Hidup bersama dengan keluarga yang tidak peduli dengan kehadirannya, kemudian memiliki seorang adik yang akhirnya meninggal dunia dan menjadi kesalahannya. Ditinggal pergi oleh orang tuanya karena dianggap pembawa sial, lalu hidup sendirian dalam rasa bersalah pada apa yang bukan menjadi kesalahannya. Hidup dengan keras hingga membuatnya lupa akan arti kebahagiaan, akankah suatu saat Cassie menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gemini Pride, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musibah
Melihat Cassie yang sedang menangis, Jackson pun segera menarik tubuhnya dan memeluknya dengan sangat erat.
Cassie membalas pelukan itu dan menangis mencurahkan hatinya, betapa rapuh perasaannya.
Selama ini dia selalu berlagak kuat, seakan-akan segalanya dalam hidupnya baik-baik saja. Dia seperti orang yang hidup dalam kebahagiaan, namun nyatanya hati kecilnya berteriak karena terlalu tersiksa memendam semua luka yang terpupuk selama sepuluh tahun hingga saat ini.
Jackson sangat memahami serapuh apa sebenarnya Cassie, dari sorot matanya saja dia bisa mengetahuinya kalau wanita itu tengah berteriak meminta pertolongan dalam diamnya.
"Kamu tahu, tidak apa jika sesekali kamu bersandar pada orang lain. Kata siapa kamu tidak layak untuk mengandalkan orang lain? Kamu sangat layak, kamu membutuhkan orang lain untuk berbagi setiap gundah gulana mu" ucap Jackson dengan lembut.
"Orang seperti ku tidak pantas untuk menjalani hidup dengan tenang dan bahagia, aku hanya pantas menderita selama hidup ku" ucap Cassie dengan suara parau.
"Hei, kamu sangat pantas! Benar-benar pantas untuk hidup tenang, sangat pantas untuk bahagia" ucap Jackson.
Cassie pun semakin menangis, Jackson hanya bisa mengelus punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya. Dia membiarkan perempuan itu menangis untuk mengekspresikan perasaannya, selama ini dia sudah cukup menderita dalam kebisuannya menahan semuanya.
~ ~ ~
Setelah beberapa saat akhirnya Cassie pun merasa tenang, entah kenapa dia merasa sangat lega setelah menangis dan mengeluarkan segala emosi yang tertahan.
"Sudah merasa tenang?" tanya Jackson.
"Mn! Baju mu jadi basah, maaf" ucap Cassie.
"Tidak apa-apa, ayo kita pergi ke ruang tunggu lebih dulu. Evelin dan Richardo sedang menunggu di sana, semoga saja mereka tidak berkelahi" ucap Jackson.
Akhirnya dua orang itu pun segera pergi ke ruang tunggu yang ada di perusahaan tersebut, sesampainya di sana mereka berdua hanya sibuk menikmati tontonan yang tengah terputar karena di ruangan itu ada sebuah tv yang sangat besar.
"Eve?" panggil Cassie menginterupsi fokus sahabatnya itu.
"Oh sudah selesai? Bagaimana... Kamu habis menangis? Mereka memarahi mu? Sialan, biar aku pergi membuat perhitungan dengan mereka" ujar Evelin yang langsung menjadi emosi.
"Jangan berkata begitu, orang yang memanggil ku adalah pimpinan perusahaan ini. Memangnya kamu mau pergi berdebat dengannya? Kamu ingin diberhentikan dari sini bahkan sebelum memulai debut mu secara resmi sebagai penyanyi?" ujar Cassie terkekeh melihat sifat sahabatnya itu.
"Aku tidak peduli, jika mereka memarahi mu maka aku juga tidak mau berada dalam perusahaan seperti itu" ucap Evelin.
"Jangan begitu! Mereka tidak memarahi ku, lagian kamu sudah lupa siapa pemimpin perusahaan ini? Itu adalah paman Robby, jadi menurut mu dia akan memarahi ku mengingat sedekat apa dia dan papa?" ucap Cassie.
"Benar juga! Aku terlalu emosi tadi sampai lupa hal itu, lalu kenapa kamu menangis?" tanya Evelin.
"Makanya apa-apa itu jangan selalu dibawa dengan emosi" celetuk Richardo, akhirnya dia pun bersuara setelah tadinya hanya diam saja.
"Tsk!" sahut Evelin sembari memutar bola matanya dengan malas.
"Jadi, kenapa kamu menangis? Apa yang membuat mu menangis?" tanya Evelin kembali.
"Hanya saja dalam perjalanan ke sini, Jackson ada memberi beberapa kalimat yang membuat ku terharu. Tanpa sadar aku malah menangis, sepertinya aku menjadi sangat cengeng sekarang Eve" ucap Cassie.
Mendengar hal itu pun membuat Evelin menatap pada Jackson, dia tidak mengatakan apa-apa namun dia tahu kalau pria itu pasti sudah mengatakan hal-hal yang baik hingga membuat sahabatnya itu menjadi emosional karenanya.
"Tidak apa-apa dong jika sesekali kita menjadi cengeng, itu bukanlah hal yang buruk" ucap Evelin sembari tersenyum.
Evelin justru merasa sangat senang dan bersyukur, akhir-akhir ini Cassie selalu menunjukan sisi emosionalnya tanpa menahan diri. Dia sangat bersyukur pada Jackson, berkat dia bisa membaut sahabatnya itu secara perlahan mau terbuka sedikit.
# # #
"Jadi bagaimana hasil meetingnya?" tanya Richardo dengan penasaran.
"Kami tidak akan melakukan klarifikasi! Awalnya ayah ku meminta untuk melakukannya supaya itu tidak berefek pada masa depannya Cassie ke depannya, namun Cassie tidak setuju karena dia juga tidak begitu peduli pada pandangan orang lain" ucap Jackson.
"Hah! Aku sudah tahu kalau hasilnya akan seperti ini, terserah saja deh! Lakukan saja apa pun yang menurut mu bisa membuat mu merasa nyaman, aku akan selalu mendukung apa pun keputusan mu" ucap Evelin.
"Mn! Terima kasih" ucap Cassie.
Setelah berbincang-bincang, mereka pun memutuskan untuk pergi. Mengingat masih ada banyak waktu yang tersisa, Cassie dan Evelin pun segera pergi ke apartemennya untuk mulai membersihkannya secara perlahan.
Olivia dan Tirsa juga ikut ke sana, hanya Jackson dan Richardo yang tidak diizinkan untuk ikut meski mereka meminta untuk ikut.
* * *
Dalam sebuah rumah, seorang perempuan sedang berbicara dengan ayahnya. Dia meminta pada ayahnya untuk memberi pelajaran pada seorang perempuan yang sudah membuatnya merasa sangat kesal, itu adalah Keisya.
Saat ini Keisya sedang meminta ayahnya untuk memberi pelajaran pada Cassie karena merampas Jackson darinya, seharusnya dia yang selalu berada di sisinya bukan justru dia.
"Bukankah kali ini permintaan mu terlalu berlebihan? Jika mereka memang memiliki hubungan, maka biarkan saja dan jangan memaksakan hubungan yang tidak disetujui oleh dua pihak" ucap ayahnya Keisya.
"Kalau dia tidak ada, maka Jackson pasti tidak akan selalu memberi perhatian padanya! Pa, apakah kau ingin melihat putri mu ini menderita karena tidak bisa memiliki pria yang dicintainya?" ucap Keisya sembari merengek.
"Baiklah, akan papa lakukan. Berhentilah merengek seperti itu!" ucap ayahnya.
"Mn! Terima kasih pa" ucap Keisya.
. . .
Keesokan harinya, Cassie pergi ke sebuah toko untuk membeli tanaman yang mau dia taruh di dalam apartemennya.
Setelah selesai memesan apa yang dia mau, Cassie segera keluar. Baru saja berjalan mau naik ke dalam mobil, tiba-tiba saja ada orang yang berpakaian serba hitam dan mengeluarkan senjata tajam dan menikam Cassie.
Setelah melakukan aksinya itu, pria itu segera pergi dari situ sedang Cassie pun langsung ambruk di samping mobilnya.
Tirsa yang melihatnya pun langsung histeris dan meminta supir mereka untuk membawanya ke rumah sakit.
Cassie pun langsung dilarikan ke rumah sakit, dalam perjalanan Tirsa segera menghubungi Olivia. Lalu dengan segera manajernya itu menghubungi Jackson, mengetahui hal itu pun mereka segera bergegas ke rumah sakit.
Robby pun segera menghubungi Franky menyampaikan kabar yang mengejutkan itu, mereka yang dilanda kepanikan pun juga segera bergegas menuju ke rumah sakit.
~ ~ ~
Setelah beberapa saat, akhirnya mereka pun sudah tiba di rumah sakit. Cassie pun segera ditangani oleh dokter, karena pendarahan yang tidak berhenti pun harus segera dioperasi.
Untungnya Jackson cepat datang, dia mewakili keluarga untuk mengurus persetujuan operasi.