Kamu punya pengalaman unik bersama pasangan yang dingin? Katanya, bisa mengakibatkan pilek setiap hari, loh.
Duh, kalau hidung yang pilek boleh lah minum obat, tapi, kalau hati yang terus merasa terabaikan bagaimana?
Yuk, simak kisah Jedar (Jeje dan Darren) dalam menjalani kisah cintanya yang begitu menggemaskan.
Jika suka jangan lupa untuk like dan komen di setiap bab, saranghaeyo 💙
Jangan lupa untuk rate Bintang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Masih Memikirkannya?
Jeje menatap cincin yang sekarang sudah melingkar di jari manisnya dan setelah itu Jeje bertanya, "Jeje harus menunggu sampai kapan, Ayah?"
Dan semua tertawa, lalu, Viona menggodanya.
"Sudah tidak sabar, ya, Je?"
Jeje pun menjadi malu.
Tetapi, Darren membenarkan pertanyaan Jeje karena bagi keduanya harus tau sampai kapan menunggu.
Pak Somat pun menjawab sampai Jeje lulus kuliah.
"Bukannya kamu ingin menjadi guru TK?" tanya Pak Somat dan Jeje mengangguk.
Lalu, Pak Somat pun mengusap punggung putrinya.
"Bu, anak kita sudah dewasa, dia sudah dilamar oleh kekasihnya," kata Pak Somat dalam hati.
****
Beberapa hari berlalu, sekarang, Pak Somat sedang mengajak Sarah ke makam almarhumah istrinya.
Dan Sarah mengatakan kalau dirinya sedikit ragu.
Pak RT pun menanyakan alasannya.
Sarah yang sudah berjanji dengan Rossi untuk tidak mengatakan apapun tentang hubungannya dengan Darren pun hanya bisa diam.
Dan Sarah akan merasa sangat jahat jika harus menjadi mertua dari pria yang dicintai anaknya, akhirnya, Sarah pun menjadi dilema.
"Pak RT," panggil Sarah yang ikut berjongkok di samping Pak RT.
Yang dipanggil pun menoleh, "Iya, ada apa?"
"Sebaiknya, kita tidak buru-buru menikah, kita harus saling mengenal lebih dulu," ujar Sarah.
"Kita pacaran dulu, begitu?" tanya Pak RT dan seketika kaki Pak RT harus digigit semut merah.
Mungkin semut itu utusan almarhumah istrinya yang baru saja mendengar percakapan keduanya.
Pak RT pun menatap batu nisan almarhumah dan Pak RT sadar kalau tidak seharusnya seperti itu.
"Maaf, Bu Sarah. Sebaiknya kita bicarakan di tempat lain. Saya membawa Bu Sarah kemari hanya untuk menjenguknya, mari," kata Pak Somat dan Pak Somat pun pamit pada Almarhumah istrinya.
Dan selama berjalan keluar dari makam, Pak Somat merasa kalau berpacaran itu tidak cocok untuknya, lebih lagi Pak Somat adalah Pak RT.
Pak Somat harus memberikan contoh yang baik bagi warganya.
Lalu, Pak Somat pun menanyakan apa yang membuat Sarah ragu, tetapi, Sarah masih seperti tadi, beralasan ingin saling mengenal lebih dulu.
****
Di tempat lain, Rossi yang berpakaian olahraga itu sedang duduk dengan kaki yang diluruskan, ia membuka botol minumnya.
Ia masih ingat betul dengan tatapan Darren waktu lalu saat Rossi mengantarkan ayam guling dan Rossi ingin menanyakannya.
Rossi yang terdiam itu mengambil ponselnya di tas, Rossi pun terdiam.
"Kalau ku tanyakan lewat pesan, Darren tidak akan menjawab," gumamnya dalam hati.
Setelah itu, Rossi pun bergegas, ia memakai jaketnya dan segera pergi dari salon.
Tidak lupa Rossi pamit pada para membernya.
****
Di rumah Darren.
Darren sedang bersiap, ia ingin mengajak Jeje menemui Husna di Bali.
Dan Jeje yang sudah mendapatkan ijin dari Ayahnya itu sudah berada di rumah Darren.
"Kamu pernah naik pesawat?" tanya Darren yang sedang memakai sepatunya dan Jeje menjawab dengan menggeleng.
Setelah itu, Darren pun bangun dari duduk, ia mengajak Jeje untuk segera berangkat.
Darren membuka pintu dan di depan pintu itu sudah ada Rossi. Rossi tersenyum pada Darren dan ia tidak menyangka kalau ada Rossi di sana.
"Kalian, mau kemana?" tanya Rossi dan Darren menjawab kalau akan ke Bali.
"Berdua?" tanya Rossi dan Darren pun mengiyakan.
"Ada apa?" tanya Darren dan mereka masih berdiri di pintu utama.
"Tidak ada, aku hanya kebetulan lewat saja," kata Rossi.
"Maaf sudah mengganggu, aku pergi," kata Rossi yang kemudian berbalik badan.
Darren menarik nafas dan dirinya sangat menyayangkan sikap Rossi.
Lalu, Darren meminta pada Jeje untuk menunggu di tempatnya berdiri.
Darren pun menyusul Rossi dan Rossi yang sedang berjalan ke arah mobilnya berada itu segera menghapus air matanya.
"Kenapa kamu seperti ini, Ross?" tanya Darren seraya menatapnya.
"Kenapa, kita berteman, memangnya aku tidak boleh ke rumahmu lagi?" tanya Rossi.
Darren menatapnya, sudah belasan tahun ia mengenalnya dan saat ini Darren tau kalau Rossi sedang bersedih.
"Ross, ini sudah pilihan kamu, kamu yang putuskan pergi, tolong jangan seperti ini, kamu membuatku merasakan jahat, Ross," kata Darren dan Rossi semakin tak kuasa menahan air matanya.
Saat ini, Rossi ingin menyenderkan kepalanya di dada pria itu, pria yang ada di depannya, tetapi, Rossi sadar diri kalau sekarang ada perasaan yang harus dijaga yaitu perasaan Jeje.
Rossi mengangguk dan setelah itu pergi meninggalkan Darren.
Rossi yang ingin berkeluh kesah dan dia teringat dengan Justin. Rossi pun menghubunginya dan Justin yang sedang bersama Tita itu menerima.
Dan Justin mendengar suara tangis dirinya.
"Ross, apakah ini masalah Darren lagi?" tanyanya dan Rossi yang sedang menangis sesenggukan itu tak mampu menjawab.
Setelah itu, Rossi pun memutuskan sambungan telepon.
Dan Justin menatap layar ponselnya, ia pun menghubunginya dan menanyakan keberadaannya.
****
Sementara itu, di mobil, Darren dan Jeje saling diam. Dalam hati, Jeje sangat ingin mengajaknya bicara, tetapi, Jeje menahannya karena Darren yang sedari tadi diam.
Entah apa yang dipikirkan olehnya, tetapi, Darren selalu seperti itu setelah bertemu dengan Rossi.
Untuk mencairkan suasana, Jeje pun bertanya, ia menanyakan siapa Husna dan Darren menjawab kalau Husna adalah ibunya.
"Kalau begitu, nanti, kamu juga harus menjenguk Ibuku, kita sampaikan niat baik kita yang akan menikah," kata Jeje dan Darren pun mengiyakan.
"Masih lama, Je." Darren menjawab dengan memejamkan mata.
"Kamu terlihat tidak semangat, apa karena kamu tidak inginkan pernikahan kita?" tanya Jeje seraya menatapnya.
"Bukan itu, biarkan aku seperti, sebentar saja," kata Darren dan Jeje pun kemudian menyenderkan punggungnya ke bangku.
Ia berpikir kalau Darren sedang memikirkan Rossi.
Dan Jeje tidak ingin ada keraguan diantara keduanya, ia meminta pada sopir untuk berhenti dan sopir pun menepikan mobilnya.
Darren segera membuka mata dan bertanya pada Jeje. Tetapi, Jeje tidak menghiraukan pertanyaannya.
Dan Karena tidak ada jawaban, Darren pun menyusulnya.
"Je!" seru Darren dan Jeje yang berjalan cepat itu sama sekali tak menoleh.
"Astaga, anak itu, kenapa lagi dia?" tanya Darren pada dirinya sendiri.
Darren merasa frustasi, ia yang sedang sebal dengan Rossi harus ditambah keruwetannya dengan sikap Jeje yang tiba-tiba saja keluar dan berlari.
Lalu, Darren berteriak memanggil Jeje saat Darren melihat ada sebuah motor hampir menyerempetnya.
"Je!" Kemudian, Darren pun berlari ke arahnya. Ia memeluk Jeje yang terlihat sangat syok.
"Kamu tidak apa?" tanya Darren dan Jeje mengangguk.
Setelah itu, Darren membujuk Jeje untuk kembali ke mobilnya dan Jeje mengiyakan, tetapi, Jeje tidak ingin terbang, ia akan pergi bersama Darren setelah hatinya benar-benar hanya miliknya.
Itulah yang Jeje ucapkan.
Darren pun meminta maaf padanya.
"Mas, kamu tau, aku akan selalu memaafkanmu," jawab Jeje seraya menatap Darren yang ada di sampingnya.
"Astaga, sebesar itu dia mencintaiku," kata Darren dalam hati.
Lalu, sebesar apa cinta Darren pada Jeje?
Bersambung..
Ilihhh aki" menganggu aja .. orang yg mau merasakan gejolak yg selama setahun lebih ngk dirasakan....
sabar. derren tuh Jeje udah kasih kode bt nanti malamm pasti di servis dg Baik dahh😂😂😂😂
lahhh udah tamat .... blm puas sihh episode derren Jeje tp ... ok lahhh..semangat berkarya Othorrrr....❤️❤️❤️❤️