NovelToon NovelToon
Land Of Eldoria

Land Of Eldoria

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Akademi Sihir / Perperangan / Fantasi Wanita
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: AzaleaHazel

Eldoria, yang berarti negeri kuno yang penuh berkah. Negeri yang dulunya selalu di sinari cahaya matahari, kini berubah menjadi negeri yang suram.



Ratusan tahun telah berlalu sejak peperangan besar yang menghancurkan hampir seluruh negeri Eldoria, membuat rakyat harus hidup menderita di bawah kemiskinan dan kesengsaraan selama puluhan tahun sampai mereka bisa membangun kembali Negeri Eldoria. Meskipun begitu bayang-bayang peperangan masih melekat pada seluruh rakyat Eldoria.



Suatu hari, dimana matahari bersinar kembali walau hanya untuk beberapa saat, turunlah sebuah ramalan yang membuat rakyat Eldoria kembali memiliki sebuah harapan.




"Akan terlahir 7 orang dengan kekuatan dahsyat yang dapat mengalahkan kegelapan yang baisa di sebut Devil, di antara 7 orang itu salah satu dari mereka adalah pemilik elemen es yang konon katanya ada beberapa orang istimewa yang bisa menguasai hampir semua elemen dari klan Es"


Siapakah ketujuh orang yang akan menyelamatkan negeri Eldoria?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzaleaHazel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Saat Liz berusaha menahan diri dan ekspresi wajahnya, berbeda dengan Eve yang selalu asal bicara tanpa melihat situasi.

"Wah, ternyata kau bisa bicara." Eve kembali bicara tidak sopan yang lagi-lagi membuat Liz memejamkan matanya menahan kesal.

Sekali lagi Liz membungkukkan badannya, walaupun bukan ia yang membuat kesalahan, tapi bagaimanapun Eve adalah bagian darinya. "Ya, seharusnya memang seperti itu, tapi burung ini sangat penakut jadi tidak terlalu berguna juga." Liz berbicara halus menjawab pertanyaan Fenrir itu, tapi matanya melirik kearah Eve seolah sedang mengejek Phoenix itu.

"Apa? Apa yang baru saja kau katakan?" Eve merasa tidak terima saat Liz mengejeknya, padahal dia memang mengatakan itu sebelumnya.

"Siapa yang tadi mengatakan benci rasa sakit dan menyuruhku memeriksa semak-semak ini sendiri?" Liz mengulang apa yang di katakan Eve sebelumnya dengan suara mengejek yang sengaja ia buat-buat.

"Ya itu memang benar." Eve menjawab dengan pasrah.

"Dan kemarin siapa yang mengatakan jika semua mahkluk yang ada di sini bukan tandingannya? Burung jelek mana yang mengatakan semua omong kosong itu?" Serasa belum puas, Liz masih terus mengejek Eve sampai burung itu terlihat sangat kesal.

"Baiklah baiklah aku menyerah. Kau memang tidak mudah di kalahkan." Benar, Eve tidak bisa menyalahkan Liz dalam hal berdebat.

"Kalian terlihat sangat dekat." Tanpa keduanya sadari, sejak tadi Fenrir itu sudah memperhatikan interaksi mereka berdua.

Perhatian Liz teralihkan pada Fenrir itu, lalu menganggukkan kepalanya, ia memang sangat dekat dengan Eve. "Eum, ya begitulah. Bagaimana denganmu, apa kau sendirian?" Dia penasaran apakah Fenrir itu sendirian atau bersama temannya.

"Di jaman ini Fenrir sama legendarisnya dengan Phoenix, mereka sudah jarang di temukan, tapi tidak selangka Phoenix." Sahut Eve. Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kalinya ia pernah melihat Fenrir, karena itu ia tidak tau apakah bangsa mereka masih hidup atau tidak.

"Bagaimana denganmu, bagaimana kau bisa menjadi hewan pelindungnya?" Fenrir itu tidak mengelak apa yang di katakan oleh Eve, mungkin saja hanya ia yang tersisa di bangsanya.

Mendapat pertanyaan seperti itu membuat Eve terbang mendekat kearah Fenrir itu. "Entahlah, itu terjadi begitu saja saat gerhana bulan biru." Bisiknya tepat di telinganya.

"Apa??!" Fenrir itu sangat terkejut mendengar jawaban Eve. Untuk mahkluk yang hidup panjang seperti mereka pasti mengetahui apa artinya orang yang terlahir di gerhana bulan biru.

"Hust, jangan beritahu dia." Eve kembali berbisik, ia memperingatkan agar Fenrir itu tidak memberitahu Liz tentang apa yang sedang mereka bicarakan.

"Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa berbisik-bisik?" Tanya Liz penasaran, ia berjalan mendekat kearah mereka berdua.

"Ah, dia bilang lukanya sangat menyakitkan. Liz, cepat sembuhkan dia." Tiba-tiba saja suara Eve terdengar panik, sebenarnya ia sengaja seperti itu untuk mengalihkan perhatian Liz.

"Benarkah? Apakah sangat menyakitkan?" Merasa khawatir, Liz langsung berjongkok dan memeriksa luka Fenrir itu.

"Ya ya, tentu saja cepat sembuhkan." Padahal Liz bertanya pada Fenrir itu, tapi malah Eve yang menjawab.

"Lagi-lagi kau memerintahku." Liz menatap sinis Eve karena lagi-lagi selalu memerintah dirinya.

"Aku tidak berbohong, benar kan?" Eve beralih pada Fenrir itu dan bertanya agar Liz percaya apa yang ia katakan memang benar.

"Iya, ini sangat menyakitkan." Liz akhirnya menghela nafasnya setelah mendengar jawaban Fenrir itu.

"Tenang saja, healing milik Liz sangat hebat, kau pasti sembuh dalam sekejap." Celetuk Eve. Sebenarnya ia merasa iri karena Liz tidak pernah merasakan sakit bahkan hanya karena goresan kecil karena lukanya akan langsung sembuh.

Liz hanya memutar bola matanya malas, tangannya perlahan terulur untuk menyingkap bulu putih milik Fenrir itu yang sudah hampir kering darahnya. Tanpa sadar ia menggigit bibirnya setelah melihat luka itu yang cukup dalam, ia mengarahkan telapak tangannya kearah lukanya. Perlahan cahaya biru hampir transparan itu muncul dan lukanya perlahan menutup. Sepertinya Fenrir itu cukup terkejut, ternyata apa yang Phoenix itu bilang benar-benar nyata. Hanya butuh waktu 60 detik sampai lukanya benar-benar menutup sempurna dan rasa sakitnya menghilang.

"Apakah sekarang sudah lebih baik?" Tanya Liz seraya mengelus bulu Fenrir itu, lebih tepatnya bagian yang terluka tadi.

"Tentu saja, sekarang rasa sakitnya benar-benar sudah menghilang, terimakasih." Fenrir itu mengusakkan kepalanya pada Liz karena merasa senang telah di sembuhkan.

"Tidak masalah, senang bisa melihatmu kembali sehat." Liz tersenyum tulus, tangannya tidak bisa berhenti mengelus bulu halus Fenrir itu.

"Rasa terimakasih saja tidak akan cukup untuk membalasmu." Balas Fenrir itu, ia mendekatkan kepalanya dengan milik Liz lalu menempelkan dahinya pada bocah berusia 4 tahun setengah itu. Perlahan cahaya biru muda muncul di tengah-tengah mereka, Fenrir itu lebih dulu melepaskannya dan sedikit menjauh.

"Sekarang aku adalah monster kontrakmu dan kau adalah tuanku." Ucap Fenrir itu. Ada yang berbeda dan itu menarik perhatian Liz, ada tanda di dahi Fenrir itu.

"Tuanmu? Apa yang kau katakan. Aku adalah aku, jadi panggil saja Liz seperti yang Eve lakukan. Lalu apa maksudnya dengan monster kontrak?" Tanya Liz beruntun, terlihat jelas di wajahnya yang tampak kebingungan.

"Hey, kenapa kau tiba-tiba menjadi monster kontrak Liz?" Kini Eve ikut menyahut, karena menurutnya tindakan Fenrir itu cukup berani mengikat Liz dengan kontrak.

"Awalnya kukira aku akan mati di sini karena lukaku sangat parah, jujur saja aku sudah menyerah, tapi saat bertemu dengan Liz aku ingin tetap hidup. Jadi, biarkan aku ikut menjaganya." Fenrir itu mengatakan dengan tulus apa yang ia inginkan, tidak ada niat jahat dan benar-benar murini ingin menjaga Liz sebagai tanda terimakasihnya.

"Tapi kenapa? Maksudku masih banyak orang tapi kenapa kau memilihku?" Tentu saja Liz merasa bingung dengan hal yang tiba-tiba terjadi. Padahal niatnya murni ingin membantu Fenrir itu tanpa mengharapkan imbalan apapun.

"Apakah butuh alasan lain saat kau sudah menyelamatkan hidupku?" Sebenarnya bukan hanya alasan itu dia menjadi monster kontrak Liz. Entah kenapa anak ini seperti menariknya dan membuatnya ingin terus bersamanya.

"Sudahlah Liz terima saja." Sahut Eve. Menurutnya tidak ada yang salah untuk menerima Fenrir itu dan lagi, mereka tidak perlu menjadikannya Undead. Alasannya mudah, karena Fenrir itu memiliki kekuatan yang hampir setara dengannya.

"Teman sebangsaku sudah habis di buru dan hanya menyisakanku yang berhasil melarikan diri." Suara sedih dari Fenrir itu membuat hati Liz terasa nyeri.

"Baiklah, kau tidak perlu menceritakan lebih lanjut, aku mempercayaimu." Liz segera mengalihkan pembicaraan agar Fenrir itu tidak merasa sedih. Dia yang masih mempunyai orangtua saja masih merasa kesepian apalagi Fenrir itu yang hidup sendirian.

"Terimakasih, Liz." mungkin karena terlalu senang, Fenrir itu kembali mengusakkan kepalanya pada Liz.

"Oh ya, apakah kau punya nama?" tanya Liz. Rasanya bulu halus serigala besar ini sangat nyaman untuk di usap, membuatnya tidak bisa berhenti.

"Iya, tapi aku tidak ingin menggunakannya lagi. Bisakah kau memberiku nama yang baru, Liz?" balas Fenrir itu dengan tatapan memohon.

Liz mengerti kenapa Fenrir itu ingin mengganti namanya, mungkin karena dia ingin melupakan kenangan buruk sebelumnya dan ingin menggantinya dengan nama baru begitu juga kehidupan barunya. Karena itu Liz langsung mengangguki apa yang di inginkan Fenrir itu.

Liz diam beberapa saat untuk berpikir, dari semua yang ada di Fenrir itu, bulunya yang paling menarik. "Gwen, memiliki arti putih cemerlang. Bagaimana, apa kau setuju?" ia bertanya dengan sedikit ragu, tidak tau apakah Fenrir itu akan menyukainya atau tidak.

"Ya, aku menyukainya. Mulai sekarang namaku adalah Gwen, sekali lagi terimakasih Liz." balas Fenrir yang baru saja mendapatkan nama itu.

Liz beralih menatap Eve, seolah memberi kode. "Selamat datang Gwen." ucap Liz dan Eve bersamaan. Untungnya Eve bisa menangkap sinyal darinya dan akhirnya mereka bisa menyambut kedatangan teman baru mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!