Kania nama gadis malang itu. Kehidupan sempurnanya kemudian berantakan setelah sang ibu meninggal dunia. Ayahnya kemudian menikahi janda beranak satu di desanya. Kehidupan bahagia yang sempat dirasakannya di masa lalu terasa seperti barang mewah baginya. Kania nama gadis malang itu. Demi menutupi utang keluarganya, sang ayah bahkan tega menjualnya ke seorang rentenir. Pernikahannya bersama rentenir tua itu akan dilaksanakan, namun tiba-tiba seorang pria asing menghentikannya. " Tuan Kamal, bayar utangmu dulu agar kau bebas menikahi gadis mana pun", pria itu berucap dingin. Hari itu, entah keberuntungan atau kesialan yang datang. Bebas dari tuan Kamal, tapi pria dingin itu menginginkan dirinya sebagai pelunas utang. Kania nama gadis itu. Kisahnya bahkan baru saja dimulai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourfee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Winara's Pov
Hari ini aku jatuh sakit. Istri dan anak tiriku bahkan tidak mempedulikanku sama sekali. Dalam kesakitanku, aku berkali-kali menyebut lirih nama putri kesayanganku. Kania Winara gadis kecilku yang kujual paksa ke pria asing yang bahkan tidak aku kenal. Pria angkuh itu terlihat kaya raya, aku yang gila harta tentu saja sangat tergiur dengan angka yang yang ditawarkan oleh pria itu. Aku bahkan tidak bertanya kenapa pria itu mau menikahi putriku, waktu itu aku tidak peduli. Semakin lama, perasaan rindu dan bersalah menggerogoti hatiku. Aku mengaku kalah, kalah pada takdir yang seolah mempermainkanku. Sejak kepergian istri pertamaku, aku merasa duniaku ikut terkubur bersama gundukan tanah basah yang menutupi liang lahatnya. Aku merasa seperti pria bajingan, suami yang tidak bisa diandalkan. Aku terjebak dalam perasaanku sendiri, aku melupakan semua hal bahkan putri kecilku yang sama sakit hatinya denganku. Kami berdua mungkin sama-sama bingung penyebab sakit hati kami. Sudah berbulan-bulan putriku meninggalkan rumah, demi Tuhan aku sangat merindukannya namun aku malu, sikapku lebih mirip pecundang daripada seorang ayah. Tidak hanya sekali aku membuatnya menangis. Saat itu, ketika Tuan Kamal menginginkannya, aku bahkan tidak peduli pada air mata yang membanjiri wajahnya. Aku terlalu gila, gila pada harta yang ditawarkan oleh rentenir tua itu. Setiap malam, aku menangis. Air mata penyesalan dan kerinduan melebur jadi satu, tenggelam bersama kesunyian malam. Aku terlalu naif, aku ceroboh pada semua keputusanku. Aku bahkan menikah lagi, mengkhianati sumpah yang kubuat bersama mendiang istriku. Saat itu aku berjanji akan menjadikan dia istri satu-satunya sampai kapanpun.
Aku bodoh, aku sadar aku bodoh. Putriku apa kabar? Batinku berbisik lirih entah pada siapa. Ketakutan demi ketakutan menguasaiku. Apakah putriku diperlakukan dengan baik di sana? Ahhh, aku terlalu munafik. Di rumahku sendiri bahkan aku memperlakukan putriku dengan tidak adil. Lalu, sekarang aku menuntut perlakuan adil dari orang lain pada putriku? Sekali lagi aku tersenyum getir. Sejak putriku menikah, aku tidak pernah berurusan lagi dengan Tuan Kamal. Pria tua itu bahkan enggan mengusikku. Aku sadar, pengaruh yang diberikan Edward Lamos padanya sangat besar.
Aku merenung, harus dengan cara apa aku meminta maaf pada putriku? Ingin sekali aku menghubunginya, tapi perasaan rendah diri kembali menguasaiku.
Aku sakit, ketika aku hampir kehilangan kesadaran sayup-sayup aku mendengar suara Anita menghubungi putriku. Wanita tua itu bahkan berkali-kali meneriaki putriku, cih berani sekali dia.
Aku kemudian dibawa ke rumah sakit oleh tetanggaku. Anita dan anaknya bahkan tidak repot-repot ikut mengantarku, merasa itu adalah pekerjaan yang sia-sia. Di kamar rawat ini, aku termenung sekali lagi. Ah, berapa harga yang harus kubayar demi menebus rasa bersalahku. Aku larut dalam duniaku sebelum kemudian aku tertidur. Aku bermimpi, mimpinya indah sekali. Putriku datang bersama pria angkuh itu. Putriku bahkan memegang tanganku. Apa aku tidak salah lihat? Gadis itu bahkan menangisi ayahnya yang brengsek. Aku semakin larut dalam mimpiku, berharap ini akan bertahan lama. Mimpiku semakin nyata, sayup-sayup aku mendengar suara tangisan. Perlahan, aku membuka mata terpaksa mengakhiri mimpi indahku. Aku tercekat, putriku kini berada di depan mataku didampingi oleh pria itu yang memandangku dengan tatapan permusuhan. Astaga, apakah menantuku adalah tipe menantu durhaka?
Aku terlalu bahagia dengan kehadiran putriku bahkan jika boleh memilih, aku ingin sakit terus biar putriku selalu hadir di samping persis seperti janjinya. Namun, pria asing itu berkali-kali mengeluarkan kalimat yang membuat kuping tuaku tidak nyaman. Lihatlah, pria itu bahkan masih sibuk komat-kamit sewot. Ia masih ingin menceramahiku sebelum tangan putriku membuat bungkam mulut tajamnya. Pria itu meringis pelan, aku sedikit kasihan melihat ekspresi menantuku. Ah ya dia menantuku, bukan? Aku menganggapnya demikian walaupun pria itu rasanya sangat enggan menganggapku ayah mertuanya.
Kedua pasangan itu ke luar katanya ada urusan sebentar, meninggalkanku yang masih diliputi perasaan rindu pada putri kesayanganku. Aku masih sibuk memandangi langit-langit kamar ketika putriku masuk, rupanya urusannya sudah selesai. Putriku sibuk memasukan barang-barang bawaanku, kata dokter aku sudah boleh pulang. Di mana pria angkuh itu? Mataku berkali-kali memandang ke arah pintu, menunggu kedatangan pria itu. Astaga ekspresinya datar sekali, putriku masih sibuk dengan kegiatannya, mengabaikan suaminya yang muncul tiba-tiba.
"Ayah maafkan aku", ucapnya pelan. Aku berani bertaruh, bukan hanya aku yang kaget. Putriku bahkan tidak siap dengan kalimat suaminya. Pria angkuh itu meminta maaf bahkan memanggilku ayah tanpa ragu. Haruskah aku berbangga diri? Aku diam, berusaha menyembunyikan perasaan bahagiaku. Menantuku masih meneruskan permintaan maafnya. Keangkuhan yang melekat padanya seolah hilang, digantikan dengan raut penyesalan tiada ujung.
"Bolehkah ayah memelukmu?" Aku bertanya pelan. Tanpa kuduga, pria itu mengangguk tanpa ragu, kemudian memelukku erat. Jujur, ini sedikit menyakitiku, tapi aku berusaha bersikap biasa saja. Tanganku terulur mengelus kepalanya dengan sayang, aku tak tau aku hanya ingin melakukannya. UHUKK UHUK UHUK aku terbatuk.
Pria itu terlalu kencang memelukku, sepertinya sengaja.
mungkin memang zaman sdh Berubah jd Hal seperti itu lumrah. pdhl kn wanita bersuami tp mau berdua dng lelaki lain di antar pulang🤣🤣🤣. jd kyak murahan dong.