Kiara terpaksa menikahi Orion karena satu tujuan yaitu untuk balas dendam. Dirinya merasa dipermainkan oleh Leonard Arven Hadinata, anak sulung sebuah keluarga konglomerat Hadinata. Kiara dan Leo sudah menjalin hubungan cukup lama dan dijanjikan akan dinikahi suatu hari nanti. Namun sang pria justru menghilang tanpa satu alasan. Kiara hingga merasa sedih dan kecewa.
Kiara melakukan sebuah pernikahan kontrak dengan Orion Alaric Hadinata, sang putra tidak sah alias anak haram Hadinata. Dari Aditya Pramana Hadinata, sang kepala keluarga dengan seorang wanita yang tak diketahui siapapun. Sekaligus adik tiri dari sang putra sah yaitu Leonard.
Orion menyetujui pernikahan itu karena ia juga ingin menghancurkan keluarga yang selama ini merawatnya dari kecil. Juga untuk mencari tau dimana keberadaan ibu kandungnya sekarang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NABABY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Menuju Jakarta
Orion berdiri di ambang pintu, matanya membara menatap tajam. Pandangannya langsung tertuju pada tangan Leo yang tengah mencengkram bahu Kiara.
“Lepaskan dia.” Suaranya rendah, tapi penuh ancaman.
Leo tertegun, namun tangannya tak segera melepaskan. Dia perlahan menjauh. Leo sadar jika dirinya sudah keterlaluan pada Kiara. Apalagi saat melihat Kiara mulai meneteskan air mata.
"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu menangis maafkan aku." Leo berusaha menghapus air mata Kiara namun langsung ditarik oleh Orion intuk menjauhi istrinya.
Orion berdiri antara Kiara dan Leo. Rahangnya mengeras.
"Pergilah. Jangan ganggu Kiara lagi. Aku tau kakak mantan pacar Kiara. Namun sekarang dia adalah istriku. Jangan pedulikan kami lagi, dan fokuslah pada masa depan kakak." Suara Orion datar namun penuh penekanan.
Namun Leo tak mengindahkan ucapan Orion. Sama seperti tadi malam saat di parkiran, Leo merasa harga dirinya diinjak-injak oleh orang yang selalu dia anggap kedudukannya lebih rendah. Karena di mata Leo, Orion tidak lebih dari anak haram yang sudah menghancurkan hubungan ayah dan ibunya.
“Aku tidak bisa pura-pura mengabaikan dia. Kau mungkin suaminya, tapi itu tidak membuat perasaanku hilang begitu saja! Aku tau Kiara masih mencintaiku.”
Udara di kamar seakan menegang. Kiara menatap kedua pria itu dengan hati tercekat, sadar bahwa keputusannya untuk menikah dengan Orion bukanlah hal yang benar. Kini hatinya mulai menyesali atas tindakan impulsifnya. Batas antara masa lalu dan masa kini terlihat jelas diantara mereka.
"Leo, bisakah kau pergi dulu? Aku ingin bicara empat mata dengan Orion." Suara Kiara akhirnya terdengar setelah lama terdiam.
Akhirnya Leo mengalah, dia harus menuruti kemauan Kiara untuk saat ini. Dia tak mau jika Kiara semakin membencinya. Maka dari itu dia hanya bisa keluar dan meninggalkan mereka berdua.
Kamar menjadi hening. Orion terduduk ditepi ranjang, samping Kiara. Dia menggaruk-garuk kepalanya keras.
"Orion, maaf..." Suara Kiara lirih.
Orion melihat Kiara. Wajahnya sedikit tenang sekarang. Perlahan, tangannya membenarkan posisi selimut untuk membuat tubuh Kiara sedikit hangat.
"Orion, apa mungkin sebaiknya kita bercerai saja?" Ucap Kiara ragu-ragu.
Mata Orion langsung terbelalak. Dia bahkan tak percaya dengan apa uang baru saja dia dengar. Cerai?! Kata yang bahkan tak pernah Orion pikirkan selama pernikahan kontrak yang baru berjalan beberapa bulan ini.
"Bicara apa kamu?"
"Aku nggak bisa melihat kalian terus bertengkar karena aku. Seharusnya aku tak meminta menikah. Sebaiknya kita bercerai saja ya. Kita akhiri kontrak kita disini." Ujar Kiara. Suaranya lirih dan terlihat takut saat mengucapkan kalimat-kalimat tersebut.
Orion hanya menghela nafas. Dia belum bisa melepaskan Kiara sekarang. Terbukti dengan adanya Kiara di sisi Orion, membuat hubungan Leo dan Aditya menjadi renggang.
"Tidak. Kita sudah sepakat menjalani pernikahan ini minimal satu tahun. Kita baru saja menikah selama dua bulan lebih. Kau sudah menandatangani kontrak Kiara." Orion berdiri lalu keluar dari kamar begitu saja.
Hati Kiara makin gundah. Dia benar-benar terbutakan dendam dan sakit hati saat mulai mendekati Orion untuk memintanya melakukan pernikahan kontrak. Dia berfikir terburu-buru. Karena hanya ingin membuat Leo cemburu, dia harus menjalani pernikahan ini.
......................
Pekerjaan Orion selama satu minggu telah usai. Hari ini mereka siap untuk kembali ke Jakarta. Rombongan yang terdiri dari Orion, Kiara, Sarah, dan Pak Darma telah siap meninggalkan villa.
Kondisi kaki Kiara juga sudah membaik setelah beristirahat selama tiga hari. Kini mereka menuju Jakarta, meninggalkan Dieng yang dingin.
"Sarah, kau duduk didepan ya. Aku ingin menjaga Kiara, karena kakinya masih sakit." Orion menuntun Kiara menuju mobil dengan perhatian khusus.
Sarah hanya bisa menyetujui permintaan itu. Meski hatinya sedikit kesal. Dia masih ingat saat dia dimarahi Leo karena gagal menggoda Orion. Sebelum Leo pergi ke Jakarta terlebih dulu, dia memberi Sarah satu kesempatan lagi. Bagaimanapun Sarah harus bisa membuat Orion berpaling dari Kiara.
"Semua sudah siap? Kita akan berangkat sekarang." Pak Darma mulai menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya menjauhi area villa yang telah mereka tinggali satu minggu ini.
Dalam perjalanan pulang tak jauh berbeda dengan perjalanan saat berangkat. Hanya sepi, tak ada obrolan sama sekali.
Kiara yang duduk di kursi belakang dengan ditemani Orion masih terlihat canggung. Setelah permintaan cerainya ditolak mentah-mentah, dia seakan menjaga jarak dengan Orion. Tapi, berbeda dengan Orion. Perhatiannya pada Kiara makin menjadi. Bahkan setelah penolakannya Orion terus membantu Kiara untuk melakukan aktifitas. Bahkan Orion sering menyuapi Kiara, meski sang wanita terus menolak.
"Kau masih istriku Kiara. Berhenti bertingkah seperti anak kecil dan makanlah." Ucapan Orion masih teringat jelas dalam benaknya.
Kiara tau, dia adalah wanita egois. Tapi, karena kebaikan dari Orion membuatnya merasa semakin bersalah.
"Lupakan semua kenangan yang menyakitkan. Aku tau kamu masih kepikiran hal-hal kemarin." Leo berbisik pelan di telinga Kiara agar tak terdengar oleh dua orang didepan.
"Cukup jalankan peranmu sebagai istriku. Bisa?" tambah Orion
Kiara mengangguk pelan. Matanya bahkan tak berani menatap Orion walau hanya sekejap.
......................
Malam telah datang, setelah melalui perjalanan yang panjang, akhirnya Orion sampai kembali ke rumah. Kiara mencoba berjalan, meski masih tertatih.
"Mau aku bantu?" Tanya Kiara menghampiri Orion yang tengah mengeluarkan barang-barang dari bagasi mobil.
"Tidak usah. Kakimu masih sakit. Kau masuk duluan saja." Orion membawa daypack milik Kiara dan menggandeng dua koper.
Setelah masuk rumah, Orion langsung duduk di sofa. Merenggangkan badan lalu bersandar.
"Orion..." Panggil Kiara
"Hmm...?"
"Maaf soal ucapanku yang meminta kita bercerai. Seharusnya aku tidak bicara seperti itu." Kiara tertunduk lesu.
"Tidak apa-apa. Aku tau perasaanmu. Tapi, meski kau tidak menjadi istriku lagi nanti, kak Leo pasti akan tetap menganggap rendah diriku. Bagi kakak, aku adalah aib keluarganya." Pandangan Orion melihat ke langit-langit seakan menyimpan luka yang amat dalam.
"Kau pasti sangat menderita."
"Ya, aku sangat menderita Kiara. Jadi, bisakah kau menemaniku sampai kontrak kita selesai?"
Kiara paham. Tanpa basa-basi Kiara mengangguk. Dia tak pernah tau bagaimana kehidupan seorang anak haram didalam keluarga konglomerat yang terkenal. Tapi dia yakin satu hal, jika Orion sangat membutuhkan seseorang yang selalu ada disisinya.