Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 [ Akankah Niat Buruk Sandra Berhasil ]
"Kamu? Apa yang kamu lakukan? Jangan bilang?"
"Stop! Jangan pernah berfikir yang bukan-bukan, jelas kita tidak pernah melakukan hubungan apa-apa, malam itu terjadi diluar kesengajaan, paham!"
"Ini benar-benar gila! Ini juga gara-gara kamu! Kalau bukan karena borgol ini tidak mungkin kita harus tidur satu ranjang, sekarang cepat kasih kunci itu!"
"Tunggu!"
Elgar lalu mengambil kunci borgol yang sengaja ia masukkan dalam saku celana, dirampas Adara secara langsung, kini kedua tangan mereka yang terborgol pun sudah terbuka.
"Aku harap kejadian seperti malam tadi tidak akan sampai terulang! Ini benar-benar sangat gila! Kamu bodoh Adara ...kamu sungguh bodoh!"
Umpat Adara yang ia layangkan untuk dirinya sendiri, Adara yang akan memasuki kamar kecil tak lupa langsung membawa pakaian ganti, ia lalu buru-buru masuk kedalam sana.
Sedangkan Elgar, setelah terjadinya malam itu lagi-lagi bayang-bayang ciuman, sekaligus pelukan hangat tadi selalu menyitari pikirannya.
"Ini sungguh benar-benar gila! Ini kenapa bayang-bayang itu masih saja membentang di dalam pikiranku? Apa yang sebenarnya terjadi pada diriku ini?"
Elgar mengacak-acak rambutnya karena frustasi, jujur jika dibilang tidur dengan seorang Gadis sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya.
Tapi biarpun begitu Elgar bukanlah Lelaki bajingan yang suka tidur satu ranjang dengan sembarang Wanita, tapi lebih tepatnya ia tidur satu kamar dengan dua ranjang yang sudah ia pesan, jujur pula ia pun bingung kenapa kali ini ia ceroboh tidak memesan dua ranjang biarpun dalam satu ruangan.
Seusai membersihkan diri, antara Elgar ataupun Adara keduanya sudah keluar dari kamar itu, masih didepan kamar hotel, lagi-lagi bayang-bayang ciuman itu kembali menyitari pikirannya, sama-sama menghela nafas, kedatangan Sandra dan Hendra mengalihkan pandangan mereka.
Saling berhadapan dan bertatapan muka fokus Hendra ataupun Sandra sama-sama melirik arah leher keduanya memastikan apakah ada bekas memerah yang mereka miliki, Namun ...
"Kenapa leher Adara ada bekas memerah apakah mereka melakukannya?"batin Sandra yang terlihat cemas. Sedangkan Hendra sendiri siapa sangka ia juga berfikiran sama seperti istrinya.
"Gila! Jadi Laki-laki ini sengaja memesan satu kamar agar ia bisa menggoda dan mencari-cari kesempatan dalam kesempitan?"
Hendra membatin, raut wajahnya terlihat tak menyukainya biarpun antara Hendra ataupun Adara sudah tidak memiliki hubungan spesial apapun.
"Kalian kenapa memandang kita sampai seperti itu?"tanya Elgar yang tak bodoh dengan tatapan aneh keduanya.
"Tidak! Hanya saja Tuan bisa juga ya mencari-cari kesempatan dalam kesempitan?"sindir Hendra agar orang yang ia sindir tersadar, tapi faktanya orang yang ia sindir sama sekali tak menyadarinya.
"Aku sudah sangat muak! Malam tadi aku memang membiarkan kalian bersama, tapi tidak untuk nanti! Lihatlah dan tunggu saja kejutan apa yang akan aku berikan untukmu Adara ..."
Sandra membatin dengan menunjukkan raut wajahnya yang terlihat sangat tak suka. Entah apa pula rencana buruk yang ia atur untuk mengerjai Adara.
Setelah itu mereka pergi kesalah satu ruangan VVIP gimana mereka telah menjadi tamu yang dinomor satukan disana.
Sarapan pagi telah tersedia dengan berbagai menu. Adara, Elgar, Hendra dan Sandra sudah duduk disalah satu meja VVIP, kedatangan beberapa pelayan menyiapkan. Bahkan menyajikan langsung menu-menu yang dikhususkan untuk para tamu.
Adara yang sejatinya ia sejak kecil sudah sering melakukan hal secara mandiri tak menunggu untuk dapat bagian antri dilayani oleh para pelayan.
Bahkan Elgar, sosok yang terkenal kaya raya dan bahkan memiliki status calon pewaris tunggal nyatanya ia menjadi pribadi yang tak harus apa-apa harus dilayani.
"Tuan? Tuan tidak mau dilayani?" Sandra memulai obrolannya.
"Tidak! Aku masih memiliki fisik yang utuh, jadi apa-apa tidak harus menunggu untuk dilayani."
"Lagian tidak semua orang memiliki sifat kebanyakan gaya yang apa-apa harus minta dilayani, padahal kan kita sama-sama manusia biasa? Tapi anehnya memang banyak orang yang kebanyakan gaya dan sok kaya padahal nominal rekening yang ia simpan tidak sampai 50 juta, tapi gayanya sudah melebihi anak Presdir yang hartanya tidak akan habis tujuh turunan?"sindir Adara dengan tertawa puas.
"Dasar menyebalkan dia kira aku tidak tau siapa yang ia sindir? Ini cukup! Nanti tunggulah kejutanku Adara ...kamu akan menyesal! Kamu akan sangat menyesal!"
Sandra lagi-lagi membatin sambil mengepalkan tangannya dengan kuat-kuat. Mereka sudah pada sibuk menyantap sarapan pagi, tapi tidak dengan Sandra nafsu makannya berubah hilang setelah mendapatkan sindiran dari Adara.
"Setelah ini tempat mana yang akan kalian tuju? Bukankah kalian disini aslinya untuk liburan kan?"tanya Sandra.
"Iya! Kita disini memang liburan, tapi jujur untuk tempat yang tepat kami tidak tau. Apakah kamu tau disini tempat mana yang cocok untuk didatangi?" Elgar bertanya.
"Jika aku tau tujuan dia kesini hanya untuk liburan alangkah baiknya aku tidak ikut!"batin Adara hanya bisa menghela nafas.
"Tapi jika seumpama kita datangi pantai *** apakah kalian setuju?"
"Pantai ***? Kenapa pilihan tempat Sandra jadi berubah? Bukankah itu bukan tempat yang awalnya kita rencanakan?"batin Elgar yang sedikit terheran-heran.
"Baiklah aku setuju, kamu yang tau dan kita hanya akan ikut-ikutan."
"Tapi aku tidak akan ikut!"sahut Adara secara spontan, pandangan ketiganya lalu berpaling pada arah Adara.
"Kenapa? Apakah kamu takut?"kata Sandra.
"Aku jelas tidaklah bodoh! Aku tau sebenernya ini hanya alasan dan aku tau ada rencana lain yang sengaja ia atur untuk mengerjai ku ...aku tidaklah bodoh!"batin Adara yang menaruh curiga.
"Sungguh kamu tidak akan ikut? Ini pasti akan sangat menyenangkan ikutlah,"bujuk Sandra.
"Kalau seumpama kamu tidak ikut ya itu terserah! Tapi jangan salahkan aku kalau aku yang bakal ngadu sama Papa!"
"Apa harusnya aku ikut saja ya? Aku takut jika Om tau Putranya berbohong hanya untuk berkencan dengan pacarnya ini dia akan sangat bersedih? Apakah kata Tante jika Om terlalu banyak berfikir imbasnya jantungnya yang akan kena?"batin Adara.
"Dara?"
"Baiklah aku ikut!"
BERSAMBUNG.