"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari
rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku
nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.
membuat Alvin yang sedang melamun
segera terperanjat.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak
Ela!!" hardik pak Rohman.
"Kamu pilih aku dan anak anak yang
keluar apa anak sialanmu ini yang keluar
pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.
Beliau tak pernah berfikir akan
dihadapkan pada situasi se rumit ini.
"Alvin yang akan keluar pak buk"
ucap Alvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 Balapan
Alex memakan nasi bungkus yang
disedialkan oleh Alvin tanpa
berkomentar, baginya selagi makanan
tersebut masih layak untuk dimakan ya
sikat aja.
Sebenarnya tadi Alvin sempat
khawatir, mengingat Alex termasuk orang
kaya, apa iya dia akan mau memakan nasi
bungkus yang dibawanya.
Namun kekhawatiran tak terbukti,
pasalnya Alex segera memakan nasi
bungkus pemberian Alvin, entah karena
hanya ingin menghargai Alvin atau
karena memang lapar.
"Mana orang tuamu vin? Perasaan
sepi banget ni rumah" ucap Alex setelah
menyelesaikan makannya di sore hari itu.
"Aku tinggal sendiri Lex" jawab
Alvin seraya mengambil bungkus nasi
yang kemudian dimasukkan ke dalam
kresek.
Alex sendiri terdiam mendengar
jawaban Alvin, ia sungguh tak
menyangka jika Alvin se mandiri itu.
Prasangka buruk awalnya mengenai
Alvin benar-benar telah lenyap.
"Kamu disini sendirian gpp ya Lex"
pinta Alvin, hari sudah hampir petang,
biasanya jam segini ia sudah hampir
selesai mengangkut sampah, namun kali
ini sedikit terlambat sebab insiden tadi.
"Lah kamu mau kemana?" tanya Alex
yang melihat Alvin beranjak.
"Mau ambil sampah, mungkin isya
baru kembali nanti" jawab Alvin yang sebenarnya juga tak enak meninggalkan
temannya sendirian di rumah, namun apa
daya pekerjaan harus segera di selesaikan,
pikir Alvin.
Alex tampak berfikir beberapa saat.
"Yawes tak tunggu sini aja Vin" ucap
Alex kemudian.
Alvin pun berlalu, menyelesaikan
pekerjaannya yang sedikit tertunda.
Sementara Alex tampak menunggu
Alvin di teras, seraya memandang ke
sekeliling, yang hampir dipenuhi oleh
rosokan setiap sudutnya.
Dering ponsel membuyarkan lamunan
Alex, tampak nama sang mama sebagai
pemanggil, tak butuh waktu lama Alex
pun menerima panggilan, ia pun segera
menjelaskan bahwa dirinya sedang
menginap di kediaman Alvin, sebelum mama Rosa mengomelinya lebih jauh.
Mendengar penjelasan sang anak,
mama Rosa bukannya tenang, tapi malah
terlihat gusar.
"Pulang sini Lex! Jangan bikin repot
keluarganya Alvin!" perintah mama
Rosa di ujung telepon.
"Alvin tinggal sendirian kok ma,
Alex ini malah nemenin Alvin loh.
Mana ada Alex bikin repot" jawab Alex
membela diri, tak terima dirinya dibilang
bikin repot
"Nah itu malah repot Alvinnya,
udah sini pulang kamu!" perintah mama
Rosa kekeuh.
Alex pun terus merayu sang mama.
"Coba sini video call kalau emang
kamu lagi sama Alvin" pinta sang mama
pada akhirnya.
"Alvinnya masih narik sampah ma,
nanti aja ya kalau udah Dateng aku video
call mama" rayu Alex.
Hingga pada akhirnya mama Rosa pun
tak memiliki pilihan lain, selain
mengijinkan sang anak menginap di
rumah Alvin.
Magrib pun tiba, Alex masih
menunggu di teras rumah Alvin sembari
bermain ponsel. Hingga menjelang isya,
tampak sebuah sepeda motor mendelkat
dan berhenti tepat di sebelah motor sport
Alex terparkir.
"Mas, termennya mas Alvin ya" sapa
gadis yang baru turun dari sepeda motor.
"Iya" jawab Alex datar.
"Yang punya motor itu" ucap Dina sambil menunjuk motor sport milik Alex.
Alex pun melirik motornya sebelum
menjawab.
"Iya, kenapa?" jawab Alex dingin.
"Kenalin mas, aku Dina. Adiknya mas
Alvin" ujar Dina seraya menyelipkan anak
rambutnya ke telinga dan mengulurkan
tangannya untuk berkenalan.
Alex tak membalas uluran tangan Dina,
bahkan merespon atas perkenalan diri dari
adik temannya itu pun Alex enggan.
Membuat Dina tersenyum canggung dan
segera menurunkan tangannya yang tak
terbalas.
"Mas Alvin udah lama ya keluar
mas?" tanya Dina basa-basi.
"Iya" jawab Alex singkat.
"Nama mas siapa?" tanya Dina lagi, membuat Alex lama-lama merasa jengah.
"Alex" ucap Alex seraya berharap
bahwa Alvin akan segera pulang.
Melihat Dina yang hendak berbicara
lagi, Alex segera berpura-pura
mengangkat telepon, karena enggan di
ajak berbicara oleh gadis tersebut.
Beruntung, tak lama kemudian,
Alvin telah pulang.
"Ada apa Dina?" tanya Alvin yang
melihat keberadaan Dina di dekat
temannya.
"Mau minta uang!" pinta Dina dengan
ketus, sangat berbeda sikap dengan saat
berbincang dengan Alex.
"Buat apa? Itu kamu bawa sepeda siapa
kesini?" tanya Alvin tak ingin
memberikan uang secara cuma-cuma.
"Sepeda temen. Rafi sakit, ibuk mau
bawa Rafi ke dokter. Bapak hari ini cuma
dapat tarikan dikit, katanya sepi" ujar Dina
membuat Alvin menghela nafas.
Sejujurnya ini bukan pertama kalinya
sang adik meminta uang padanya,
semenjak mengetahui kontrakan Alvin,
Dina kerap mengunjungi Alvin untuk
sekedar minta uang jajan setidaknya 2 kali
dalam seminggu.
"Ya udah, bentar lagi biar aku ke sana.
Biar aku yang nganter Rafi periksa ke
puskesmas sama bapak, nanti aku yang
bayar" ujar Alvin.
"Eh, gak usah mas, biar aku aja yang
ngasih ke ibuk, lagian itu aku bawa motor
kesini, jadi pasti lebih cepet" tolak Dina.
Tak ingin berdebat lebih lama di
depan temannya, Alvin pun mengeluarkan uang 10 ribuan sebanyak 5
lembar.
"Segini cukup kan" ucap Alvin
seraya menyerahkan uang tersebut.
"Yah kurang mas" jawab Dina cemberut.
"Mau periksa kemana emangnya,
biasanya juga ke puskesmas. Itu pun masih
ada sisa kalau periksa ke puskesmas aja"
ujar Alvin.
"Ya udah ya udah, aku tak pergi dulu"
ucap Dina kemudian berlalu.
"Dah mas Alex ganteng" pamitnya
sebelumn benar benar pergi. Membuat Alex
dan Alvin hanya menggeleng.
Alvin pun segera mengambil rosok
dari gerobak sampah dan meletakkannya
bercampur dengan rosok yang sudah ada.
"Kamu tiap hari gini vin" ucap Alex sembari membantu Alvin mengangkat
sak rosoknya.
"Iya Lex, kalau liburan kemarin ambil
sampahnya pagi aja, malemnya jualan es
teh di alun-alun bareng Mingyu" jawab
Alvin apa adanya.
"Gak capek?" tanya Alex.
Sungguh pertanyaan konyol.
"Apa itu capek buat kaum sepertiku
Lex" jawab Alvin seraya tersenyum getir.
"Nih Lex buat camilan, aku tak bersih
bersih bentar, abis ini anterin aku ke
rumah orangtuaku ya" ujar Alvin seraya
menyeralhkan sebungkus kacang
godhok yang dibungkus dengan kertas
membentuk kerucut.
"Ok" jawab Alex.
Usai Alvin membersihkan diri, mereka pun segera berangkat ke rumah
pak Rohman.
Sebelum masuk, tampak Rafi sedang
memainkan mainannya di lantai.
"Assalamualaikum" ucap Alvin
sebelumn masuk ke dalam rumah.
"Ngapain kesini?" tanya Bu Elanor.
Sementara pak Rohman juga ikut
keluar seraya menjawab salam Alvin.
"Alvin cuma mau lihat kondisi Rafi
buk" jawab Alvin serta menyalami pak
Rohman dan Bu Elanor.
"Emang kenapa kondisi Rafi, dia baik-
baik saja" ucap Bu Elanor ketus.
"Loh, bukannya Rafi sakit ya buk?"
tanya Bintang menyelesaikan pernyataan
Dina saat kerumahnya tadi.
"Enak aja, anak sehat sehat gini kok di
bilang sakit, kamu doain Rafi sakit. Iya!!?"
teriak Bu Elanor emosi.
"Siapa yang bilang Rafi sakit?" kali ini
pak Rohman ikut angkat bicara setelah
sejak tadi hanya berdiam diri.
"Tadi Dina ke rumah, katanya Rafi sakit,
dia minta uang buat bawa Rafi ke dokter,
makanya Alvin pingin liat Rafi" jawab
Alvin.
Bukannya geram dengan Dina, Bu Elanor
malah makin murka pada Alvin, di
ambilnya sapu yang ada di sudut rumah,
dipuklkannya gagang sapu tersebut pada
tubuh Alvin.
"Setelah doain Rafi sakit, sekarang
kamu malah memfitnah Dina!! Dasar anak
gak tau terima kasih, udah dipungut,
dibesarkan, malah kayak gini balesan
kamu hah" ujar Bu Elanor sembari terus memukuli Alvin.
Pak Rohman yang kasihan pada
Alvin sudah mencoba melerai Bu Elanor
sejak tadi, namun tak di indahkan.
"Sudah cukup buk!" teriak pak
Rohman yang hanya dianggap angin lalu.
Sementara Alvin terus berusaha
menghindar hingga keluar rumah.
Alex yang sejak tadi hanya melihat
pun merasa kasihan, ia pun mendekat ke
arah Alvin.
"Saya tadi juga melihat dan
mendengar jika Dina meminta uang dengan
mengatakan adiknya sedang sakit, jadi
tolong berhenti memukuli Alvin
demikian" ujar Alex membuat Bu Elanor
menghentikan pukulannya.
Namun bukannya meminta maaf, Bu Elanor malah makin murka dan menuduh
Alvin dan Alex telah sekongkol untuk
memfitnah Dina.
Membuat Alex tak terima, namun
memilih untuk segera menarik lengan
Alvin dan membawanya pergi.
Tak ada sepatah kata pun saat di
perjalanan, Alex juga tak membawa
Alvin pulang ke rumah, membuat
Alvin heran, namun memilih diam.
Hingga tibalah mereka disebuah jalan
raya, yang biasanya sepi saat siang hari,
dan terlihat amat ramai malam ini.
"Ini kita mau ngapain disini Lex" tanya
Alvin.
"Mau balapan" jawab Alex enteng.
"Hah? Seriusan kamu?" tanya Alvin.
"Iya lah, udah kamu lihat aja, kalau
menang nanti aku kasih bagian" ujar Alex
membuat Alvin menggeleng tak setuju.
"Atau kamu mau coba turun?" tawar
Alex.
"Turun?" tanya Alvin mengulangi.
"Turun balapan, pakai motor ini"
jawab Alex seraya menepuk tangki bensin
motornya.
"Naik sepeda motor aja aku belum
bisa" jawab Alvin seraya menggeleng.