NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

"Izinkan aku menikah dengan Zian Demi anak ini." Talita mengusap perutnya yang masih rata, yang tersembunyi di balik baju ketat. "Ini yang aku maksud kerja sama itu. Yumna."



"Jadi ini ceritanya, pelakor sedang minta izin pada istri sah untuk mengambil suaminya," sarkas Yumna dengan nada pedas. Jangan lupakan tatapan tajamnya, yang sudah tak bisa diumpamakan dengan benda yang paling tajam sekali pun. "Sekalipun kau benar hamil anak Zian, PD amat akan mendapatkan izinku."


"Karena aku tau, kau tak akan membahayakan posisi Zian di perusahaan." Talita menampakkan senyum penuh percaya diri.


"Jika aku bicara, bahwa kau dan Zian sebenarnya adalah suami istri. Habis kalian." Talita memberikan ancaman yang sepertinya tak main-main.


Yumna tersenyum sinis.
"Jadi, aku sedang diancam?"


"Oh tidak. Aku justru sedang memberikan penawaran yang seimbang." Talita menampilkan senyum menang,
Dan itu terlihat sangat menyebalkan.


Yumna menatap dalam. Tampak sedang mempertimbangkan suatu hal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

"Kenapa sad ending?"

"Sad ending?" Azaira sesaat melayangkan pandangan ke luar kafe, tepatnya pada hamparan hijau rumput sintetis yang menjuntai di dinding luar, juga pada titik-titik air yang jatuh di antara rumput hijau itu.

"Itu happy ending," ujarnya sambil tersenyum.

"Happy ending?" Kini giliran Kinara yang melayangkan tatapannya ke luar. Mungkin ke arah objek yang sama dengan arah pandang Aira barusan. Jawaban yang didapat Aira mungkin didapatkan dari sana. Dari rintik hujan buatan di atas hamparan rumput hijau yang sedang perhatikan.

Karena sudah jelas alur cerita yang dikisahkan Aira tentang buku yang akan diterbitkan itu sad ending. Tapi, gadis ayu itu malah menyatakan kebalikannya.

Jadi ceritanya, hari ini Aira dan Kinara bertemu di sebuah kafe untuk membahas progres penerbitan novel.

"Mungkin sad ending untuk para pembaca. Tapi, itu happy ending untuk semua tokoh di sana." Aira menguraikan maksud ucapannya seraya tersenyum.

"Menarik." Satu penilaian singkat terucap dari Kinara. Meski sudah menangkap maksudnya yang tersirat, ia tetap merasa harus mendapat pemahaman yang akurat.

"Gimana, gimana?"

Kinara bahkan sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Aira yang duduk di depannya. Dalam jarak satu meja, dan dua gelas minuman di atasnya.

"Happy ending bukan berarti mc cowok dan cewek harus hidup bersama. Terlihat bahagia tapi sebenarnya bawa beban, karena ada hal yang belum selesai. Lebih baik saling melepaskan dengan rela, tanpa beban. Itu sebentuk kebahagiaan tak ternilai. Happy itu letaknya dalam hati, pada perasaan. Bukan kebersamaan, tapi terasa hambar."

Kinara tersenyum dengan uraian Aira. Sebuah pemikiran yang berbeda, namun, ia suka. Tapi, tetap ada garis besar tentang alur cerita yang harus ia sampaikan. "Konsep happy ending menurut pembaca pasti bukan itu."

Menurut Kinara--dari sisi seorang editor--boleh saja setiap individu memiliki konsep bahagia sesuai standar masing-masing. Tapi, ketika sebuah pemikiran dicetuskan ke ranah publik, dilihat dan dibaca secara umum dalam sebentuk naskah atau buku yang dipasarkan, maka penting untuk memperhatikan selera pasar. Hal apa yang menjadi minat para pembaca secara garis besar.

Sementara ini para penikmat cerita dalam sebentuk novel, baik yang dipasarkan secara online maupun offline, mayoritas memilih bacaan yang berakhir bahagia atau happy ending. Dan lebih sedikit yang menyukai alur kisah yang berakhir sedih, atau sad ending.

"Iya, benar. Di pf juga bila aku nulis kisah yang sad ending, sebagian pembacaku pasti ngasih komentar pedas, ada juga yang sampai menghujat." Aira tersenyum saat berkata demikian dengan tatapan sedikit menerawang. Mengingat kembali beberapa komentar tak mengenakkan yang sempat didapatkan.

"Tapi di kisah ini, aku ingin menulis sesuai dengan suara hatiku sendiri. Hal-hal apa yang ingin kusampaikan, dan pelajaran apa yang ingin kubagikan. Mungkin kisah Aldara-Rayn tak akan banyak meraup pembaca karena alurnya yang sad ending. Tapi, aku tetap memiliki kepuasan tersendiri dengan sudah menyampaikan yang sesuai dengan apa yang kurasakan."

Aldara dan Rayn adalah nama tokoh dalam novel yang sedang digarap Aira untuk diterbitkan.

"Jadi, tetap dengan sad ending?"

"Tetap," jawab Aira tegas.

Di penerbitan Elang Pustaka, Kinara tak hanya berperan sebagai editor Akuisisi, yang bertugas mencari, menyeleksi, dan memutuskan naskah apa yang akan diterbitkan. Tapi, dia juga sebagai editor naskah yang fokus pada isi dan struktur tulisan. Juga membenahi alur, ide, logika, konsistensi, dan gaya bahasa. Kadang juga memberi saran besar seperti memangkas bab, memperdalam tema, atau memangkas bagian yang dianggap tidak relevan.

Sebagai pribadi, Kinara suka dengan ide cerita dan alur yang dibawa Aira dalam kisah berjudul ISTRI KEDUA SAHABATKU itu. Namun, sebagai editor dengan tugas yang sudah disebutkan di atas, ia perlu mengoreksi dan menyampaikan saran untuk sebuah tulisan yang bernilai dan disukai banyak pembaca.

Akan tetapi setelah melihat alasan kuat sang penulis pada kisah yang alurnya sad ending itu secara garis besar, Kinara pun merasa pilihan Aira sudah benar.

"Baiklah, aku setuju," putus wanita berhijab cantik itu kemudian.

"Alhamdulillah. Terima kasih ya." Aira sampai meraih tangan Kinara sebagai luapan rasa senang.

"Jadi kira-kira kapan kisah Aldara-Rayn ini akan selesai kamu tulis?"

"Insyaallah dua minggu dari sekarang, bagaimana?"

"Sepuluh hari, bisa?"

"Mmm." Gumaman Aira disertai berpikir, dan menimbang-nimbang sebelum memberi jawaban. "Baiklah, insyaallah."

"Kita sepakat?"

"Iya."

Kesepakatan yang ditandai dengan meraih minuman masing-masing dan menyesapnya perlahan.

"Aldara dan Rayn ini mengingatkan aku pada kamu dan adek," kata Kinara sejurus kemudian.

"Adek?"

"Maksudku Zian," ralat kinara.

Aira jadi menatap Kinara lekat. "Kamu kakaknya Zian?"

"Kakak ipar. Suamiku, abangnya Zian."

"Ooh." Aira mengangguk, dan sepintas kemudian nampak seakan mendung menyebar di wajah ayu-nya.

Kinara yang paham maksud perubahan wajah Aira segera berkata, "kamu tenang saja. Apa pun keputusanku tentang novel kamu, tidak ada kaitannya sama sekali dengan hubungan kekerabatanku dan Zian."

"Zian memang merekomendasikan novelmu. Tapi, kalau bukan karena aku menilai adanya potensi dalam tulisanmu, aku gak akan setuju untuk menerbitkannya. Suamiku saja gak bisa mempengaruhiku dalam pekerjaanku, apalagi Zian," tambah Kinara dengan penuh penegasan. Ia paham, kalau Aira ingin karyanya diterbitkan karena kualitasnya, bukan karena adanya koneksi dengan orang-orang yang berpengaruh di dalamnya.

"Terima kasih, Kinara. Sekali lagi terima kasih."

"Santai saja." Kinara menepuk punggung tangan Aira sambil tersenyum.

"Aku setuju dengan alur sad ending kisah Aldara dan Rayn ini. kita namai saja demikian, meski kamu bilang ini sebenarnya happy ending dan aku setuju dengan pendapatmu itu. Tapi aku ingin kamu menyerahkan beberapa paragraf bab akhir padaku." Kinara kembali bicara secara profesional.

"Bab akhir?" Aira langsung merasa kepalanya berdenyut. Pasalnya yang ia tulis saat ini baru sampai di bab 35. Sedangkan target selesai pada bab 50-an.

"Kamu bisa menentukan alurnya dari awal, Aira. Maka kamu bisa menentukan scene bab akhir itu sekarang."

Aira mengangguk, setuju dengan ucapan Kinara. Scene bab akhir itu bukan tak pernah terlintas di kepalanya. Bahkan, gadis itu terkadang tak dapat membendung jatuhnya air mata, saat merangkai scene bab akhir itu dalam otaknya.

Akan tetapi menurut Aira, feel dari cerita itu baru akan sangat terasa ketika dilalui step by step dari setiap bab-nya. Bukan yang langsung melompat beberapa anak tangga seperti keinginan Kinara.

Kinara sendiri sebagai seorang editor tentu juga sangat paham tentang hal itu. Akan tetapi ia suka membuat tantangan pada penulis yang terpilih untuk semakin melihat kredibilitas mereka dalam berkarya.

"Sekarang?"

Aira tak mungkin menolak tantangan dari editornya.

"Kalau kamu masih butuh semedi, besok juga gak papa," ucap Kinara sambil senyum.

"Sekarang insyaallah bisa."

"Itu lebih bagus. Sementara kamu nulis, aku mau telphon suamiku dulu ya," pamit Kinara seraya meraih ponselnya yang sedari awal tergeletak di atas meja.

"Silakan!"

Kinara segera bangkit, dan melangkah keluar kafe untuk sepenuhnya memberi waktu pada Aira menulis di aplikasi Writerp yang ada di ponselnya.

1
Ria Diana Santi
Mengapa begini? Kirain lah lah...
Ria Diana Santi
Anakku ikut ambil peran juga ternyata
Ria Diana Santi
Ihhh buntut banget ini mah penampakan begitu...
Ria Diana Santi
Ngakak parah ihhh dasar Yumna. Kak Nofi banget ini mah
Ria Diana Santi
Ca ilehhh ini mah kak Ay banget dialognya... menurut ku sih
Ria Diana Santi
Cie perhatian banget si Aga ini... so sweet
Ria Diana Santi
Ca ilehhh kembang kempis tuh kumisnya Zian yang asli...
Ayuwidia
Aku baca ini sambil rebutan hp sama Ryu 😆

Aku kasih vote biar calonnya Zian tambah semangat
Najwa Aini: Makasih Votenya ya..buat bekal ngetik nih..uto up besok.

Ryu pliss deh..ngertiin kita yang udah tua2 ini...
total 1 replies
Ayuwidia
Nah lho, nggak bisa disangkal. Buruan halalin Kak Aira, Bang
Najwa Aini: Belum siap mahar.
Masa mau pakai mahar slang damkar juga
total 1 replies
Ayuwidia
Ahayyyyy, Kak Aira langsung nggak bisa ber word-word. Mukanya juga merah seperti kepiting rebus
Najwa Aini: Gak ada lagi narasi setelah itu kannn..
kenapa dibikin sendiri.
Aku sengaja di bagian itu selesai gitu aja..
Biar kalian rusuh. eh ini anak rusuh duluan
total 1 replies
Ayuwidia
Butuh hati buat bersandar
Najwa Aini: Uwuhhh tau banget si Dira.
punya kemampuan jadi cenayang nih
total 1 replies
Ayuwidia
Pujian dari lubuk hati terdalam, ahay. Memuja dalam senyap
Najwa Aini: Senyap itu tanda kasih sayang lbh besar..kataku ke Zian.

Dia bilang...
cakepp..
ambigu kannn
total 1 replies
Ayuwidia
Betul, sependapat
Ayuwidia
Nah lho, ajak ketiganya juga halal
Najwa Aini: Pasti seru kalau pendampingnya 3 orang sekaligus
total 1 replies
Ayuwidia
Tunangan Di memang gitu. Gampang ngambek. Kaya' bocah yang nggak dikasih permen sama emaknya
Najwa Aini: Dia juga cembokur ma Zian yg asli..
😁😁
total 1 replies
Ayuwidia
Woah, berapa mantan lu, Bang?
Najwa Aini: Kalau menurut cerita di kutunggu jandamu, mantannya 4..
Selaku itu memang dia
total 1 replies
Ayuwidia
Kamu mang harus giat bekerja, Bang. Demi memanjakan istri dan anak2. Hahay
Ayuwidia: pftttttt
total 4 replies
Ayuwidia
Barakallah fii umrik, Diandra
Ayuwidia: sama2
total 2 replies
Ayuwidia
apa tuch yang bikin seneng?
Najwa Aini: Makan bareng
total 1 replies
Ayuwidia
Jangan-jangan yg dijodohkan sama Zian adalah Aira. Kalau benar bakal so sweet banget
Ayuwidia: Hiyaaaaaa
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!