NovelToon NovelToon
Ibu Susu Bayi Sang Duda

Ibu Susu Bayi Sang Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Ibu Pengganti / Pengasuh / Menikah Karena Anak
Popularitas:39.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hari yang seharusnya menjadi momen terindah bagi Hanum berubah menjadi mimpi buruk. Tepat menjelang persalinan, ia memergoki perselingkuhan suaminya. Pertengkaran berujung tragedi, bayinya tak terselamatkan, dan Hanum diceraikan dengan kejam. Dalam luka yang dalam, Hanum diminta menjadi ibu susu bagi bayi seorang duda, Abraham Biantara yaitu pria matang yang baru kehilangan istri saat melahirkan. Dua jiwa yang sama-sama terluka dipertemukan oleh takdir dan tangis seorang bayi. Bahkan, keduanya dipaksa menikah demi seorang bayi.

Mampukah Hanum menemukan kembali arti hidup dan cinta di balik peran barunya sebagai ibu susu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. malam ini dia bintangnya.

Sebulan berlalu sejak kejadian di ruang kerja itu, namun bayangan sketsa yang tertinggal di meja CEO masih melekat kuat di benak Abraham. Setiap kali ia menatap hasil akhir proyek yang kini sukses besar, hatinya selalu bertanya, siapa pemilik tangan yang lihai itu? Siapa yang berani menyempurnakan desainnya tanpa izin, tapi meninggalkan hasil yang jauh lebih sempurna? Pertanyaan itu berulang kali muncul, tapi jawabannya selalu buntu. Abraham tidak pernah menduga jika jejak itu milik istrinya sendiri.

'Apa mungkin, Hanum? Tidak, mungkin! Hari itu terlalu singkat,'

Malam ini adalah malam penting, perjamuan besar perusahaan Biantara, perayaan keberhasilan proyek yang telah menambah nama baik mereka di dunia bisnis internasional. Para pemegang saham, rekan bisnis, bahkan perwakilan dari perusahaan luar negeri akan hadir. Abraham, seperti biasa, tampil sempurna. Jas hitam berpotongan tegas membalut tubuhnya, dipadukan dasi elegan dan bros mewah di dada kiri. Wajahnya dingin, karismatik, dan penuh wibawa, seperti seorang raja yang akan memasuki balai istana.

Sementara itu, di kamar lain, Hanum berdiri di depan cermin. Gaun bludru maroon membalut tubuhnya anggun, jatuh hingga menyentuh lantai. Potongan bahunya sedikit terbuka, memperlihatkan kulit mulus yang dipadu dengan kalung perhiasan berkilau, hadiah dari Siska. Rambutnya ditata dalam sanggul elegan, beberapa helai sengaja dibiarkan terurai lembut membingkai wajahnya. Sekali lagi, Hanum memandang dirinya sendiri. Ada keraguan di matanya, ini pertama kali ia harus tampil sebagai nyonya besar di hadapan banyak orang.

Pintu kamar terbuka, Siska masuk dengan gaun hitam elegan yang membuat wibawanya semakin terpancar. Pandangannya langsung jatuh pada menantunya. Matanya berbinar, senyum bangga terbit di wajahnya.

“Astaqa, Hanum…” Siska mendekat, tangannya terulur merapikan sedikit kalung di leher Hanum. “Kau cantik sekali malam ini, Nak. Anggun, berkelas … tidak ada yang akan berani meremehkanmu lagi.”

Hanum tersenyum malu. “I-iya, Bu. Tapi … apa aku tidak terlalu mencolok?”

“Cahaya tidak akan pernah bisa bersembunyi,” jawab Siska lembut, menepuk pipi menantunya. “Malam ini kau akan berdiri di samping Abraham, dan dunia akan tahu bahwa kau adalah istrinya. Kau harus percaya diri. Ingat, bukan hanya wajahmu yang cantik, tapi hatimu juga. Itu yang membuatmu berbeda dari wanita lain.”

Hanum mengangguk pelan, meski jantungnya masih berdebar kencang. Langkah berat terdengar dari luar, disusul ketukan pintu. Abraham muncul di ambang, sudah siap dengan jasnya, seketika, ia terhenti. Pandangannya jatuh pada sosok Hanum yang berdiri di depan cermin. Untuk pertama kalinya sejak lama, Abraham benar-benar terpaku.

Hanum menoleh, dan tatapan mereka bertemu. Wajah pria itu tetap datar, tapi matanya menajam, seakan ingin menghafal setiap detail gaun, perhiasan, dan kilau yang dipancarkan istrinya. Ada sesuatu yang sulit ia sembunyikan di sana.

Siska tersenyum puas melihat reaksi anaknya, lalu sengaja mundur, meninggalkan mereka berdua di dalam kamar. “Aku tunggu di bawah,” katanya, lalu menutup pintu perlahan. Keheningan menyelimuti ruangan. Hanum menunduk, jemarinya meremas gaun. “A-aku … sudah siap.”

Abraham melangkah mendekat. Suaranya dalam, berat, namun berbeda dari biasanya. “Kau…” ia berhenti sejenak, lalu menghela napas. "terlihat sangat menawan malam ini.”

Hanum mendongak, wajahnya langsung memerah. Itu pertama kalinya Abraham memuji dirinya dengan kata yang begitu jelas. Pria itu mengulurkan tangan, telapak tangannya terbuka, seolah mengajak. “Mari, semua orang sudah menunggu.”

Hanum ragu sejenak, lalu menyambut uluran itu. Begitu jemarinya tergenggam, hangat merambat cepat, membuat langkahnya terasa lebih ringan.

Malam ini, bukan hanya perjamuan perusahaan yang akan jadi sorotan, tapi juga bagaimana Abraham dan Hanum tampil bersama untuk pertama kalinya sebagai sepasang suami istri di hadapan publik.

Ballroom hotel bintang lima itu berkilauan oleh cahaya lampu kristal yang menggantung megah di langit-langit. Musik orkestra mengalun lembut, mengiringi tamu-tamu penting yang berdatangan dengan pakaian terbaik mereka. Meja-meja bundar tertata rapi, dihiasi vas bunga mawar putih dan anggur premium yang berkilau dalam gelas kristal.

Ketika pintu besar terbuka, semua mata beralih. Abraham melangkah masuk dengan jas hitam tegasnya, aura dingin dan berwibawa segera menguasai ruangan. Namun, perhatian para tamu bukan hanya tertuju pada sang CEO. Di sisi kirinya, Hanum berjalan anggun dengan gaun bludru maroon yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Perhiasan berkilau di lehernya seakan menegaskan statusnya sebagai wanita terhormat.

Bisik-bisik segera terdengar di berbagai sudut.

“Itu istrinya yang baru, ya? Cantik sekali.”

“Bukan … bukankah katanya dia hanya wanita biasa, tanpa latar belakang keluarga kaya?”

“Wanita biasa tidak akan bisa berdiri di samping Tuan Abraham dengan setenang itu. Lihat caranya berjalannya ... elegan sekali.”

Hanum tersenyum kecil, meski dalam hatinya gugup luar biasa. Genggaman tangan Abraham yang kokoh membuat langkahnya tetap mantap. Pria itu tidak menoleh, tapi genggamannya seolah memberi pesan, Aku di sini.

Dari arah lain, sepasang tamu baru masuk. Galih, dengan setelan abu-abu yang dipinjam dari butik langganannya, tampak kurang percaya diri di antara para pebisnis mapan. Di sampingnya, Lilis tampil mencolok dengan gaun emas berkilau, rambut digelung tinggi, dan perhiasan besar-besar yang tampak lebih seperti pameran daripada elegan.

Begitu melihat Hanum di sisi Abraham, mata Lilis membulat. Wajahnya menegang, senyum palsu segera ia bentuk meski dadanya bergejolak.

“Dia … dia bisa berdiri di situ?” gumamnya pelan, penuh ketidakpercayaan. Galih hanya mendengus, matanya memantau sekeliling. Dia sendiri sudah merasa rendah hati masuk ke ruangan penuh tokoh penting, ditambah lagi harus menyaksikan Hanum, wanita yang dulu ia sakiti, tampil lebih berkelas darinya.

Belum reda keterkejutan itu, sosok lain masuk dengan penuh percaya diri, Rania. Malam ini ia mengenakan gaun satin biru tua yang menjuntai elegan, rambutnya disanggul rapi, ditambah senyum yang terlatih untuk memikat siapa pun. Namun, ada kilatan licik di matanya. Ia tidak datang sendiri, di sampingnya berdiri seorang pria paruh baya, pemilik perusahaan yang baru saja menandatangani proyek besar dengan Biantara.

Rania menggandeng lengan pria itu dengan penuh kebanggaan. Di matanya, malam ini adalah panggung miliknya. Dia berniat menjatuhkan Hanum di depan semua orang, mempermalukannya, dan menunjukkan bahwa hanya dirinya yang pantas berdiri di samping Abraham.

Ketika mata mereka bertemu dari kejauhan, Hanum sempat menunduk gugup. Tapi genggaman tangan Abraham menguat. Dia menoleh sekilas, menatap istrinya dengan dingin namun mantap. “Jangan pedulikan siapapun malam ini. Kau hanya fokus padaku,” ucapnya rendah, hanya terdengar oleh Hanum.

Hanum menelan ludah, lalu mengangguk pelan. Beberapa menit kemudian, saat mereka menyapa tamu-tamu penting di meja utama, Rania mendekat bersama pria itu. Senyumnya mengembang, penuh kepalsuan.

“Abraham,” sapanya manis. “Selamat atas proyek besar yang berhasil kau selesaikan. Semua orang tahu tanpa kerja sama perusahaan kami, hasil ini tidak akan sebesar ini.”

Abraham hanya mengangguk tipis. “Kerja sama memang penting.” Suaranya datar.

Rania lalu berpura-pura baru melihat Hanum, meski jelas tatapannya sejak tadi tidak lepas dari wanita itu. Senyumnya melengkung sinis. “Oh, jadi ini istrimu yang baru? Cantik juga … walau sepertinya masih belum terbiasa dengan acara sebesar ini, ya?”

Beberapa tamu terdiam, menunggu respon Hanum. Galih dan Lilis yang mendengar ucapan itu dari meja lain langsung saling pandang, Lilis menyunggingkan senyum miring, seolah ikut menikmati momen itu.

Hanum menegakkan tubuhnya. Ingatan akan wejangan Siska terngiang di benaknya, 'jangan pernah menunjukkan kelemahanmu di depan orang lain'. Dia menatap Rania dengan senyum tenang, suaranya lembut namun tegas.

“Terima kasih atas pujiannya. Memang, saya masih belajar. Tapi bukankah hidup memang selalu tentang belajar? Belajar menjadi istri yang lebih baik, belajar mendampingi suami, bahkan belajar menghadapi orang-orang yang … terlalu suka menilai.”

Tatapan Rania langsung berubah, wajahnya memucat sejenak sebelum kembali tersenyum kaku. Beberapa tamu yang mendengar justru menahan senyum, kagum dengan ketenangan Hanum yang tidak mereka sangka. Abraham melirik Hanum sejenak, matanya menyipit. Ada kebanggaan samar yang sulit ia sembunyikan.

Namun, Rania belum menyerah. Malam masih panjang, dan ia berniat mencari celah lain untuk membuat Hanum jatuh di depan semua orang.

'Kamu liat aja, malam ini mungkin malam terakhir untukmu,' bisik Rania dalam hatinya.

1
Lusi Hariyani
jgn sampe ada jebak menjebak kak othor emang siapa rania itu mantan bukan kluarga bukan bikin ulah trs
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen 🥰🥰 terima kasih 😘
Kar Genjreng
cinta di tolak mbh dukun bertindak lampir
Rokhyati Mamih
Bian jangan lupa bawa istri mu yah ?
Hanum.bisa loh nakhlukin ranio
Ddek Aish
karna Julio ngeyel ngarap keuntungan yang besar akhirnya Abraham terima proyek ini dengan si pelakor berabe kan jadinya sekarang
Teh Euis Tea
awas bian waspada jgn ssmpe kena jebajan betmen😁
Ucio
Rania As Mak lampir mulai beraksi
waspada Abraham
IbuNa RaKean
ulet Keket😡😡
Lisa
Ciee Hanum & Abraham udh mulai mesra nih 😊😊 bahagia selalu y utk kalian bertiga..
Asri Yunianti
jangan ada peristiwa jebakan² ya kak🤭
Ani Basiati: lanjut thor
total 2 replies
IbuNa RaKean
aaahhhhh so sweet🥰🥰
Mbak Noer
bagus ceritanya seru
Lusi Hariyani
pasangan ini bikin gemes aja dech
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen 🥰🥰 terima kasih 😘
Kar Genjreng
tersenyumlah Abraham agar dunia semaksimal n damai,,,wajah kaku kulkas lima pintu,,,mulai banyak senyum di hadapan hanum ❤️❤️lope lope sekebon mangga 😁😁
ken darsihk
Sadar kan kamu Bian , Hanum istri mu pantas di bangga kan
Istri mu nggak kaleng2 Biiii 👏👏👏
ken darsihk
Lanjuttt ❤❤❤
ken darsihk
Akhir nya es itu mencair juga 👏👏👏
Kar Genjreng
Qu kirim vote Yo Ben tambah semangat Mas menggarap Hanum 🤩❤️
Lisa
Seneng banget bacanya akhirnya Abraham benar² merubah sikapnya dan lebih menghargai Hanum apalagi Hanum mempunyai bakat design..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!