NovelToon NovelToon
Dibayar Oleh CEO Kejam

Dibayar Oleh CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:500
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

CERITA UNTUK ***++
Velove, perempuan muda yang memiliki kelainan pada tubuhnya yang dimana dia bisa mengeluarkan ASl. Awalnya dia tidak ingin memberitahu hal ini pada siapapun, tapi ternyata Dimas yang tidak lain adalah atasannya di kantor mengetahuinya.
Atasannya itu memberikan tawaran yang menarik untuk Velove asalkan perempuan itu mau menuruti keinginan Dimas. Velove yang sedang membutuhkan biaya untuk pengobatan sang Ibu di kampung akhirnya menerima penawaran dari sang atasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Dimas lantas beranjak dengan perlahan dari atas kasur agar perempuan yang masih tertidur di sebelahnya itu tidak merasa terganggu. Lelaki itu kemudian keluar dari dalam kamar, lalu menuju dapur untuk membuat kompresan untuk sekretarisnya itu.

Setelah mendapat apa yang dia butuhkan, lelaki itu kembali masuk ke dalam kamar dengan kompresan yang ada di tangannya. Dimas bisa melihat tubuh Velove yang masih dibungkus oleh selimut di atas ranjang.

Lelaki itu mendekat ke arah sang sekretaris, lalu meletakkan tempat air kompresan di atas meja nakas yang ada di sana, setelah itu Dimas memeras kain yang akan dia gunakan untuk mengompres perempuan yang kini masih berbaring di atas kasurnya.

Tangan lelaki itu terulur untuk meletakan kain tadi di atas kening Velove, dengan perlahan Dimas meletakan benda itu di sana.

“Eung?” Perempuan itu bergumam ketika merasakan sesuatu yang dingin di keningnya.

“Suttt, tidur lagi.” Dimas berucap ketika menyadari Velove yang hendak membuka matanya, lelaki itu juga menberikan tepukan ringan pada kepala perempuan itu.

Velove yang memang dasarnya masih mengantuk dan matanya terasa sangat berat untuk terbuka itupun kembali memejamkan matanya, ditambah dengan sebuh tepukan ringan pada kelapanya yang membuat dia merasa nyaman.

Setelah merasa si perempuan sudah kembali tertidur, Dimas beranjak dari sana, membawa langkah kakinya untuk masuk ke dalam kamar mau. Hari ini hari senin, mau bagaimanapun dia harus tetap berangkat ke kantor.

Soal Velove, mungkin Dimas akan membiarkan sekretarisnya itu tidak masuk kerja hari ini, nanti lelaki itu akan berbicara pada Candra soal kondisi perempuan itu saat ini agar Velove diperbolehkan untuk tidak masuk hari ini.

Setelah selesai dengan urusannya di dalam kamar mandi, lelaki itu langsung keluar dalam sana. Dimas membawa langkah kakinya mendekat ke arah lemari untuk mengambil pakaiannya seraya melirik ke arah Velove yang tampak masih tertidur di atas kasur.

Dimas mempersiapkan semua kebutuhannya sendirian pagi ini, begitu selesai dengan persiapannya di dalam kamar, lelaki itu mendekat ke arah ranjang, lebih tepatnya ke arah sang sekretaris yang masih tertidur di atas sana.

Tangan lelaki itu terulur menyentuh pipi halus Velove untuk mengecek suhu tubuh perempuan itu, Dimas menghela napasnya lega saat merasakan suhu tubuh Velove mulai menurun dari pada yang sebelumnya.

Dimas sengaja tidak mematikan lampu kamar dan juga tidak membuka gorden yang ada di dalam kamar itu agar si perempuan tidak merasa terganggu dalam tidurnya.

Lalu kemudian Dimas menjauh dari sana, membawa langkah kakinya untuk keluar dari dalam kamar. Karena pagi ini sang sekretaris tidak bisa membuatkan sarapan untuknya, maka dari itu Dimas harus melakukannya dengan sendiri.

Selesai dengan kegiatan sarapannya, Dimas memutuskan untuk langsung berangkat ke kantor, begitu dirinya sedang berjalan di lorong apartemen menuju ke lift, dia menyempatkan diri untuk menyalakan ponsel miliknya.

Lelaki itu mengetikan sebuah pesan untuk dirinya kirimkan pada nomor Velove agar ketika perempuan itu bagun nanti, Velove tidak akan kebingungan.

“Saya udah berangkat ke kantor, saya sengaja nggak bangunin kamu karena kamu demam. Hari ini kamu nggak usah pergi ke kantor, nanti saya yang akan meminta izin agar kamu tidak masuk hari ini pada Pak Candra.”

Itu lah isi pesan yang Dimas kirimkan pada nomor sang sekretaris. Begitu sampai di kantor nanti, Dimas akan berbicara pada Candra selaku HRD di sana, meskipun posisi dia masih yang tertinggi, tapi tetap saja jika soal kehadiran karyawan semuanya harus dilaporkan pada Candra.

Untungnya saja hari ini Dimas tidak banyak memiliki jadwal di luar kantor, dia hanya mempunyai satu janji makan siang bersama dengan kolega bisnis, dimana dia masih bisa menanganinya dengan sendiri tanpa bantuan sang sekretaris, lalu sisanya dia akan bekerja di dalam kantor.

***

Sedangkan di tempat lain, Velove mulai terbangun dari tidurnya karena merasa tidak nyaman karena dirinya sedang datang bulan dan harus segera membersihkan diri di kamar mandi.

Perempuan itu mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadaran sepenuhnya, Velove merasakan ada sesuatu yang menempel pada keningnya, tangan perempuan itu kemudian terulur untuk mengambil benda yang ada di keningnya.

Ternyata itu sebuah kain yang masih basah, lalu perempuan itu berusaha untuk mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Tadi dia memang sempat merasa kalau Dimas ada di sebelahnya dan meletakan kain basah itu di keningnya, tapi Velove kira itu hanya sebatas mimpinya saja.

Perempuan itu kemudian beranjak dari dalam kasur, melirik ke arah pintu kamar mandi yang ada di dalam kamar itu dengan keadaan terbuka, itu berarti tidak ada orang di dalam kamar mandi itu. Lantas Dimas ada dimana? Apa lelaki itu sudah pergi ke dapur terlebih dulu? Tapi kenapa atasannya itu tidak membangunkan dirinya?

Dengan kepala yang terasa berat, Velove mencoba untuk beranjak dari atas kasur, lalu membawa langkah kakinya untuk masuk ke dalam kamar mandi, dia harus segera membersihkan diri agar tidak kesiangan datang ke kantor.

Setelah dari dalam kamar mandi, Velove segera memakai pakaiannya. Perempuan itu belum berdandan tapi memilih untuk keluar dari dalam kamar untuk menghampiri Dimas yang ada di dapur.

Tapi begitu dirinya sampai di sana, Velove tidak menemukan sosok lelaki itu. “Pak Dimas?” Perempuan itu memanggil dengan suara yang cukup keras.

“Pak?” Velove kembali bersuara ketika dirinya tidak mendapatkan respon apapun di dalam unit apartemen itu.

Lantas perempuan itu berjalan ke ruang tengah dimana sofa berada, berharap jika Dimas ada di sana. Tapi, ternyata lelaki itu juag tidak ada di sana.

Velove melirik ke arah jam dinding yang ada di dalam ruang tengah itu, mata dia langsung membelalak lebar ketika mendapati jarum jam yang menunjukan ke angka sebelas. “Hah?!” Dia menatap tidak percaya pada jam yang ada di dinding itu. “Udah jam sebelas?!”

“Kenapa Pak Dimas nggak bangunin aku? Dia berangkat sendiri jadinya?” Tanya Velove pada dirinya sendiri, karena memang di sana hanya ada dirinya seorang.

Dengan langkah cepat perempuan itu masuk ke dalam kamar untuk mencari ponselnya, dia harus menghubungi atasannya itu dan menanyakan kenapa Dimas tidak membangunkannya untuk berangkat ke kantor.

Begitu ponsel miliknya itu dia temukan, Velove langsung menyalakan benda pipih tersebut, begitu ponsel itu menyala, Velove bisa melihat sebuah notifikasi pesan yang dikirim oleh Dimas.

Perempuan itu lantas segera membuka pesan tersebut dan membacanya. “Saya udah berangkat ke kantor, saya sengaja nggak bangunin kamu karena kamu demam. Hari ini kamu nggak usah pergi ke kantor, nanti saya yang akan meminta izin agar kamu tidak masuk hari ini pada Pak Candra.”

Apa katanya? Jadi lelaki itu sengaja tidak membangunkan dan menyuruhnya untuk pergi ke kantor karena dia sedang Demam? Dan Dimas juga meminta izin pada Pak Candra agar dirinya tidak masuk hari ini?

Ternyata lelaki itu cukup perhatian juga padanya, padahal kalaupun harus pergi bekerja hari ini, rasanya Velove masih kuat-kuat sana, lagipula ini bukan pertama kalinya dia mengalami hal seperti ini.

Tapi karena mengetahui jika Dimas sudah mengizinkannya pada Candra, Velove bisa bernapas lega, setidaknya dia tidak akan terkena hukuman dari kantor. Velove kemudian memutuskan menelpon sang atasan.

Panggilan pertama darinya ternyata langsung dijawab oleh Dimas yang ada di dalam sana. “Halo, Pak.”

“Ya.” Balas lelaki itu dengan singkat.

“Pak Dimas kenapa nggak bangunin saya aja tadi pagi?”

“Kamu pasti sudah tahu kan kalo kamu sakit? Saya nggak mungkin ngebiarin karyawan saya yang lagi sakit pergi kerja.”

“Ah, i—iya. Tapi saya masih sanggup kok kalo semisalnya hari ini berangkat ke kantor.”

“Tidak, kamu istirahat saja di apartemen.”

Apa Velove tidak salah dengar apa yang diucapkan oleh Dimas saat ini?

Padahal dulu lelaki itu tidak peduli bahkan tidak mau tahu tentang kondisi Velove yang sedang sakit, atasannya itu tetap menyuruh Velove mengerjakan pekerjaannya di kantor atau jika perempuan itu sedang benar-benar pergi ke kantor, lelaki itu malah menyuruhnya untuk bekerja dari kostan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!