Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Sayang, mana pakaian ku." Haikal berjalan mendekati Aura yang berdiri membelakanginya disisi ranjang.
"I-ini, Mas."
Aura menyodorkan tangannya kebelakang, tanpa mau menatap Haikal.
Alis Haikal terangkat sebelah melihat tingkah Aura, namun sedetik kemudian senyum jahil terbentuk diwajahnya.
"Kenapa kamu tidak mau menatap ku, hm.." Haikal meraih pakainya dari tangan Aura membuat gadis itu bernapas lega.
Aura tak menyangka akan terjebak dalam situasi seperti ini, ia pikir Haikal tak akan menunjukan dada bidangnya dan otot perutnya yang kencang. Yaa meskipun hanya sekilas melihat tapi otak Aura cukup bagus untuk mengingat.
'Ampun deh... kenapa jantung ku begini, padahal dulu dengan Mario tak segugup ini.' batin Aura sambil memejamkan matanya.
"Sayang,"
"Pakai baju dulu, Mas." Balasnya yang masih betah membelakangi.
"Sudah, coba berbalik." Balas Haikal.
Aura membuang napas lega, seolah dirinya baru terbebas dari hutan yang menyesakkan.
Akkkk!
"Mas!" Aura menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya, ia terkejut saat berbalik dan didepan matanya ada tubuh Haikal yang masih polos.
"Kenapa di tutupi si," Ucap Haikal sambil menahan senyum.
"Ihh, kenapa belum pakai baju sih!" Ucap Aura dengan suara kesal.
"Memangnya kenapa? Bukanya itu lebih baik jadi kamu bisa melihatnya dengan puas."
Dibalik tangannya Aura mengumpati Haikal, mulutnya komat-kamit.
"Sudah, buka dulu tangannya." Haikal meraih tangan Aura yang menutupi wajahnya tapi wanita itu mengelak.
"Tidak!" Tolaknya tegas.
"Ya sudah kalau tidak mau," Haikal grusak grusuk seperti sedang melakukan sesuatu di telinga Aura.
Hingga perlahan jemari yang menutupi matanya bergerak untuk mengintip, namun apa yang terjadi justru membuat Aura begitu terkejut.
"Akkhh...Mas!"
Bruk
Tubuh Aura terhempas di atas ranjang, dengan Haikal yang berada di atas tubuhnya.
Bau harum seketika menyusup ke indera penciumannya, Aura menelan ludah saat matanya menatap lurus dada bidang Haikal.
"M-mas," Bibir Aura bergetar, namun sorot matanya tak lepas dari dada bidang nan kencang yang tersuguh di depan matanya.
"Kenapa kamu begitu malu, semua ini akan menjadi milik mu," Ucap Haikal dengan jemarinya yang menyusuri pipi mulus Aura.
Wajah Aura semakin memerah, tubuhnya tiba-tiba kaku dengan bibir susah bicara.
"Kau ingin menyentuhnya," Ucap Haikal lagi yang menatap lekat wajah Aura.
Haikal menghimpit tubuh Aura dibawahnya, jarak keduanya begitu dekat dengan jantung yang sama-sama berdebar.
"A-apa boleh," Tanyanya dengan gugup.
Bibir Haikal mengulas senyum, wajah Aura yang malu-malu begitu menggemaskan.
"Tentu saja." Haikal membawa tangan Aura untuk menyentuh dadanya.
Dan seketika rasa hangat menyusup dalam dirinya saat jemari halus itu bergerak menyentuh kulitnya.
Haikal memejamkan matanya, tubuhnya seperti diserang ribuan semut yang merayap dan menghadirkan rasa kesumutan.
Umm
Aura menatap takjub tubuh atletis Haikal, tak menyangka di balik jas yang membungkus tubuh profesionalnya terdapat harta karun yang begitu mengagumkan.
'Apakah aku termasuk wanita beruntung yang bisa melihat keindahan tubuhnya,' Aura membatin.
"Stop sayang!" Haikal menangkap tangan Aura membuat wanita itu menatapnya bingung.
"Jika seperti ini terus aku tidak akan tahan untuk menyentuh mu," Ucapnya dengan napas berat.
Aura semakin menelan ludah, ia tahu arti tatapan mata itu.
"Umm.. Maafkan aku." Cicit Aura yang sudah menciut ditatap oleh serigala lapar.
"Besok kita akan daftarkan pernikahan."
Hah!
Pernikahan???