Jessica Collins sangat bahagia ketika di nikahi oleh seorang duda tampan dan kaya raya, namun kebahagiaannya sirna saat mengetahui tujuan pria itu menikahinya hanya karena ia mirip dengan istri pertamanya dan rupanya pria itu tak benar-benar menyukainya.
"Apa di saat menyentuhku, kau sedang membayangkan istrimu yang lain ?"
Sungguh Jessica sangat sakit hati haruskah ia bertahan atau justru pergi menjauh di saat mengetahui dirinya sedang mengandung janin pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jessica mengetahui semuanya
Pagi itu setelah Jason pergi ke kantornya dan memastikan nyonya Dakota sedang sibuk dengan pekerjaannya, Jessica nampak menyelinap ke lantai atas.
Ia harus memastikan apa yang suaminya itu sembunyikan darinya, karena jika ia bertanya langsung pasti akan ada berbagai alasan yang di lontarkan oleh pria itu.
Kemudian Jessica berjalan mengendap-ngendap menaiki anak tangga sembari mengedarkan pandangannya untuk memastikan jika tak ada yang melihatnya dan kini tibalah ia di lantai atas, di sana nampak sebuah pintu dengan tinggi dua setengah meter menyambutnya lalu tanpa berpikir panjang wanita itu langsung mendorongnya.
Beruntung pintu tak di kunci hingga ia bisa segera membukanya dan betapa terkejutnya Jessica saat melihat pemandangan di dalam kamar tersebut.
Sebuah ruangan luas yang di dominasi dengan warna putih dan merah muda, nampak juga sebuah gorden yang sebelumnya pernah ia lihat saat di pinggir danau waktu itu.
"Kamar siapa ini ?" gumamnya, apa pria itu menyembunyikan wanita lain di rumah ini?
Kemudian Jessica mengedarkan pandangannya dan matanya kembali terbelalak saat melihat sebuah foto pernikahannya terpatri di dinding kamar tersebut.
Lantas wanita itu melangkah mendekat. "Tidak, itu bukan aku dan Jason. Karena aku tak pernah memakai gaun pernikahan seperti itu." gumamnya saat memperhatikan dengan detail foto tersebut.
Lalu siapa wanita itu yang begitu mirip dengannya itu? lantas pandangan Jessica semakin turun ke bawah dan nampak sepasang nama terpatri di sana.
"Jason dan Jennifer ?" ucapnya dan sontak membuatnya menutup mulutnya sendiri, jadi benar selama ini suaminya menyebut nama wanita lain saat bergumul dengannya dan wanita itu adalah mantan istrinya?
Ia tak menyangka sudah terjebak dalam permainan sang suami, ia pikir pria itu begitu mencintainya namun nyatanya ia hanya di jadikan boneka mainannya.
Saat Jessica berbalik badan, tiba-tiba ia melihat suaminya itu sudah berdiri di ambang pintu dengan menatapnya tajam. "Apa yang kau lakukan di sini ?" ujarnya dan langsung membuat Jessica melangkah mundur.
"Jadi apa semua ini benar Jason, kamu menikahiku hanya karena wajahku mirip dengan mantan istrimu ?" tukas Jessica yang masih nampak tak percaya dengan kenyataan yang baru saja ia ketahui itu.
"I-itu sama sekali tidak benar." Jason langsung membela diri.
"Aku pikir kamu benar-benar mencintaiku tapi rupanya aku hanya sebuah bayangan mantan istrimu bukan? aku benar-benar membencimu Jason, aku sangat membencimu." Jessica menatap pria itu dengan sinis, air mata yang sejak tadi ia tahan pun kini mulai mengalir deras membasahi pipinya.
Rasanya bodoh sekali ia selama ini yang tidak tahu apapun padahal banyak sekali keganjilan yang telah terjadi.
"Kamu sudah salah paham, sayang. Tolong dengarkan penjelasanku !!" Jason nampak melangkah mendekat namun Jessica langsung mengangkat tangannya.
"Jangan mendekatiku !!" teriaknya yang langsung menghentikan langkah suaminya itu.
"Aku membencimu dan tak sudi kamu dekati jadi mari kita akhiri pernikahan ini !!" tegas Jessica, karena bertahan pun sudah tak ada gunanya.
Mendengar itu Jason nampak mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras dan tatapannya menajam. "Kamu tidak akan pernah pergi kemana-mana." Hardiknya dengan nyaring hingga membuat Jessica berjingkat kaget.
Pria di hadapannya kini seperti bukan pria yang Jessica kenal sebelumnya, pria itu seakan memiliki dua kepribadian dan itu membuatnya mulai di dera rasa takut.
"Jason sadarlah, aku bukan Jennifer." Jessica mencoba membujuknya.
Jason berjalan mendekatinya dan Jessica sontak melangkah mundur, namun sebelum ia benar-benar menjauh pria itu telah mencengkeram lengannya dengan erat.
"Patuhlah jika tidak nasibmu akan sama sepertinya !!" ucap Jason penuh penekanan.
"A-apa maksudmu Jason? aku tidak mengerti." Jessica mulai pucat pasi seiring cengkeraman pria itu di lengannya yang semakin kuat.
"Kamu harus membalas semuanya dan jangan coba-coba kabur dari sini." sinis Jason lalu segera berlalu pergi dari kamar tersebut dan menguncinya dari luar.
"Jason, buka pintunya !!" teriak Jessica sembari menggedor pintu dengan sekuat tenaganya, namun percuma karena pria itu pasti sudah pergi dari sana.
Kemudian Jessica mengelilingi kamar tersebut, berharap ada jalan keluar agar ia bisa segera kabur. Namun tak ada sedikit pun cela di semua jendela yang terkunci rapat itu.
"Ponselku ?"
Jessica nampak merutuki dirinya yang lupa tak membawa ponselnya, karena paling tidak ia bisa menggunakan benda itu untuk menghubungi pihak berwajib.
Kini Jessica hanya bisa terduduk lemas di atas sofa, ia tidak menyangka pernikahannya bakal sesulit ini dan apa ini semua karma baginya karena tidak pernah mendengar ucapan sang sahabat maupun ibunya.
"Maafkan aku Mommy, Elle." gumamnya.
Kemudian Jessica kembali memeriksa barang-barang yang ada di kamar tersebut dan rupanya semua barang yang suaminya itu berikan padanya adalah barang-barang milik mantan istrinya, sungguh sangat memprihatinkan karena ia baru menyadarinya sekarang.
Siang harinya tiba-tiba terdengar pintu di buka dari luar dan sontak membuat Jessica segera beranjak dari duduknya.
"Nyonya Dakota, tolong keluarkan aku dari sini." mohonnya saat melihat kepala pelayannya itu datang dengan membawa sebuah nampan berisi makanan.
"Maafkan saya nyonya, saya tidak bisa melakukannya." tegas wanita itu seraya meletakkan nampan tersebut di atas meja.
Jessica yang melihat pintu di buka dengan lebar langsung berlari keluar, tapi tiba-tiba dua orang pria bertubuh tegap segera mencegatnya di ambang pintu.
"Anda di larang keluar, nyonya." tegas salah satu dari mereka yang nampak berdiri di tengah pintu untuk menghalangi wanita itu keluar.
Jessica yang merasa tak ada jalan keluar akhirnya kembali masuk dengan kesal, ia sudah seperti tawanan saat ini.
"Silakan di makan, nyonya." ucap nyonya Dakota sebelum beranjak keluar.
"Kamu pikir dalam situasi seperti ini aku bisa makan ?" teriak Jessica pada wanita itu.
Namun nyonya Dakota langsung tersenyum sinis menatapnya. "Bukankah sebelumnya saya pernah memperingatkan anda, nyonya ?" ucapnya dengan lirih namun syarat dengan ejekan.
Tentu saja Jessica masih mengingat dengan peringatan wanita itu agar ia segera menjauhi Jason, namun waktu itu ia terlalu terlena dengan perlakuan suaminya itu.
"Paling tidak kamu bisa memberitahu sejak aku tinggal di sini." ucap Jessica membela diri.
"Anda pikir hidup saya tidak penuh tekanan, nyonya? saya sudah memberikan anda beberapa kode hanya saja ku rasa anda kurang begitu pintar." tukas nyonya Dakota dengan lirih seraya melirik ke arah pintu di mana nampak kedua bodyguard sedang berjaga di sana.
"Cepatlah makan, jika tidak tuan Jason bisa semakin marah !!" perintahnya kemudian.
"Aku tidak peduli." sinis Jessica lantas kembali menghempaskan bobot tubuhnya di sana, sementara nyonya Dakota kembali keluar dan mengunci pintu tersebut.
"Sial." umpat Jessica, ia harus segera mencari cara agar bisa keluar dari sini.
Beberapa saat kemudian karena lelah berpikir dalam keadaan perut kosong membuat Jessica ketiduran dan terbangun ketika mulai gelap.
Saat merasakan tubuhnya sangat berat, wanita itu segera mengerjapkan matanya dan betapa terkejutnya ia saat melihat suaminya sudah berada di atasnya.
"Ja-Jason, a-apa yang kamu lakukan ?" ucapnya.
keren karya tulis mu k🤗🤗🤗