Subgenre: Wanita Kuat · Second Chance · Love Healing
Tagline pendek: Kisah tentang aktris yang hidup lagi — dan menemukan cinta manis dengan CEO muda, si sponsor utama dalam karirnya
Sinopsis:
Cassia adalah aktris A-class yang hidupnya terlihat sempurna — sampai semuanya runtuh di puncak kariernya.
Cinta yang disembunyikan, jadwal padat tanpa jeda, dan skandal yang merenggut segalanya.
Namun ketika takdir memberinya kesempatan untuk hidup lagi, Cassia hanya ingin satu hal: menjauhi orang-orang toxic di sekitarnya dan pensiun jadi artis.
Ia ingin menebus hidup yang dulu tak sempat ia nikmati — dengan caranya sendiri.
Tapi siapa sangka, hidup tenang yang ia impikan justru membuka pintu ke masa lalu yang belum sepenuhnya selesai… dan pada satu sosok CEO muda yang selalu mendukungnya selama ini dan diam-diam menunggu untuk menyembuhkannya.
💫 Ayo klik dan baca sekarang — ikuti Cassia mengubah takdirnya dan menemukan cinta yang benar-benar menenangk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌻Shin Himawari 🌻, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 - Jangan Salah Paham
Saat mengetahui Tuhan mengabulkan permohonanku untuk hidup kembali.
Aku melepaskan semua cinta dan harapanku kepada Felix.
Karena orang yang kita cintai memang bisa saja pergi, tapi harga diriku tidak. Aku memilih untuk mencintai diriku sendiri lebih dulu di kehidupan ini. Tentu juga untuk menghindari kematian seperti di masa lalu.
Tapi kenapa saat aku sudah menjauh, pria ini malah bersikeras mengejarku?
"Cassia!" Felix setengah berteriak, saat matanya bertemu Cassia yang berjalan dari lift.
"Kecilkan suaramu Felix, ini sudah malam. Ada urusan apa kamu kemari." Cassia dengan nada malas.
"Darimana aja kamu dengan pria tua itu! Dinner apa yang sampai jam segini coba. Dan kenapa kamu sama sekali tidak membalas chat dan teleponku, Sia. Lalu kenapa pass code rumahmu diganti? Aku jadi tidak bisa menunggumu di dalam." Sederet pertanyaan yang ia katakan menunjukan rasa frustasi nya dengan perubahan sikap Cassia sekarang. Felix tidak menyukai hal ini.
Sedangkan Cassia, masih diam memandang bingung sikap Felix yang tidak seperti biasanya ini. Ia menghela napas kasar.
Aku memblokirmu, jadi tidak menerima chat dan telepon darimu. Pass pintu juga langsung ku ganti sejak kembali dari rumah sakit. Tapi sebaiknya tidak ku katakan. Batin Cassia dalam hati.
"Cassia jangan mengabaikanku!" Rengek Felix lagi.
Astaga. Apa dia selalu menyebalkan seperti ini ya dari dulu? Kenapa aku tidak menyadarinya.
"Walau aku tidak berkewajiban menjawab semua pertanyaanmu tapi akan ku katakan satu hal."
"Dia bukan pria tua, bisa dibilang pria matang. Dan aku menikmati waktu dinnerku bersamanya. Aku jadi tidak tahu waktu ketika sama dia." Jawab Cassia sedikit menyunggingkan senyum, membuat Felix kian meradang.
Felix harus tahu, kalau dia saja bisa meninggalkan Cassia dengan mudah, Cassia pun tidak sulit mencari penggantinya.
Dasar pria jahat yang insecure. Bisa bisanya nyembunyiin fakta Max se ganteng dan well done kaya gitu. Kalau tau dari dulu aku kan bisa move on dari kamu cepet. Cassia mencibir dalam hati.
"Kamu itu masih milikku, Sia! Akan ku maafkan yang kali ini, tapi jangan lagi bertemu dengannya." suara Felix bergetar menahan ledakan di dadanya.
Ada rasa jengah yang Cassia rasakan, topik ini tidak pernah selesai mereka bahas.
"Felix, berapa kali aku bilang. Kita sudah berakhir. Sadar Lix! Kamu juga akan menikah kan. Kita itu kisah lama. Jadi pergilah, sebelum ada yang melihat dan jadi salah paham!"
Aku engga mau ada judul berita macam macam yang bisa menjadi skandal merepotkan lagi! Lanjut Cassia di dalam hati.
Cassia berharap penjelasan itu cukup membuat Felix mengerti, namun sayangnya mendengar itu membuat Felix semakin tidak dapat mengontrol emosinya.
Felix dengan paksa menarik tubuh Cassia ke ke arahnya, tidak menghiraukan Cassia yang berteriak kesakitan.
"Cassia. Sayang. Jangan menguji kesabaranku. Sekarang bukalah pintu itu dulu kita bicara di dalam!" Felix dengan nada penuh penekanan, menginginkan Cassia menurut seperti dulu lagi.
"Tidak mau! Kamu yang pergi sana!" Mendorong badan tegap Felix yang ingin memeluknya dengan sekuat tenaga.
"Cassia, anda meninggalkan lipstick di mobil." Suara bariton dan langkah kaki Max membuat Cassia dan Felix terkejut.
Max?!
Sejak kapan dia ada di sini? Apa dia mendengar semuanya?
Cassia menelan ludahnya, gugup dan sedikit panik melanda.
Cassia baru saja menginginkan Max sebagai jalan keluarnya bisa pergi dari sisi Felix. Ia berniat akan terus bertemu Max, tanpa harus mengungkapkan fakta kalau ia dan Felix pernah menjalin hubungan di masa lalu. Alasannya jika pada akhirnya hubungan masa lalunya dengan Felix tetap harus terungkap di kehidupan kali ini, kedekatan Cassia dengan Max bisa meredam bahkan menjadi tameng agar berita itu tidak menjadi skandal besar.
Jika Max mendengar semua pembicaraan kami, mungkin dia jadi ilfeel sama aku kan? Ya tuhan semoga ia tidak mendengarnya.
"Pak Maximillan! Mau apa anda kemari. Anda sangat tidak sopan datang ke rumah wanita malam malam begini. Meskipun anda beralasan ingin mengembalikan lipstick seperti yang anda katakan, seharusnya dilakukan besok besok saja!" Felix berkata keras, ia tidak menutupi rasa ketidaksukaannya terhadap Max.
Cassia menangkap bahwa Max adalah pribadi yang stabil, karena Max tidak ikut terpancing amarah seperti Felix. Malahan pria itu meresponnya dengan cara tertawa kecil. Tapi Cassia tahu Max sengaja melakukan itu agar Felix makin tersulut emosi.
"Sialan. Jangan tertawa dan pergilah dari sini!" Tidak bisa mengkontrol emosi, Felix mencengkram kerah baju Max.
"Felix stop!" Cassia ingin maju menghentikan, namun tangan besar Max terangkat dan pria itu pun tersenyum kearahnya. Seolah memberi tanda bahwa ia bisa mengatasinya sendiri.
"Ughh!"
Dengan sekali sentakan dari tangan Max, cengkraman Felix dengan mudah lepas dan Felix terjatuh.
Perbedaan postur tubuh antara Max dan Felix sungguh bisa menjelaskan kenapa Max bukanlah lawan yang seimbang dengan Felix. Jika Felix tetap memaksa berduel dengan Max pun, kita sudah tau siapa yang akan babak belur.
"Jangan salah paham pak Felix. Saya hanya tidak ingin kerah baju saya berkerut. Maaf jika tenaga saya terlalu besar saat melepaskannya." ucap Max sopan, namun kita tahu maknanya tidak sesopan nada bicaranya.
Bersambung
ih nusuk juga