NovelToon NovelToon
Sang Penakluk

Sang Penakluk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Perperangan
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: RantauL

Dunia Kultivator adalah dunia yang sangat Kejam dan Keras. Dimana yang kuat akan berkuasa dan yang lemah akan ditindas. Tidak ada belas kasihan, siapapun kamu jika kamu lemah maka hanya ada satu kata untukmu yaitu "Mati".

Dunia yang dipenuhi dengan Keserakahan dan Keputusasaan. Dewa, Iblis, Siluman, Monster, Manusia, dan ras-ras lainnya, semuanya bergantung pada kekuatan. Jika kamu tidak ingin mati maka jadilah yang "Terkuat".

Dunia yang dihuni oleh para Predator yang siap memangsa Buruannya. Tidak ada tempat untuk kabur, apalagi bersembunyi. Jika kamu mati, maka itu sudah menjadi takdirmu karena kamu "Lemah".

Rayzen, salah satu pangeran dari kekaisaran Awan putih, terlahir dengan kekosongan bakat. Hal itu tentunya membuat Ia tidak bisa berkultivasi. Ia dicap sebagai seorang sampah yang tidak layak untuk hidup. Banyak dari saudara-saudaranya yang ingin membunuhnya.

Tetapi tanpa diketahui oleh siapapun, Reyzen ternyata memiliki keberuntungan yang membawanya menuju puncak "Kekuatan".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RantauL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27. Patahkan Tangannya

Mereka terus berjalan, hingga melihat ke pojok ruangan, tempat Ray Zen dan para pengawalnya berada. Mereka mendekati meja itu, memandangi dengan tajam rombongan Ray Zen yang tetap tenang menikmati makanan.

"Hei bocah, menyingkirlah dari sini! Aku ingin duduk di sini," ucap pemimpin mereka pada Ray Zen dengan nada sombong. Ray Zen tidak perduli, ia masih memakan makanannya tanpa melihat ke arah pemuda yang baru saja menyuruhnya pergi.

"Hooh, merasa jadi jagoan kau rupanya, kau tidak tahu siapa aku?" pemuda itu terlihat kesal. "Menyingkirlah dari sini, bangsat!" teriaknya dengan nada tinggi, membuat suasana ruangan semakin tegang.

Teman-teman pemuda itu juga memerhatikan Ray Zen dengan tajam, mereka mengepalkan tinjunya, bersiap untuk menghajar Ray Zen jika perlu. "Bocah sialan! Apa kau tidak mendengar apa yang dikatakan tuan muda Jie Gung?" tambah pemuda berbadan kekar mengancam Ray Zen dengan nada mengintimidasi.

Trile yang dari tadi muak dengan tingkah para pemuda itu tidak bisa menahan diri lagi. "Para pemuda bodoh," katanya tegas sambil berdiri dari kursinya. "Apakah kalian tidak tahu kalau kami sedang makan? Kalau mau makan, cari saja tempatmu sendiri, tidak perlu mengganggu kami!" Ia menunjuk wajah pemuda bernama Jie Gung itu, sekaligus menatapnya tajam.

Para pemuda itu tertawa, lalu memerhatikan tubuh Trile dari atas hingga kebawah, "Ternyata kau galak juga gadis manis," kata pemuda bernama Jie Gung itu sambil mendekati kursi Trile dengan senyum liar. "Kau pikir bisa melawan kami? Kau hanya seorang wanita cantik yang lemah, lebih baik kau melayani kami di sini," tambahnya dengan nada mengejek, membuat Trile semakin kesal.

Suasana ruangan semakin memanas, seolah-olah pertarungan tidak bisa lagi dihindari. Sebagian orang yang berada di ruangan itu merasa kasihan akan nasib Ray Zen dan pengawalnya karena berani berurusan dengan pemuda itu, yang dikenal memiliki temperamen keras dan latar belakang keluarga yang berpengaruh. Sebagian lagi, merasa puas dengan kelakuan para pemuda itu, berharap para pemuda itu menghajar Ray Zen dan pengawalnya.

"Bagaimana, manis? Apa kau setuju dengan penawaranku?" kata Jie Gung lagi, hendak menyentuh wajah Trile dengan gerakan yang arogan. Namun, Trile tidak membiarkannya melakukan itu. Dengan gerakan cepat, Trile mencengkram tangan Jie Gung dan memutarnya dengan kuat, membuatnya kesakitan.

Tidak berhenti di situ, Trile melayangkan tendangan yang cukup keras, mengenai dada Jie Gung, melemparnya jauh, menabrak dinding ruangan dengan keras.

Bukkk...

Tubuh Jie Gung terjatuh di lantai, ia berteriak keras, tidak bisa menahan rasa sakit ditubuhnya. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya.

Teman-teman Jie Gung segera mendekatinya, "Tuan muda, apa kau tidak apa-apa?" tanya mereka dengan cemas, membantu Jie Gung bangun. "Bangsat... wanita sialan, kubunuh kau!" teriaknya marah, ia segera bangkit berdiri, lalu berlari menyerang Trile dengan amarah yang memuncak.

Trile tersenyum sinis, lalu ia melihat ke arah Ray Zen yang baru saja menyelesaikan makanannya. Mengerti dengan maksud tatapan Trile, Ray Zen hanya tersenyum, lalu berkata datar, "Patahkan kedua tangannya." Suaranya tenang dan tanpa emosi, namun perintahnya jelas dan tegas.

Mendengar perintah Ray Zen, Trile tersenyum puas. Dengan langkah cepat dan gesit, dia berlari ke arah Jie Gung, mematahkan kedua tangannya tanpa ampun. Jie Gung tidak sempat bereaksi, kecepatan dan kekuatan Trile bukanlah tandingannya.

Jeritan kesakitan Jie Gung memenuhi ruangan, membuat semua orang yang menyaksikan merasa kecut dan tidak nyaman. Bahkan teman-teman Jie Gung yang sebelumnya terlihat arogan, kini gemetar ketakutan, wajah mereka pucat pasi. Mereka tidak menyangka bahwa wanita yang terlihat lemah itu dapat menjadi monster yang sangat mengerikan.

Bukkk...

Trile mengakhiri serangannya dengan pukulan keras di wajah Jie Gung, membuatnya kembali menabrak dinding ruangan. "Bawa teman kalian ini pergi! Sebelum aku mematahkan kedua kakinya," perintah Trile kepada teman-teman Jie Gung yang masih terpaku ketakutan.

Mereka pun segera bereaksi, membopong tubuh Jie Gung yang terluka parah dan membawanya pergi dari ruangan itu.

Suasana ruangan semakin sunyi, seolah-olah tidak ada yang berani lagi mengusik Ray Zen dan pengawalnya. Semua orang yang berada di ruangan itu menatap Trile dengan ketakutan, nyali mereka menciut melihat kehebatan wanita itu.

Trile kembali berjalan ke tempat duduknya dengan langkah tenang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. "Kerja bagus," puji Ray Zen setelah Trile kembali duduk di tempatnya, senyum puas menghiasi wajahnya.

Bai Hu, Han Yu, Bear, dan Tiger yang sejak tadi menyaksikan pertarungan itu mengangguk setuju dengan perkataan Ray Zen, mereka semua memberikan tatapan mengagumi pada Trile.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja turun dari lantai kelima restoran dengan wajah yang penuh tanda tanya. Dari penampilannya yang rapi dan penuh wibawa, pria itu terlihat seperti sosok yang berkuasa dan di hormati di restoran itu.

Ia memandang sekeliling dengan mata tajam, memperhatikan keadaan restoran di lantai keempat yang sangat berantakan, seperti telah terjadi pertarungan hebat. Meja dan kursi terlihat berantakan, bahkan ada beberapa yang patah. Para pengunjung juga masih terlihat ketakutan.

"Siapa yang bertanggung jawab atas kekacauan ini?" tanya pria itu lagi, suaranya tegas dan penuh otoritas, menuntut penjelasan dari orang-orang di sekitarnya. Salah seorang pelayan wanita mendekati pria itu lalu berbisik menceritakan apa yang telah terjadi. Pria itu tertegun, sambil melihat kearah rombongan Ray Zen.

Ray Zen dan Trile saling menatap sejenak, lalu Ray Zen menjawab dengan tenang, "Hanya terjadi sedikit masalah pak tua, kau tidak perlu khawatir."

Pria paruh baya itu mendekati Ray Zen, memandangnya dengan tatapan yang sulit ditebak, seakan sedang mempertimbangkan sesuatu. "Ambil ini sebagai ganti rugi dan biaya makanan kami!" lanjut Ray Zen, memberikan 100 koin emas pada pria paruh baya itu.

Pria itu menerimanya dengan baik, "Terima kasih, tuan. Tuan sangat murah hati," katanya dengan senyum yang sopan. Sikapnya langsung berubah dari sebelumnya. "Tapi sebaiknya tuan-tuan ini harus segera pergi meninggalkan tempat ini!" tambahnya serius, karena ada sesuatu yang mengkhawatirkan.

"Mengapa?" tanya Trile dengan rasa ingin tahu, matanya sedikit menyipit.

"Orang yang baru saja nona hajar adalah tuan muda Klan Gung, salah satu klan besar yang ada di Kekaisaran Awan Putih ini. Namanya Jie Gung, ia anak ketiga dari Ketua Klan Gung," jelas pria itu dengan nada yang serius. "Pasti sekarang ayahnya dan para tetua Klan Gung sedang menuju ke mari, membalas dendam kepada tuan-tuan sekalian, terutama kau, nona," lanjutnya lagi memperingatkan.

"Kau tidak perlu khawatir, kami tidak akan pergi. Kami justru akan menunggu ayah dari pemuda itu di sini," kali ini Bai Hu yang berbicara dengan suara yang tenang. "Tapi tuan," kata pria paruh baya itu cemas, wajahnya menunjukkan ketakutan.

"Sudah kau tidak perlu cemas, kami yang akan bertanggung jawab jika ayah pemuda itu menghancurkan restoranmu, itu pun jika ia mampu," jawab Bear dengan mengeluarkan sedikit auranya, membuat pria paruh baya itu berkeringat dingin saat merasakannya.

Suasana ruangan menjadi tegang, seakan pertarungan selanjutnya tidak bisa dihindari lagi. Orang-orang diruangan itu semakin penasaran tentang siapa sebenarnya Ray Zen dan para pengawalnya. Mengapa mereka tetap tenang?, seakan tidak gentar sedikitpun menghadapi Ketua Klan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Like dan Komen ya Cesss. Kalau ada alur yang ngelantur, kata yang tipo jangan lupa di ingatkan ya Cesss.

1
Christian Matthew Pratama
ini critanya zaman kapan ada istilah big boss
Christian Matthew Pratama
mmg sdh ada jam ya🤔
Rizky Fadillah
suka aku sama guru nya,mengajarkan mc jngn naif,tidak ada kebaikan didunia kultivator,apa lgi di dunia nyata banyak tipu muslihat nya hahaha
Yuzuru03
Jalan ceritanya bikin penasaran
Dadi Bismarck
Seru banget! Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya!
Mưa buồn
Aku suka banget tokoh-tokohnya. Jangan berhenti nulis thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!