya langsung, nada suaranya dingin dan datar seperti biasa.
Mommy Isabella menatap suaminya sejenak, memberi isyarat, dan Daddy Raynard membuka percakapan.
"Kami mendengar tentang Zoe. Bahwa dia ... bukan anak kandung keluarga Wiratmaja."
Ryder hanya menatap mereka tanpa reaksi.
"Dan itu berarti," lanjut Mommy Raynard, "pertunangan kalian tidak lagi memiliki dasar. Itu bisa dibatalkan secara resmi."
Daddy Raynard menambahkan, "Kami ingin bertanya, bagaimana kelanjutan hubunganmu dengan Zoe?"
Ryder bersandar di sandaran kursi, kakinya bersilang santai. Tatapannya tenang, tapi tajam. "Aku tetap akan bersama Zoe."
Mommy Raynard mengangkat alis, sedikit terkejut. "Bukankah kau sendiri yang dulu tidak pernah menganggap serius pertunangan ini?"
Ryder menatap ibunya lurus-lurus. "Itu dulu. Sekarang beda."
Daddy Raynard menyipitkan mata."Kau sadar, kan? Kalau hubungan dengan Alicia akan lebih menguntungkan untuk keluarga. Dia putri kandung Wiratmaja. Kamu akan tetap terikat dengan keluarga mereka melalui cara yang lebih strategis.
"Dan kau sendiri tahu ... Zoe tidak punya apa-apa sekarang," lanjut sang Daddy.
Ryder langsung menjawab, nadanya tak meninggi, tapi cukup tegas untuk menutup celah diskusi. "Justru karena itu. Zoe nggak punya siapa-siapa lagi. Dan aaku gak akan jadi satu lagi orang yang ninggalin dia."
Mommy Raynard tampak sedikit terdiam.
Ryder melanjutkan. "Aku gak butuh hubungan yang menguntungkan secara nama atau bisnis. Aku butuh seseorang yang bisa bikin aku sadar siapa aku sebenarnya."
"Dan Zoe, sekarang ... dia bukan lagi gadis manja yang dulu. Dia berubah. Dan perubahan itu, aku suka," lanjut Ryder.
Hening sejenak.
Angin malam masuk dari jendela terbuka, membuat gorden tipis bergoyang pelan.
Akhirnya, Daddy Raynard menarik napas dan menatap putranya. "Kalau itu keputusanmu, kami tidak akan menghalangi."
Mommy Raynard menambahkan, pelan, "Tapi kamu tahu, pilihan ini tidak mudah. Banyak tekanan yang mungkin datang. Dari keluarga Wiratmaja, dari orang-orang di sekitar. Terutama keluarga kita."
Ryder berdiri perlahan. Posturnya tegak, penuh keyakinan. "Aku tahu. Dan aku siap."
"Aku cuma minta satu hal. Jangan ikut menyakiti Zoe, hanya karena dia gak punya nama besar lagi. Lagi pula tanpa Wiratmaja, kekayaan kita juga gak bakalan habis sampai tujuh turunan."
Daddy dan Mommy Isabella saling pandang. Akhirnya, Mommy Isabella mengangguk pelan, dengan senyum tipis.
"Baiklah, Nak. Kami akan menghargai pilihanmu."
Ryder hanya mengangguk singkat. Lalu tanpa bicara lagi, dia berbalik dan berjalan naik ke tangga.
ayo Thor lebih semangat lagi up-nya 💪 pokoknya aq padamu Thor 🤭