NovelToon NovelToon
SHE LOVE ME, I HUNT HER

SHE LOVE ME, I HUNT HER

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dokter / Transmigrasi / Idola sekolah
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Noveria

Agatha Aries Sandy dikejutkan oleh sebuah buku harian milik Larast, penggemar rahasianya yang tragis meninggal di depannya hingga membawanya kembali ke masa lalu sebagai Kapten Klub Judo di masa SMA.

Dengan kenangan yang kembali, Agatha harus menghadapi kembali kesalahan masa lalunya dan mencari kesempatan kedua untuk mengubah takdir yang telah ditentukan.

Akankah dia mampu mengubah jalan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya?


cover by perinfoannn

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mission Unfinished

Napas Agatha tersengal, dadanya naik turun seiring langkah mereka yang terburu-buru menyusuri jalanan kota yang remang. Di sampingnya, Larast, dengan wajah pucat, berusaha mengimbangi kecepatan Agatha. Di belakang mereka, suara teriakan kasar dan derap langkah semakin mendekat, mengancam.

“Sialan! Berhenti kalian, dasar berandal kecil!”

“Mereka mengejar kita!” seru Larast, suaranya bergetar oleh kepanikan.

“Jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu,” jawab Agatha, nada suaranya penuh tekad baja.

Mereka berbelok tajam ke sebuah gang sempit yang gelap dan pengap. Aroma sampah menusuk hidung, membuat Larast tersedak. Agatha berhenti mendadak, matanya menyipit, mengamati sekeliling dengan waspada. Gang itu buntu.

“Tidak ada jalan lain. Aku hadapi mereka di sini,” kata Agatha, mengambil posisi siap bertarung.

Tak lama kemudian, tiga orang pengawal bertubuh kekar muncul di mulut gang. Wajah mereka garang, otot-otot di lengan mereka menegang, penuh amarah yang membara.

“Mau lari kemana kalian, hah?” salah seorang pengawal menyeringai, memperlihatkan deretan giginya. “Kali ini kalian tidak akan lolos, bocah tengik!”

Agatha mendorong Larast ke belakangnya, melindunginya dengan tubuhnya. “Larast, tetap di belakangku. Jangan ikut campur, mengerti?”

“Tapi, Ries…”

“Percayalah padaku,” potong Agatha, matanya fokus sepenuhnya pada para pengawal yang mendekat.

Pengawal pertama maju, mencoba meraih Agatha dengan tangan kasarnya. Dengan gerakan secepat kilat, Agatha menangkis tangannya dan membalas dengan tendangan mae geri yang menghantam ulu hatinya. Pengawal itu terhuyung ke belakang, memegangi perutnya yang terasa seperti ditusuk ribuan jarum.

“Gerakan yang lumayan untuk anak ingusan,” ejek pengawal itu, meski napasnya tersengal-sengal. “Tapi tidak cukup untuk mengalahkan kami, dasar bocah tengil!”

Dua pengawal lainnya menyerbu dengan pukulan membabi buta. Agatha menghindar dengan lincah, merasakan adrenalin memompa jantungnya dengan keras. “Terlalu liar,” pikirnya cepat. “Tanpa teknik, hanya mengandalkan kekuatan kasar.”

Agatha menganalisis postur tubuh salah satu pengawal. “Dia terlalu fokus pada pukulannya. Aku bisa memanfaatkan celah ini.”

Saat pengawal itu melayangkan pukulan keras, Agatha melakukan tai sabaki, berputar ke samping untuk membelokkan serangan. Dengan gerakan cepat dan terukur, ia melakukan ippon seoi nage, membanting pengawal itu ke tanah dengan keras. Pengawal itu mengerang kesakitan, nafasnya tercekat di tenggorokan. Satu orang terkapar tak berdaya di tanah.

Sementara itu, pengawal yang sedari tadi hanya mengamati, melihat celah dalam perkelahian antara dua temannya dan Agatha. Ia bergerak cepat, menarik tangan Larast dengan kasar.

“Sini kau, gadis jalanan! Kau pikir setelah bisa keluar dari tempat ini, Bos tidak akan mencarimu lagi, hah?!” Pria dengan jahitan yang memenuhi wajahnya itu menggendong Larast di pundaknya, seperti memikul karung beras.

“Kya!!! Lepaskan aku! Tolong!” Larast meronta dan menendang sekuat tenaga ke tubuh pria yang menggendongnya. Air matanya mulai membasahi pipinya.

Agatha menoleh, perhatiannya terpecah, dan ia lengah. Pengawal pertama, yang sudah pulih dari serangannya, tiba-tiba menyerang dari belakang. Ia menjambak rambut Agatha dan membanting kepalanya ke dinding dengan brutal.

“Rasakan ini, bocah tengil!”

“Agh!” Agatha mengerang kesakitan. Kepalanya terasa berputar, pandangannya mulai kabur dan berkunang-kunang.

“Sudah kubilang, kau tidak akan lolos,” bisik pengawal itu, menyeringai puas melihat Agatha terkapar di tanah.

Setelah melihat Agatha tergeletak tak berdaya dengan wajah babak belur, pengawal itu melepaskannya.

“Tinggalkan dia! Kita pergi sekarang!” perintah pria yang menggendong Larast.

“Arieeeees!” teriak Larast dengan histeris, suaranya memilukan.

Dengan pandangan yang semakin kabur, Agatha menatap Larast yang semakin menjauh dibawa oleh ketiga pengawal dari klub malam itu.

Tangan dan tubuhnya gemetar hebat, kepalanya berdenyut-denyut dengan nyeri yang tak tertahankan. Jam di tangannya masih memancarkan cahaya biru redup.

Dengan sisa kesadarannya, Agatha mencoba menarik napas dalam-dalam dan berusaha memfokuskan pikirannya ke arah langit. Ia mencari satu bintang yang bersinar paling terang di antara kerlap-kerlip lampu kota.

“Bawa… a-aku… kem-kembali… ke masa depan,” ucapnya terbata-bata, sebelum akhirnya kehilangan kesadaran dan kegelapan menelannya.

Agatha merasakan tubuhnya terhisap ke dalam pusaran waktu yang berputar-putar dengan dahsyat. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya, hanya bisa merasakan sensasi jatuh bebas yang mengerikan. Kilatan-kilatan cahaya aneh menyala-nyala di sekelilingnya, membuatnya semakin pusing dan mual.

Bug!

Nafasnya tercekat, seakan terjatuh dari ketinggian yang tak terhingga. Kepalanya terbentur sesuatu yang keras di depannya. Ia berada di ruang sempit dan gelap yang terasa sangat familiar.

Kreeett…

Agatha mendorong pintu di depannya. Ternyata ia berada di dalam lemari pakaian di kamarnya. Debu berterbangan saat pintu itu terbuka, membuat Agatha bersin.

“Apa ini?” Agatha merasa bingung dan heran. Tempat dia kembali bukanlah apartemennya di masa depan, melainkan kamarnya sendiri di masa lalu.

“Agatha, sudah jam berapa ini! Apa kamu tidak sekolah, hah?!” Suara ibunya terdengar nyaring dari balik pintu, membuat Agatha tersentak kaget.

Agatha menyentuh kepalanya yang berdenyut nyeri, merasakan cairan kental di kening dan pelipisnya. Ia melihat darah menempel di jarinya.

“Ibuuuu!” teriak Agatha dengan keras, suaranya bercampur antara kaget dan kesakitan.

Brak!

Pintu kamar terbuka dengan kasar.

“A-pa…?” Ibunya membuka pintu, lalu matanya membulat sempurna melihat kondisi putranya yang mengenaskan. “Ya ampun, apa yang kamu lakukan? Kenapa wajahmu babak belur seperti ini?” Ibunya mendekat dengan panik ke arah Agatha yang terkapar di lantai.

Agatha merasa tubuhnya lemas dan tidak bisa digerakkan. Rasa sakit di sekujur tubuhnya membuatnya sulit bernapas.

“Ayah!” Ibunya berteriak dengan histeris, memanggil ayah Agatha.

“I-iya… astaga, ada apa denganmu?” Ayahnya ikut terkejut melihat kondisi putranya. Tanpa banyak bicara, ia langsung menggendong tubuh Agatha dan membaringkannya di atas ranjang.

“Ibu, cepat bawa handuk kecil dan baskom berisi air hangat…” ujar ayahnya dengan nada cemas.

Ibunya berlari keluar kamar dengan langkah tergesa-gesa dan wajah dipenuhi kepanikan.

“Apa yang terjadi? Bukannya semalam kamu baik-baik saja?” ucap ayahnya, menyentuh rahang Agatha dengan lembut, memeriksa luka yang diderita putranya.

“Akh… sakit, Yah,” Agatha meringis kesakitan.

Ibunya masuk kembali ke dalam kamar dengan membawa baskom kecil berisi air hangat dan handuk. Lalu mencelupkan handuk itu ke dalam air dan meremasnya. Kemudian, dengan hati-hati membersihkan luka di wajah Agatha.

“Kamu semalam kabur lagi dan tawuran, ya?” Ibunya membersihkan luka Agatha dengan wajah kesal.

Agatha menggelengkan kepalanya lemah, namun ibunya tampak tidak percaya.

“Apa yang terjadi? Kamu keluar rumah dan mencari Larast lagi?” tanya ayahnya, menyelidik.

“Apa?” Ibunya menoleh karena terkejut. Ia tidak tahu jika putranya sempat keluar rumah semalam. “Benar kamu keluyuran tengah malam, Agatha!” ibunya menekan luka di wajah Agatha karena kesal.

“Akh… sakit, Bu,” keluh Agatha.

“Kenapa kamu tengah malam mencari anak gadis orang, hah? Katakan!” gertak ibunya.

“Larast diculik, Bu,” jawab Agatha dengan suara lirih.

“Diculik?” sahut ibu dan ayahnya dengan kompak, mata mereka membulat karena terkejut.

“Iya… beneran. Suer, aku tidak bohong,” Agatha mengangkat dua jarinya, berusaha meyakinkan kedua orang tuanya.

“Diculik dimana? Katakan!”

“E… anu…” Agatha berpikir sejenak, berusaha mengingat-ingat lokasi klub tempat Larast disekap. Saat itu kondisinya sangat kacau dan gelap. Ia tidak sempat melihat lebih jelas lokasi tempat itu.

“Haistt… aku harus bagaimana ini? Bukunya cuma ada di masa depan dan sekarang aku tidak bisa balik kesana,” gumam Agatha dalam hati.

“Cepat, katakan!” Ayahnya mendelik, menunggu jawaban Agatha dengan tidak sabar.

“Di sebuah klub, Yah. Yang ada musik jedug-jedug nya… terus lampu-lampu banyak gitu,” jelas Agatha sekenanya.

“Ya ampun, katakan dengan jelas! Ayah tidak mengerti!” Ayahnya menepuk jidatnya dengan frustasi. “Kamu bahkan bisa pulang ke rumah, masa iya tidak tahu jalan kesana?”

Andai saja ayah tahu, kalau jam ini yang bisa membawaku melintasi waktu dan ruang. Tapi bagaimana caranya menjelaskan semua ini pada mereka?

Agatha melihat jam di tangannya masih memancarkan cahaya biru redup, pertanda bahwa misinya menyelamatkan Larast belum selesai

Bersambung.

1
ig:@kekeutami2829
jan2 org2 yg punya masalah sama kakak mu rast
ig:@kekeutami2829
bandel lo ries.

eh itu jmnya nyla lgi sprt waktu dia mau pergi ke masa lalu ya .
ada apa iti?
Drezzlle: jamnya nyala kalau Larast bahasa dan butuh melintasi waktu
total 1 replies
kalea rizuky
author kayaknya pro rena ya/Sleep/
Drezzlle: Keliatan ya 🤣
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
awas copot tu jantung🤭🤭🤭
Wida_Ast Jcy
Enak aja lu bilangin bau
Bulanbintang
Sat set banget, Ris.
Bulanbintang
Makanya, baik-baik sama donatur.😌
Shin Himawari
Yang suka genre time travel merapat sini! Penulisannya rapih dan alur ceritanya seru. Bagus juga yang suka judo karena ada istilah istilah judonya buat belajar. Ganbatte terus berkarya kak Dre 💪💪🤍
Drezzlle: terimakasih
total 1 replies
TokoFebri
jangan memasukkan nama gadis itu lagi riess.. nanti gak ada gunanya dong kamu transmigrasi?
Shin Himawari
Sabar ya Aga-kun, biasanya cewe cuek diawal nanti juga luluh kalo terus diperhatiin🫣
Shin Himawari
cuma diajak ngobrol aja kook santai dooong larast🤣
mama Al
apa ini kerjaan kakaknya Laras
mama Al
bener Bu omelin tuh di kasih tahu ngeyel
kim elly
jemput ries
kim elly
😭😭😭ya ampun nangis baca nya
kim elly
larast sumpah kamu tuh kayak aku jaman dulu 😩😩
Drezzlle: Berasa lagi baca buku harian kamu sendiri 😄😄
total 1 replies
Mutia Kim🍑
Agatha begitu karna kmu duluan yg berkhianat Rena!
Drezzlle: belum tentu
total 1 replies
Mutia Kim🍑
Dorong aja rena dari atas kasur🤭
Mutia Kim🍑
Berdoa aja ries, semoga larast baik-baik aja. Dan ayahmu segera menemukan larast
sunflow
ya allah.. kasihan.. sini aku peluk..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!