Vivienne terbangun, dan melihat tempat itu berbeda dari rumahnya. Dia mengingat bahwa merayakan festival tahun baru untuk pertama kalinya. Di tengah keramaian yang penuh sesak itu, dia mengalami serangan panik dan penyakit nya asma yang mungkin membuat nya meninggal.
Vivienne melihat sekeliling, "Dimana aku?"
"Tentu saja di kamar anda, ya mulia," ucap seseorang membuyarkan lamunannya.
"Ya mulia? siapa aku?"
"Anda Ya mulia permaisuri Vivienne Greyhaven."
Vivienne seketika teringat sebuah novel yang berjudul I'm a villain mom. Dimana tokoh sang ibu mati dengan mengenaskan di tangan ketiga pangeran, anak-anak nya. Lalu bagimana nasib Vivienne sekarang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere Lumiere, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[34] Magnus
Anna sontak menoleh pada Vivienne kemudian membungkukkan tubuh nya dihadapan permaisuri nya itu.
"Ya Mulia, maafkan saya…" ujar Anna takut Vivienne marah karena dirinya tidak memperhatikan perkataan permaisuri.
"Anna, kamu tidak perlu terlalu takut pada ku, aku hanya bertanya," jawab Vivienne terlihat khawatir dengan ekspresi wajah Anna yang berkerut itu.
Anna menganggukkan kepalanya dengan masih membungkukkan tubuhnya. Meskipun Vivienne sudah banyak berubah dalam beberapa waktu lalu, namun masih saja tersirat rasa takut di matanya. Mengingat bahwa permaisuri pernah bersikap kasar dan arogan pada pelayan.
"Bagaimana tentang Elian?" tanya Vivienne.
"Ya Mulia, Hamba tidak banyak tau tentang pengeran ke-dua tapi beliau selalu berada di istana Anda, hingga Anda mengusir beliau dengan kasar. Itu yang membuat hubungan Anda berdua retak," ujar Anna mengerutkan keningnya dalam, takut Vivienne akan marah.
"Ah… jadi seperti itu, mungkinkah dia marah karena tidak tinggal lagi di istana ini," gumam Vivienne menopang dagunya.
"Hamba tidak tau, Ya Mulia," jawab Anna.
"Baiklah Anna, mungkin aku harus bicara lagi padanya lain waktu, Anna bantu aku membuat makanan yang di sukai Elian, apa ya kira-kira?" ucap Vivienne menyentuh dagunya.
"Ah… hamba ingat Ya Mulia, pengeran Elian menyukai jenis-jenis kue," sahut Anna mengangkat jari telunjuknya tinggi.
"Oke, kita coba buat macaron saja, dengan warna-warni indah itu, dia pasti suka," kata Vivienne menepuk tangannya dan tersenyum bangga dengan idenya barusan.
"Saya rasa pengeran akan suka, karena ketiga pengeran sangat suka makanan yang manis," jawab Anna.
"Bagus Anna, mari kita buat sekarang,"
Vivienne turun dari kursi meja kerja nya kemudian memutari mejanya, dan kini menghampiri Anna, lalu menggenggam tangan pelayan pribadi nya itu. Anna hanya bisa mengikuti langkah Vivienne menuju dapur untuk membuat makanan yang di inginkan permaisuri nya itu.
*
*
Malam harinya,
Selepas Anna mendandani nya, sebelum Vivienne tidur. Vivienne terlihat menyisir rambutnya, dan mengunakan piyama tidurnya, sembari duduk di atas ranjang nya. Dia bersiap untuk terlelap di ranjang nya yang empuk.
Tiba-tiba pintu besar kamarnya itu berderit cukup kencang untuk membuatnya reflek menoleh kearah sumber suara dengan kening yang menyeringit tajam. Meskipun dia berada di istana, dan di jaga ketat tetap saja jika di buka tiba-tiba begitu, sedikit menakutkan.
"Ya Mulia…" Vivienne terperangah, orang di balik pintu lebih membuatnya kaget lagi.
"Mengapa kamu tengang setiap kali melihat ku," ujar Magnus tersenyum sis mark pada Vivienne, lalu melihat kearah piyama yang di kenakan Vivienne.
"Anda selalu tiba-tiba datang, Anda tau, Anda mengagetkan saya. Untung saya tidak punya penyakit jantung, " sindir Vivienne.
"Aku hanya ingin tau keadaan kamu setelah insiden tadi," ujar Magnus datar, kemudian duduk di sebelah Vivienne.
"Aku tidak masalah, aku akan mencari cara untuk meluluhkan hati Elian… tapi Anda jangan terlalu memanjakan nya, lihat dia jadi terlalu kasar," gerutu Vivienne menujuk kearah Magnus dengan kasar.
"Yah, aku tau, aku akan mencobanya," ujar Magnus lesu sembari menarik nafasnya kasar.
Vivienne kembali menoleh pada suaminya, yang kini memandang dengan intens, membuat Vivienne mengerutkan jidatnya. 'Bukan kah beberapa menit yang lalu dia masih menghela nafas karena di omeli, sebab terlalu memanjakan anaknya, tapi sekarang malah seperti pria penggoda,'
"Anda kenapa, Ya Mulia?" tanya Vivienne menyipitkan kan matanya.
Magnus hanya diam saja, kemudian menyelipkan rambut Vivienne yang tertiup angin malam, kesela telinga nya, "Tidak Ada, hanya memperhatikan mu,"
Vivienne mengerjapkan matanya karena kaget dengan tingkah Magnus yang tiba-tiba saja menghangat, "Jangan coba-coba menggoda ku, Ya Mulia,"
"Apa salah mengoda istriku sendiri," ujar Magnus mencoba tidur di pangkuan Vivienne.
Vivienne nampak kaget dengan tingkah aneh suaminya itu. Namun, dia merasa tidak bisa menolaknya, karena status mereka memang pasangan. Mungkin karena dulu hidupnya hanya di kamar, dan tak pernah berdekatan dengan pria, sehingga dia merasa kaku dengan interaksi yang di lakukan Magnus.
Magnus menoleh pada wajah Vivienne yang cukup tegang, "Kamu tak suka," ujar Magnus yang raut wajah mengelap.
"Tidak, aku hanya… Anda tidak akan kembali ke kamar Anda?" tanya Vivienne memalingkan wajah nya, karena semburat merah sudah memenuhi pipinya kini.
"Tidak," singkat Magnus, seperti tidak suka perkataan Vivienne yang seakan mengusir nya dengan paksa.
"Kalau begitu, aku ingin berbaring sekarang, aku sudah lelah," ujar Vivienne sedikit mendorong Magnus untuk kembali duduk. Karena dia sudah mengantuk dan kaki nya sudah sedikit kesemutan di buat Magnus.
"Kamu tidak mengusir ku," cemas Magnus masih menatap Vivienne dari bawah wajah permaisuri itu.
"Tidak mungkin, aku tidak bisa mengusir kaisar begitu saja," Vivienne mendorong kepala Magnus agar segera menyingkir.
Magnus akhirnya menegakkan kepalanya, Vivienne dengan cepat menaiki ranjangnya, lalu menyelimuti tubuh nya. Dan Magnus hanya terdiam disana seperti seonggok patung yang pajangan di air mancur istana.
"Ya Mulia, apakah Anda akan tetap disana? tidur sambil duduk akan membuat tubuh mu sakit semua besok pagi, seorang kaisar punya banyak pekerjaan, tidak boleh kelelahan," ucap Vivienne di belakang punggung Magnus.
Magnus sontak saja menoleh pada Vivienne yang ternyata sudah nyaman di atas ranjang sembari membelakangi nya. Melihat tidak ada keromantisan di antara mereka, membuat Magnus lesu.
Namun, Magnus tak bisa mengurungkan niatnya untuk tidur bersama Vivienne malam ini. Karena malam ini dia tidak akan di ganggu oleh anak bungsu nya, seperti malam sebelum nya.
Magnus memutari ranjang besar di dalam kamar Vivienne kemudian tidur di sisi ranjang itu. Kini Magnus menatap wajah Vivienne yang sudah terlelap dengan cantik nya.
"Cantiknya permaisuri ku," gumam Magnus dalam hati.
Magnus menjadi gatal ingin mencoba menyentuh wajah Vivienne yang selama ini dia tak sentuh, dia telah memendam perasaan cukup lama, karena Vivienne tiba-tiba saja berubah menjadi orang asing yang tidak dia kenal.
Magnus kemudian menyentuh garis rahang dan juga hidung Vivienne yang memiliki sensasi yang lembut berbanding terbalik dengan tangannya yang berotot dan sedikit kasar, karena terkadang dia latihan pedang.
Vivienne sama sekali tak terganggu dengan sentuhan itu, Magnus kemudian tersenyum penuh arti.
Pagi harinya,
Vivienne merasakan bantal nya terasa tidak nyaman seperti tidak rata di kepala nya, dia kemudian membuka mata perlahan, merasa ada nafas orang lain yang beradu dengan nya.
Kemudian dia meregangkan tangannya perlahan, terasa ada sentuhan kulit disana. Bukan seperti tekstur kain yang sedikit kasar, tapi ini lembut benar-benar seperti kulit.
Vivienne ingin cepat-cepat membuka matanya dan mengetahui apa yang terjadi padanya. Ketika benar-benar membuka mata dia kaget, tak ada jarak antara nya dan Magnus.
ingat qmampir thor.
jangan setengah2 ya thor.