"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..
𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...
Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.
Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.
karya Triza cancer.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JEBAKAN THALIA
Di parkiran, deretan motor sport mengilap berjejer gagah, tapi di antara semuanya, satu motor paling mencolok karena… tua, kecil, dan bersuara nyaring.
Ya, itulah Coki, Vespa kesayangan Thalia.
Gadis itu mengenakan helm putih polos, lalu menepuk-nepuk jok motornya.
“Ayo, Coki. Kita ke bengkel, biar kamu gagah dan tampan lagi,” ucap Thalia dengan nada lembut seperti bicara ke teman sendiri.
Dan detik berikutnya
Brrreng.. Beng.. Beng
Suara khas Vespa tua menggema keras di area parkir yang tenang. Beberapa siswa yang sedang berjalan langsung menoleh, bahkan menutup telinga karena suaranya cukup bising.
“Eh, siapa yang nyalain motor antik gitu?”
“Kayak suara blender jaman Belanda, ya?”
"Paling motor Thalia si murid baru tadi"
Suara-suara bercampur tawa terdengar dari arah lapangan.
Sementara itu, tak jauh dari situ, geng ATER baru saja keluar dari gedung utama.Aldo yang sedang memainkan kunci mobil di tangannya spontan menoleh ketika mendengar suara mesin berisik itu dan matanya membulat.
Itu… Thalia.
Dengan rambut sedikit berantakan karena angin, helm yang sedikit kebesaran, dan ekspresi datar yang lucu, Thalia tampak sangat tidak biasa.
“Seriusan itu motornya?” tanya Edo bengong.
“Gue kira dia bakal bawa motor sport. Ducati, paling gak.”
Romy ngakak. “Ternyata Vespa tua, bro! Tapi sumpah... tetep keren sih. Kayak... aesthetic gitu.”
Toni menambahkan dengan senyum jahil,
“Tapi motor sama orangnya mirip sama-sama lucu dan nyentrik.”
Aldo mengerling tajam, tapi senyum tipis muncul di bibirnya.“Lucu atau enggak, yang jelas gue makin pengen tau dia.”
Rendy melirik Aldo, “Jangan bilang lo mau ngikutin dia?”
Aldo menyeringai. “Tentu aja. Ayo ikutin dia, gue pengen tau rumahnya dimana?.”
Kelima cowok itu segera naik ke motor mereka masing-masing, dan Aldo menaiki mobil mewahnya, mesin-mesin besar mengaum, mengikuti dari kejauhan Thalia yang melaju pelan dengan suara khas dari si Coki.
Namun tanpa mereka sadari, percakapan itu tak luput dari telinga Athar dan teman-temannya Raka, Doni, Dion, dan Rafi yang berdiri tak jauh dari mereka.
Raka mendecak. “Gila, si Aldo kalo denger cewek cantik langsung garcep banget.”
Doni ikut menimpali sambil menatap geng ATER yang telah pergi“Jangan sampe deh Thalia tergoda sama dia”
Yang lain mengangguk setuju.
Namun suasana tiba-tiba hening ketika suara berat tapi datar keluar dari mulut Athar.
“Cabut.”
Satu kata tapi tegas.
Semua langsung paham.
Mereka berjalan cepat ke parkiran motor. Dion menatap Athar yang sudah memasang helmnya.“Ke markas Atau ke mansion bro?” tanyanya sambil menyalakan motornya.
Athar yang sedang memasang helm fullfacenya, menjawab singkat tanpa emosi.
“Mansion.”
“Baik, Bos.” Dion tersenyum kecil.
Deru mesin sport milik geng "Golden Bold" perkumpulan mafia rahasia yang di pimpin Athar, mengisi udara sore. Mereka melaju keluar dari gerbang sekolah, mengambil arah berbeda dari Thalia dan geng ATER.
Suara mesin Coki meraung pelan, khas motor tua yang ngos-ngosan tapi tetap bersemangat. Sore itu jalanan agak lengang, langit mulai berwarna oranye keemasan, dan Thalia melaju santai sambil bersenandung kecil.
Namun, dari spion bulat kecil di sisi kiri, gadis itu melihat sesuatu yang membuatnya mengerjap pelan. Empat motor sport hitam mengilap dan satu mobil sedan putih terus mengikuti di belakangnya dengan jarak yang cukup dekat.
Thalia mendecak pelan.
“Yah… mereka ngikutin gue” gumamnya malas. Dia memiringkan kepala, menatap pantulan wajahnya di spion. “Apa mereka mau tau rumah gue? Duh, repot banget.”
Lalu bibir mungil itu tersenyum miring.
Senyum yang… jahil sekaligus absurd.
“Baiklah, kita kasih mereka hadiah spesial sore ini.”
Tanpa pikir panjang, Thalia membelokkan si Coki ke arah jalanan kecil menuju perkampungan yang cukup dia kenal, bukan sembarang kampung, tapi kampung para waria yang terkenal ramai, apalagi menjelang magrib.
Dari belakang, Aldo yang mengemudikan mobil mendengus.“Dia belok ke mana tuh?”
Edo yang di motor paling depan menoleh. “Gang kecil, Bro. Mungkin jalan pintas ke rumahnya.”
“Yaudah, kita ikutin.”
Namun karena jalannya sempit, Aldo akhirnya harus menghentikan mobilnya dan turun.
“Edo, bonceng gue, Mobil gak bakal muat masuk ke gang segini.”
“Siap, Bos!” seru Edo sambil menepuk-nepuk jok belakangnya agar Aldo naik ke motornya.
Kini mereka berlima Aldo, Edo, Toni, Rendy, dan Romi, kembali membuntuti Thalia dengan motor sport, suara knalpot mereka meraung memecah keheningan kampung.
Sayangnya… mereka gak sadar mereka sedang melangkah ke dalam jebakan maut versi Thalia.
Begitu mereka masuk lebih dalam ke gang, beberapa sosok dengan make-up tebal dan pakaian warna-warni mulai menoleh penasaran. Mereka melotot terpana saat melihat lima pemuda tampan dengan motor gagah melintas pelan di depan mereka.
“Eh, sisss… liat tuh!” seru satu waria bergaun merah menyala.
“Masya Allah, cakep-cakep amat sih, kayak keluar dari majalah!”
“Yang depan itu mirip aktor Korea, sumpah!”
“Yang rambutnya cokelat tuh tatapannya aduhai banget, gue pingsan kali yaa..”
Dalam hitungan detik, mereka semua mengkerubungi geng ATER seperti lebah menemukan madu. Ada yang memegang bahu, ada yang sok manja nyenggol, bahkan ada yang nyeletuk genit,
“Eh, mas-mas, mampir dulu, ngopi bentar di pos ronda yuk, biar kita kenalan..”
"Mau minum susu dulu juga boleh" Ucap salah satu waria dengan mengerling, sambil memegang kedua dada yang entah terbuat dari apa.
Aldo yang biasanya percaya diri kini malah pucat.“Woi! Apaan nih?! Edo, jalan! Gas! GAS!”
Tapi Edo gak bisa bergerak, soalnya satu waria sudah duduk di jok depannya sambil tertawa centil,
“Eh, masnya ganteng banget deh, helmnya pinjem yaa..”genit mereka mencolek dagu anggota geng ATER
Sementara itu di ujung gang, di balik tembok kecil, Thalia menutup mulutnya menahan tawa. Bahu mungilnya berguncang.
“Ya ampun… sumpah lucu banget, mereka jadi cowok idaman dadakan,” gumamnya di antara tawa.
Matanya berair karena terlalu geli.
“Gue cuma mau mereka kapok ngikutin gue tanpa izin" ucapnya geli.
Thalia akhirnya menyalakan Coki lagi dan melaju pelan meninggalkan lokasi, sementara dari belakang masih terdengar teriakan histeris para waria“MAS JANGAN PERGI! AYO MAMPIR DULU..MINTA NOMOR TELEPONNYA DONG..!!”
Dan di tengah hiruk pikuk itu, Aldo hanya bisa menjerit frustasi,“THALIAAA!! AWAS YA LO..GUE TAU INI PASTI ULAH LO..!!”
Namun bagi Thalia sore ini adalah kemenangannya, dan kini ia melaju menuju bengkel dengan senyum puas.“Lain kali, jangan main-main sama Thalia Putri Dewantara” gumamnya sambil menepuk tangki bensin si Coki yang bergetar seolah ikut tertawa bersamanya.
Thalia akhirnya tiba di sebuah bengkel besar yang lokasinya sesuai dengan alamat yang dikirim oleh Daddy Rian.
Tempatnya luas, bersih, dan terlihat modern, jauh dari bayangan bengkel biasa. Ada motor sport, moge, bahkan motor butut berjejer rapi menunggu giliran servis.
Thalia memarkir Coki di depan dan menepuk-nepuk setirnya pelan.
“Nah, Coki… akhirnya kita sampai juga di bengkel. Tenang ya, nanti kamu sembuh, terus kinclong lagi.”
Seorang pegawai bengkel berkaos abu-abu menghampiri, sambil membawa lap di pundaknya. “Selamat sore, Nona. Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya ramah.
Thalia membuka helmnya perlahan, memperlihatkan wajah cantiknya yang membuat si pegawai bengkel sempat terpaku sepersekian detik.
Suaranya lembut tapi cepat, “Tolong benerin motor saya, Kak. Dia lecet, dan tolong sekalian periksa bagian dalemnya, takutnya ada luka dalam… soalnya tadi habis kecelakaan tunggal.”
Pegawai itu mengerjap bingung.
“Luka… dalam?” ulangnya dengan nada heran.
Temannya di meja samping yang sedang menyeka oli langsung nyeletuk,“Waduh, kalau luka dalam, nanti saya rongsen dulu ya siapa tau butuh oprasi Nona, takutnya kena saraf kejepit, juga”
Thalia melongo, matanya membulat.
“Emang bisa, ya, motor kena saraf kejepit?” batinnya polos sambil menatap serius si pegawai yang sudah mendorong Coki ke area perbaikan.
Beberapa mekanik lain melirik diam-diam, sebagian menahan senyum. Soalnya, jarang banget ada gadis secantik itu datang ke bengkel cuma buat ngerawat vespa tua, apalagi ngomongnya penuh perasaan seolah Coki itu makhluk hidup.
Thalia berjalan ke ruang tunggu sambil manyun. Ia duduk di kursi plastik sambil memainkan ujung rambutnya dan bergumam lirih, “Kalau coki operasi, apa nanti harus disuntik bius, ya? Aduh, Coki, sabar ya kamu…”
Seorang mekanik yang mendengar itu sampai menunduk menahan tawa.Yang lain berbisik, “Kayaknya tuh cewek sayang banget sama motornya, Bro. Beneran dipanggilnya Coki.”
“Iya, dan dia ngomong kayak motor tuh pasien ICU,” sahut satunya lagi.
Thalia tidak peduli. Ia malah menatap kaca besar yang memperlihatkan area servis.
Di sana Coki sedang diangkat di atas lift motor, disemprot, dan dilap pelan-pelan oleh para mekanik, persis seperti pasien yang sedang dirawat.
Thalia menghela napas lega.“Syukurlah, kamu ditangani sama orang-orang profesional, Coki.”
Tiba-tiba ponselnya bergetar pesan masuk dari Daddy Rian.
Superhero“Sayang, motornya udah sampai di bengkel? Jangan lupa nanti kasih makan takutnya dia pingsan di jalan."
Thalia mendengus kesal sambil mengetik cepat "Udah lagi di Operasi, tapi Daddy kok lebih peduli sama motor sih.. Bukannya sama Thalia"
Beberapa menit kemudian, pegawai bengkel menghampirinya sambil tersenyum.
“Udah dicek, Nona. Lecetnya ringan, gak ada ‘saraf kejepit’, cuma butuh poles sama sedikit cat ulang.”
Thalia berdiri, menatap si pegawai serius.
“Beneran gak perlu operasi besar, kan?”
Pegawai itu menahan tawa dan mengangguk sopan. “Beneran, Nona. Coki-nya sehat walafiat.”
Thalia tersenyum lega dan menepuk dadanya.
“Syukurlah… kamu kuat ya, Coki. Nanti Lia beliin bensin premium, biar kamu semangat lagi.”
Para pegawai bengkel saling pandang dan akhirnya tidak tahan lagi tawa kecil pecah di antara mereka.
Sementara Thalia hanya mengerutkan kening, bingung kenapa semua orang terlihat bahagia.
Tanpa sadar, pesona gadis absurd bernama Thalia Putri kembali meninggalkan jejak di tempat baru. Bahkan bengkel yang biasanya riuh oleh suara mesin kini terasa hangat karena satu gadis dan satu vespa bernama Coki.
Dan tanpa mereka sadari, Athar yang berada di lantai dua bengkel mendengar serta melihat semua percakapan absurd Thalia.
Ya..bengkel yang Thalia kunjungi adalah salah satu usaha milik Athar, Athar bangun bengkel itu untuk Anggota Golden blood yang mau menyalurkan hobi mereka di sela-sela tugas mafianya.
"Unik.. " Celetuk Athar tanpa sadar.