"Dear hati ...
Mengapa kau begitu buta? Padahal kau tahu dia sudah berkeluarga. Mengapa masih menaruh harapan besar kepadanya?"
Hati tak bisa memilih, pada siapa ia akan berlabuh.
Harapan untuk mencintai pria yang juga bisa membalas cintanya harus pupus begitu ia mengetahui pria itu telah berkeluarga.
Hatinya tak lagi bisa berpaling, tak bisa dialihkan. Cintanya telah bercokol terlalu dalam.
Haruskah ia merelakan cinta terlarang itu atau justru memperjuangkan, namun sebagai orang ketiga?
~Secretly Loving You~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 22 - Meleyot
Seusai insiden kecil itu, suasana di meja kami menjadi canggung. Tidak ada lagi acara ramah tamah dan usaha saling mengenal. Mereka bergabung dengan timnya masing-masing. Berpura-pura fokus pada materi yang disampaikan presentator. Aku yakin, di benak mereka telah timbul berbagai macam spekulasi.
Aku mengalihkan pandang pada sosok di sampingku. Tersangka yang menyebabkan suasana canggung ini. Pria itu menatap layar tanpa ekspresi. Acuh tak acuh. Tak tampak pancaran rasa bersalah. Seolah-olah perkataannya barusan tidak memiliki dampak apa-apa.
Dipikir seperti apapun, aku masih tidak bisa menebak tujuan dan alasan beliau melakukannya. Sikapnya yang seperti itu sangat tidak wajar. Ini tidak seperti Pak Armand. Sebenarnya, apa tujuannya? Sekedar spontanitas atau memang ada maksud lain?
Rasa penasaran ini tak bisa kubendung lagi. Kuraih ponsel dan mengetik hal yang ingin kutanyakan. Pesan terkirim. Ponsel Pak Armand yang tergeletak di atas meja bergetar. Menandakan ada pesan masuk. Pesanku bisa terbaca tanpa membuka lock. Kulihat Pak Armand hanya melirik sekilas. Kemudian tatapannya kembali pada materi dilayar. Dia mengabaikan pesanku!
Ah, gemas sekali rasanya. Padahal dia bisa membalas, tapi kenapa diabaikan? Masih dipenuhi rasa penasaran, aku mengambil kertas dan menulis pesan di sana.
Kenapa Bapak tadi bicara seperti itu? Perkataan Bapak bisa menimbulkan rumor yang akan berdampak pada pekerjaan kita.
Selesai menulis, aku menyodorkan kertas itu. Lagi-lagi dia hanya melirik. Dari gelagatnya, sepertinya dia akan mengabaikan pesanku lagi. Tapi beberapa detik kemudian, dia berubah pikiran. Dia mengambil pena dan menulis sesuatu. Aku menunggu dengan tak sabar.
Tak berselang lama, Pak Armand kembali menyodorkan kertas itu tanpa melihatku. Tatapannya kembali tertuju pada presentator dan materi di layar.
Ekspektasiku terlalu tinggi. Kupikir Pak Armand akan menjelaskan panjang lebar alasannya berkata seperti itu, nyatanya di kertas hanya tertulis satu kata.
"FOKUS!!"
Rasanya kesal sekali. Aku berusaha menyanggah dengan cara menatapnya secara terus menerus. Bukannya jawaban yang kudapatkan, melainkan tatapan tegas dan dingin. Tatapan seorang atasan yang tak bisa dibantah. Tatapan mata yang mengatakan untuk fokus melihat layar. Menyimak setiap materi yang diberikan dan abaikan hal-hal tidak penting.
Pak Armand kembali menjadi seorang atasan yang datar dan kaku.
***
Sesi pertama pemberian materi telah selesai. Tepat pukul 12 siang, peserta diberi waktu untuk istirahat makan dan sholat. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Meskipun Pak Armand kembali ke setelan pabrik, aku tidak akan gentar. Aku harus mendapat jawaban.
Begitu kulihat beliau berdiri dan keluar ruang, aku pun turut mengikutinya. Langkah kecilku berusaha mengimbangi langkah panjangnya. Berusaha mensejajarkan langkah.
"Pak, kenapa tadi Bapak berkata seperti itu?" Kami tengah melewati koridor yang di kanan kirinya terdapat ruang kelas. Beberapa kali kami berpapasan dengan kenalan Pak Armand yang mencoba berbasa-basi.
"Perkataan yang mana?" Lagi-lagi wajahnya tanpa ekspresi. Entah dia benar-benar tidak menyadari, atau sebatas pura-pura tak mengerti.
"Perkataan Bapak tadi bisa menimbulkan spekulasi dan rumor. Orang-orang akan menyangka kita ada hubungan ...."
"Gara-gara?"
"Bapak beneran nggak sadar apa pura-pura? Tadi 'kan Bapak bilang, tangannya kebas gara-gara menahan kepala saya sepanjang malam. Orang yang mendengar pasti akan berpikir kalau kita menghabiskan malam bersama sepanjang malam ...."
"Kenyataannya seperti itu 'kan." Pak Armand menjawab dengan santai. Nada suara rendah, dengan ekspresi yang tetap datar. Aku jadi gemas sendiri!
"Maksudku, mereka akan berpikir kita tidur bersama ...."
"Memang tidur bersama 'kan?"
Arrrghhh, aku sudah tidak tahan lagi. Bagaimana membuat manusia satu ini memahami perkataanku sih?! Rasanya aku ingin menghentak-hentakkan kaki.
"Bapak pasti tahu maksud saya. Kita hanya tidur di tempat yang sama, tempat terbuka juga. Tapi orang lain akan berpikir kita itu ...."
"Auuuwww! Sakit Pak." Aku menggosok-gosok kening yang baru saja disentil Pak Armand. Aku hanya bisa meringis dan melotot saja. Ingin membalas tapi tidak ada keberanian.
"Fokus pada tujuan. Apa tujuanmu kesini?" bisiknya tepat di telinga. Tubuh Pak Armand terlalu dekat. Aroma tubuhnya bisa kuhidu dengan jelas. Membuatku sedikit kehilangan konsentrasi.
"Training .... Belajar sistem baru dan materi baru?" jawabku patah-patah. Kulihat ada seulas seringai kecil di sudut bibirnya. Apa Pak Kaku sedang tersenyum?
"Anak pintar. Fokus pada tujuan. Abaikan yang lain," ucap Pak Kaku sembari mengusap-ngusap rambutku. Kemudian dengan santainya dia berlalu pergi. Meninggalkanku yang masih tercengang menatap punggungnya.
Tanpa sadar tanganku terangkat. Memegang rambut sendiri. Bekas usapan tangan Pak Armand masih terasa. Memberiku rasa hangat. Membuat bunga-bunga di dadaku kembali bermekaran. Perasaan yang susah payah dipendam mulai kembali terangkat ke permukaan.
Arrgh!! Dasar pria kaku dan tidak peka!! Pintar sekali membuat hati gadis perawan kembali meleyot!!
***
Happy Reading 😚