CEO DAN GADIS TULALIT

Zain bersiap-siap untuk berangkat ke perusahaan milik nyonya Sarah yang sekarang beralih kepada pewaris sahnya yaitu putrinya Zara Arianti Gilbert.

Zara mengikuti langkah suaminya menuju pintu utama. Zain menarik tangannya dan menggenggam tangan mungil itu membuat wajah Zara bersemu merah.

"Kenapa kamu jalan dibelakang ku? Kamu bukan pengawal ku," ucap Zain melirik Zara yang tertunduk malu.

"Maaf om, Zara takut om nggak suka. Oh iya titip salam buat pak Gunawan," ucap Zara teringat dengan pengacara nya yang sangat baik hati itu.

"Iya, nanti aku sampaikan. Kamu yakin tidak mau ikut denganku?" tanya Zain.

"Bunda baru saja meninggal. Di perusahaan pasti banyak wartawan yang ingin mengetahui kematian bunda. Dan aku tidak mau dicecar dengan pertanyaan apapun karena aku tidak tahu menjawab pertanyaan mereka. Lagipula bunda selalu melarang ku untuk tidak berbicara dengan orang yang tidak penting untukku," ucap Zara yang kadangkala kelihatan seperti orang normal.

"Oh begitu. Baiklah. Aku berangkat dulu ya. Hati-hati kamu di rumah. Kalau butuh apa-apa bilang saja sama mama. Jangan sungkan. Kalau kamu mau masak lagi itu sangat bagus. Aku suka dengan masakan kamu pagi ini. Sangat lezat. Jadi pingin punya restoran sendiri dan chef ku adalah istriku," goda Zain terlihat tulus.

Zara menunduk malu namun dalam hatinya ia sangat senang mendapatkan pujian dari Zain. Zara menyodorkan tangannya untuk salim tangan Zain yang sempat termangu melihat sikap Zara. Ia menjabat tangannya Zara dan gadis itu menempelkan punggung tangannya ke bibirnya. Melihat itu, hati Zain berbunga-bunga.

"Begini ya rasanya kalau sudah jadi seorang suami?" batin Zain yang salting di depan istrinya.

"Hati-hati ya om. Assalamualaikum," ucap Zara saat Zain siap meninggalkan dirinya yang masih berdiri mematung di teras rumah megah itu.

"Waalaikumsalam..!" ucap Zain terlihat kaku.

Zain senyum-senyum sepanjang jalan sambil menyetir mobilnya. Entah mengapa hatinya sangat bahagia lalu ia bersiul.

"Beda sekali perlakuan bocah itu padaku dibandingkan dengan Celin yang hanya sibuk pamer tubuh moleknya dengan kekurangan bahan dan endingnya minta duit padahal belum jadi istriku," batin Zain.

Tidak lama mobilnya sudah parkir di depan perusahaan milik istrinya Zara. Iapun turun sambil merapikan pakaiannya. Tampangnya yang sangat keren dan perlente dilengkapi wajah datar terkesan kharismatik. Langkah tegap itu masuk ke dalam perusahaan di sambut satpam yang menunduk hormat padanya.

Resepsionis berebutan menyambutnya dengan tatapan penuh puja."Mau bertemu siapa tuan?" tanya mereka kompak.

"Pengacara Gunawan. Saya ada janji dengan beliau," ucap Zain.

"Silahkan tuan. Anda memang sudah ditunggu oleh pak Gunawan di lantai 20," ucap salah satu resepsionis itu sambil memberikan kartu akses ke lantai tujuan Zain.

Pintu lift terbuka, seorang asisten pribadinya nyonya Sarah yaitu Naila menyambut Zain.

"Selamat pagi tuan Zain...!"

"Pagi...!"

"Silahkan ikut saya tuan...!" Nayla terlihat sopan dan profesional menyambut suami dari pemilik baru perusahaan tersebut.

Begitu pintu dibuka oleh Nayla, sosok pengacara Gunawan menyambut kedatangan Zain seraya berjabat tangan dan berbasa-basi sebentar. Keduanya duduk di sofa dan Nayla segera membuatkan kopi untuk keduanya.

"Bagaimana kabar Zara?" tanya tuan Gunawan.

"Gadis itu menyembunyikan kesedihannya dan berusaha menyenangkan hati keluarga ku pagi ini dengan memasak nasi goreng," tutur Zain.

"Yah, Zara memiliki hobi memasak, menjahit, merajut dan masih banyak lagi keahliannya yang berhubungan dengan skill. Bundanya melihat potensi besar dari dalam diri Zara dengan kekurangan yang beliau miliki.

Ia tidak bisa menangkap pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan umum. Itulah sebabnya ia sering berpindah sekolah karena tidak kuat mendapatkan bulian dari teman-temannya. Bahkan gadis itu sering mendapatkan perundungan dari teman-temannya," ucap tuan Gunawan.

"Sebenarnya Zara itu cerdas jika harus mengulangi terus satu ilmu yang dia dapat. Hanya saja dia butuh guru khusus untuk menangani kekurangannya itu. Dia tampak normal dari luar," ucap Zain yang sudah sedikit mengamati bagaimana cara Zara berdialog dengannya walaupun kadang masih ada tulalitnya juga.

"Saya harap tuan tidak buru-buru memaksanya untuk menunaikan haknya sebagai istri. Sikap dewasanya akan berubah seiring waktu saat dia mulai penasaran dengan hubungan kalian. Karena Zara selalu mencaritahu di intranet jika dia malas menanyakan kepada bundanya," ucap Gunawan.

"Baguslah kalau begitu, pasti saat ini bocah itu cari tahu cara bikin anak," batin Zain menahan senyumnya namun bisa ditebak ekspresi wajahnya oleh Gunawan namun pria paruh baya ini tidak ingin terlalu kepo dengan kehidupan pernikahan Zain.

"Baiklah tuan Zain, silahkan bubuhkan tanda tangan di kontrak perjanjian pernikahan anda dengan Zara...! Mulai hari ini anda menjadi pemilik perusahaan ini dan keuangannya akan dipantau langsung oleh saya dan asisten Nayla. Apakah ada pertanyaan?" tanya Gunawan.

"Bagaimana suatu saat nanti jika hubungan kami tidak lagi harmonis dan kami memilih untuk bercerai?" tanya Zain.

"Anda akan angkat kaki dari sini dan anda tidak boleh lagi berhubungan dengan Zara dalam bentuk apapun jika kalian punya anak maka anak itu akan diurus oleh Zara tanpa menambahkan nama belakang anda," ucap Gunawan membuat Zain cukup syok.

"Anak? Apakah aku akan memiliki anak dengan bocah tulalit itu? Aku bahkan tidak ingin mempertahankan rumah tangga kami jika perusahaan ku sudah aman. Aku hanya mengincar hartanya bukan gadis itu," batin Zain lalu menandatangani dokumen penting itu.

Tuan Gunawan membubuhkan tandatangannya selaku kuasa hukum Zara." satu hal lagi tuan Zain yang perlu anda ingat baik-baik, jika suatu saat nanti kamu ingin melepaskan Zara, ingatlah kalau Zara tidak akan kekurangan apapun karena dia memiliki harta kekayaan yang datang dari dua arah yaitu dari peninggalan ayahnya yang ada di luar negeri dan perusahaan ibunya yang saat ini memilih kamu menjadi CEO nya.

Selain Zara juga punya kami. Dan satu lagi gadis itu tidak pernah merasakan kesepian karena dia punya dunianya sendiri yang belum kamu ketahui lebih dalam," tegas Gunawan penuh penekanan pada setiap kalimatnya.

Zain hanya diam karena lidahnya cukup kelu untuk membalas perkataan pengacara istrinya itu saat ini. Dirinya seperti ditelanjangi oleh Gunawan seakan tahu isi pikirannya saat ini. Mereka akhirnya keluar untuk menemui para staf yang sekarang sudah berkumpul di aula perusahaan besar itu.

Zain harus memperkenalkan dirinya sebagai CEO mereka yang baru. namun tidak dengan status pernikahannya dengan Zara karena pernikahan itu harus di rahasiakan mengingat Zara yang masih dalam masa sekolah walaupun usianya saat ini sudah hampir menginjak 18 tahun.

Di aula itu, terdengar pergantian suara di antara para karyawan yang mengagumi ketampanan Zain. Ditambah lagi tampang Zain yang dingin dengan aura misterius membuat mereka sangat penasaran.

Namun tidak dengan beberapa karyawan senior yang sudah mengenal siapa sosok Zain yang merupakan pengusaha sukses namun dibalik itu semua mereka tidak mengetahui jika perusahaan suami dari Zara itu sedang goyang kini.

Tidak ada perkenalan lebih lanjut di acara pergantian kepemimpinan tersebut karena Zain harus bertemu dengan beberapa pemegang saham di perusahaan tersebut setelah istrahat makan siang.