NovelToon NovelToon
Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Anak Kembar / Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Isabella Rosales mencintai Alex Ferguson dan ketiga anak kembar mereka—Adrian, Eren, dan Alden—lebih dari hidupnya sendiri. Namun, kebahagiaan mereka direnggut secara paksa. Berasal dari keluarga Rosales yang merupakan musuh bebuyutan keluarga Ferguson, Isabella diancam oleh keluarganya sendiri: tinggalkan Alex dan anak-anaknya, atau mereka semua akan dihancurkan.

Demi melindungi orang-orang yang dicintainya, Isabella membuat pengorbanan terbesar. Ia berpura-pura meninggalkan mereka atas kemauannya sendiri, membiarkan Alex percaya bahwa ia adalah wanita tak berperasaan yang memilih kebebasan. Selama lima tahun, ia hidup dalam pengasingan yang menyakitkan, memandangi foto anak-anaknya dari jauh, hatinya hancur setiap hari.

Di sisi lain kota, Celine Severe, seorang desainer yatim piatu yang baik hati, menjalani hidupnya yang sederhana. Jiwanya lelah setelah berjuang sendirian begitu lama.

Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang tragis. Sebuah kecelakaan hebat terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Solusi brilian Isabella untuk lobi resor mengirimkan gelombang kejut tak terlihat ke seluruh Rumah Awan Pelangi. Keesokan paginya, ia merasakan perubahannya. Itu bukanlah perubahan yang drastis, melainkan pergeseran halus dalam atmosfer, seperti udara yang terasa lebih hangat setelah badai dingin berlalu. Para staf lain, yang sebelumnya memperlakukannya dengan campuran rasa ingin tahu dan jarak profesional, kini menatapnya dengan secercah rasa hormat yang baru.

Perubahan paling signifikan datang dari Nyonya Diana. Pagi itu, saat Isabella sedang menyiapkan sarapan untuk anak-anak, kepala rumah tangga yang biasanya kaku itu mendekatinya dengan secangkir teh di tangan.

"Nona Severe," katanya, nadanya lebih lembut dari biasanya. "Saya baru saja menerima memo dari kantor pusat. Tuan Ferguson secara resmi telah merevisi seluruh desain lobi Resor Samudra Biru. Beliau menyebutkan bahwa inspirasi utamanya datang dari sebuah percakapan dengan Anda."

Isabella berusaha terlihat rendah hati. "Saya hanya memberikan pendapat sambil lalu, Nyonya."

"Pendapat Anda, tampaknya, telah memecahkan masalah yang membuat tim arsitek terbaik di kekaisaran ini pusing selama sebulan," balas Nyonya Diana, sebuah senyum tipis yang langka tersungging di bibirnya. "Anda lebih dari sekadar pengasuh anak, bukan?"

Itu adalah sebuah pertanyaan retoris, sebuah pengakuan. Untuk pertama kalinya, Isabella merasa statusnya di rumah itu lebih dari sekadar seorang karyawan. Ia mulai memiliki pengaruh, sebuah kekuatan lunak yang tidak pernah ia duga. Rasa percaya dirinya yang telah lama terkubur mulai tumbuh kembali, bukan kepercayaan diri Isabella Rosales yang angkuh, tetapi kepercayaan diri Celine Severe yang tenang dan kompeten.

Alex sendiri tetap menjadi sebuah teka-teki. Ia tidak lagi menginterogasinya dengan tatapan tajam, tetapi pengawasannya menjadi lebih konstan, lebih personal. Ia seolah sedang mempelajari spesies baru yang langka, mencoba memahami cara kerjanya. Jika sebelumnya ia mencari kebohongan dalam kata-katanya, kini ia tampaknya mencari kebenaran di dalam tindakannya.

Momen yang benar-benar mengubah dinamika mereka terjadi pada suatu sore yang cerah. Anak-anak sedang bermain kejar-kejaran di taman atap yang kini mulai menghijau kembali. Alden, dalam semangat petualangannya, memanjat sebuah bangku batu untuk mencapai buah arbei yang baru matang. Namun, kakinya terpeleset.

Terdengar suara gedebuk kecil, diikuti oleh tangisan kencang yang memecah keheningan sore itu.

Sebelum pengasuh lain sempat bereaksi, Isabella sudah berlari melintasi taman. Pada saat yang hampir bersamaan, pintu kaca yang menghubungkan ke ruang kerja Alex terbuka, dan pria itu melesat keluar, wajahnya pucat karena khawatir.

Mereka berdua tiba di sisi Alden pada detik yang sama. Peran majikan dan karyawan lenyap seketika, digantikan oleh naluri murni dua orang tua yang melihat anak mereka kesakitan.

"Sssst, jagoan, tidak apa-apa," kata Alex, suaranya yang biasanya dingin kini penuh kehangatan saat ia mengangkat Alden ke dalam pelukannya. Lutut Alden tergores cukup dalam dan mengeluarkan sedikit darah, membuat tangisnya semakin keras.

"Aku akan ambil kotak P3K," kata Isabella cepat. Ia berlari ke dalam dan kembali dalam sekejap dengan semua yang ia butuhkan.

Mereka bekerja sama dengan sinkronisasi yang tak terucapkan, seolah mereka telah melakukan ini ribuan kali sebelumnya. Alex memegang Alden dengan mantap, menenangkannya dengan bisikan lembut, sementara Isabella dengan cekatan dan lembut membersihkan luka itu dengan kapas antiseptik. Tangan mereka sesekali bersentuhan, mengirimkan sengatan listrik kecil yang membuat keduanya sedikit canggung.

"Ini mungkin akan sedikit perih, oke?" bisik Isabella pada Alden, matanya penuh empati. "Hitung sampai tiga bersamaku."

Setelah lukanya bersih, ia menempelkan plester bergambar roket—ia tahu persis di mana plester favorit Alden disimpan. Seketika, tangisan Alden mereda menjadi isak tangis kecil.

"Sudah selesai," kata Isabella sambil meniup lutut yang terluka itu dengan lembut. "Sekarang kau bisa meluncur lebih cepat dari roket mana pun."

Alden terkekeh di tengah isak tangisnya. Drama itu telah berakhir.

Setelah memastikan Alden tenang dalam gendongan ayahnya, Isabella mulai membereskan peralatan medisnya. Keheningan yang nyaman menyelimuti mereka sejenak, hanya diisi oleh suara angin yang berdesir di antara dedaunan baru.

"Anda... sangat baik dengannya," kata Alex tiba-tiba, suaranya pelan. "Dengan mereka semua."

Isabella mendongak, terkejut. Itu adalah pujian pertama yang tulus dan langsung yang pernah ia terima dari Alex. Tidak ada nada sinis, tidak ada kecurigaan. Hanya sebuah pernyataan fakta yang diucapkan dengan nada yang lelah namun tulus.

"Mereka anak-anak yang luar biasa, Tuan," jawab Isabella pelan, senyum tipis terukir di wajahnya. "Sangat mudah untuk menyayangi mereka."

Untuk sesaat, tatapan mereka bertemu. Di mata Alex, untuk pertama kalinya, Isabella tidak melihat seorang detektif yang sedang menyelidikinya. Ia melihat seorang ayah yang bersyukur. Dan di mata Celine, Alex tidak melihat seorang karyawan yang misterius. Ia melihat seorang wanita yang tulus menyayangi anak-anaknya. Dinding di antara mereka, untuk sesaat, benar-benar runtuh.

Momen kerentanan itu meninggalkan jejak yang dalam pada Alex. Wanita ini terus-menerus menghancurkan semua asumsinya. Logikanya gagal, investigasinya buntu, dan sekarang, pertahanan emosionalnya pun mulai goyah. Ia sadar, ia perlu mengubah strateginya. Perangkap untuk mengungkap kebohongan tidak lagi berguna. Ia perlu membuat sebuah tes yang bisa mengungkap kebenaran yang lebih dalam: kebenaran tentang hati dan jiwa wanita ini.

Malam itu, ia mendekati Isabella saat wanita itu sedang membaca buku di sudut ruang keluarga yang sunyi, setelah anak-anak tertidur.

"Nona Severe," panggilnya pelan.

Isabella mendongak, sedikit terkejut dengan pendekatannya yang tenang. "Ya, Tuan Ferguson?"

Di tangannya, Alex memegang sebuah map tebal berwarna biru. "Mengingat wawasan Anda yang mengejutkan dalam hal desain, dan latar belakang Anda bekerja di panti asuhan seperti yang tertera di CV Anda, saya ingin meminta pendapat Anda tentang sesuatu."

Ia meletakkan map itu di atas meja di depan Isabella. "Ini adalah sebuah proposal proyek lama. Sesuatu yang sudah lama saya simpan."

Dengan rasa ingin tahu, Isabella membuka map itu. Jantungnya serasa berhenti berdetak.

Di dalamnya, terdapat rencana lengkap, proposal, dan bahkan sketsa logo untuk sebuah yayasan amal. Nama yayasan itu: Yayasan Tunas Pelangi. Sebuah yayasan yang bertujuan untuk menyediakan pendidikan seni dan musik gratis bagi anak-anak kurang mampu di seluruh kekaisaran.

Ini adalah proyek impiannya. Proyek yang ia dan Alex rancang bersama di malam-malam yang panjang, sebelum keluarga Rosales menghancurkan segalanya. Nama "Pelangi" diambil dari nama rumah mereka. Itu adalah janji mereka pada dunia.

Napasnya tercekat. Ia menatap halaman-halaman itu, matanya membelalak tak percaya. Ini bukan sekadar proposal bisnis. Ini adalah potongan dari jiwanya yang telah hilang.

Alex mengamatinya dengan saksama. Ia tidak mencari tanda-tanda kebohongan atau kepanikan. Ia mencari sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih dalam.

"Proyek ini terhenti beberapa tahun yang lalu," jelas Alex, suaranya datar, menguji. "Saya sedang mempertimbangkan untuk menghidupkannya kembali. Menurut Anda... apakah ini ide yang bagus?"

Isabella tidak bisa menjawab. Ia hanya bisa menatap proposal itu, pikirannya dibanjiri oleh gelombang kenangan dan mimpi yang terlupakan. Air mata mulai menggenang di matanya, bukan karena kesedihan, tetapi karena harapan yang begitu kuat hingga terasa menyakitkan.

Alex melihatnya. Ia melihat kilatan di mata wanita itu. Itu bukan ketertarikan seorang profesional. Itu adalah api gairah yang menyala dari lubuk jiwa. Itu adalah percikan yang sama persis yang selalu ia lihat di mata Isabella setiap kali mereka membicarakan proyek ini.

Ia tidak lagi menguji identitas wanita ini. Ia sedang menguji hatinya. Dan jawaban yang ia lihat di mata Celine Severe yang berkaca-kaca itu membuatnya semakin bingung dan terguncang.

1
Indah Ratna
bagus thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!