NovelToon NovelToon
KISAH CINTA YASMIN DAN ZIYAD

KISAH CINTA YASMIN DAN ZIYAD

Status: tamat
Genre:Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dokter Genius / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Babah Elfathar

Kisah Seorang Gadis bernama Yasmin yang baru pindah ke desa, setelah coba tinggal di kota dan tidak nyaman, dia tinggal di rumah sang nenek, Yasmin seorang gadis yang mandiri, ceria diluar, namun menyimpan sebuah duka, bertemu dengan Ziyad seorang dokter muda yang aslinya pendiam, tidak mudah bergaul, terlihat dingin, berhati lembut, namun punya trauma masa lalu. bagaimana kisahnya.. sedikit contekan ya.. kita buat bahasa seni yang efik dan buat kita ikut merasakan tulisan demi tulisan..

yda langsung gaskeun aja deh.. hehehe

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Babah Elfathar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Bab 13

Hari-hari setelah pemakaman ibunya terasa seperti neraka bagi Ziyad. Rumah kecil yang biasanya hangat kini sunyi dan dingin. Setiap sudutnya menyimpan kenangan: kursi bambu tempat ibunya duduk, panci tua yang sering digunakan memasak, bahkan kain lusuh yang masih tergantung di dinding. Semuanya menusuk dada Ziyad, membuatnya semakin hancur.

Ia duduk di ruang tengah, wajah tertunduk, kedua tangannya menggenggam rambutnya sendiri. Air mata kembali jatuh tanpa bisa ia cegah. “Kenapa aku harus kehilangan begitu cepat, Bu… kenapa aku harus hidup sendiri…” ucapnya lirih dengan suara pecah.

Yasmin yang sejak pemakaman hampir tidak pernah beranjak dari sisi Ziyad, duduk di sampingnya. Tangannya perlahan menyentuh lengan lelaki itu. “Ziyad, kau tidak sendiri. Aku ada di sini, menepati janji pada Ibumu,” ucapnya lembut dengan suara bergetar.

Ziyad menoleh, sorot matanya penuh luka. “Kau tidak mengerti, Yasmin. Tidak ada yang bisa menggantikan Ibu. Tidak ada,” ucapnya tajam dengan nada getir.

Yasmin menahan tangis, tapi ia tetap menatapnya. “Aku tidak ingin menggantikan beliau. Aku hanya ingin menemanimu, agar kau tidak tenggelam dalam luka,” ucapnya tulus dengan suara lirih.

***

Namun, dunia luar tidak selalu sebaik hati Yasmin. Sejak pemakaman itu, bisik-bisik mulai terdengar di kampung.

“Yasmin terlalu sering di rumah Ziyad. Apa tidak takut orang bicara?” ucap seorang perempuan tua dengan nada sinis.

“Ya, apalagi mereka belum ada ikatan resmi. Malu-maluin saja,” jawab yang lain dengan nada meremehkan.

“Kasihan si Ridho. Jelas-jelas dia lelaki baik, tapi Yasmin lebih pilih mendekat ke Ziyad yang bahkan hidupnya berantakan,” sambung seorang pemuda dengan nada mencibir.

Bisikan itu menyebar cepat, menjadi kabar burung yang menyakitkan. Yasmin beberapa kali mendengarnya ketika pergi ke pasar atau melewati jalan desa. Ia hanya bisa menunduk, menahan pedih di dadanya.

Tidak apa-apa, Yasmin. Kau sudah berjanji pada Ibu beliau. Kau tidak boleh goyah hanya karena lidah orang, batinnya meneguhkan diri meski air matanya sering jatuh diam-diam.

***

Suatu sore, ketika Yasmin pulang dari pasar membawa keranjang sayur untuk Ziyad, beberapa ibu-ibu menghadangnya di jalan.

“Yasmin, kau ini sebenarnya apa? Mengaku peduli, tapi setiap hari kau ada di rumah bujangan. Apa tidak malu?” ucap seorang ibu dengan nada tajam.

Yasmin menelan ludah, menunduk sopan. “Saya hanya menepati janji pada almarhumah. Saya ingin menjaga Ziyad agar tidak sendirian,” ucapnya lirih dengan nada tenang.

Ibu lain mendengus. “Janji atau tidak, orang tetap akan bicara. Nama baik keluargamu bisa hancur, Nak,” ucapnya sinis dengan nada menggurui.

Air mata Yasmin menggenang, tapi ia tetap menahan diri. “Saya mengerti, Bu. Tapi biarlah orang bicara. Saya tidak bisa mengkhianati amanah,” ucapnya tegas dengan suara bergetar.

Mereka hanya saling pandang, lalu pergi sambil menggelengkan kepala. Yasmin berdiri di jalan, menunduk, air matanya jatuh membasahi pipinya.

***

Di rumah, Ziyad menunggu. Begitu melihat Yasmin datang dengan wajah sembab, ia segera bangkit. “Apa yang terjadi, Yasmin? Siapa yang membuatmu menangis?” ucapnya panik dengan nada khawatir.

Yasmin buru-buru mengusap matanya. “Tidak apa-apa, Ziyad. Hanya lelah saja,” ucapnya cepat dengan senyum palsu.

Ziyad meraih tangannya, menatapnya tajam. “Jangan bohong padaku. Aku tahu kau terluka. Katakan siapa yang berani menyakitimu,” ucapnya tegas dengan nada keras.

Yasmin menunduk, bahunya bergetar. “Mereka hanya berkata aku tidak pantas selalu berada di sisimu… mereka bilang aku mempermalukan keluargaku,” ucapnya lirih dengan suara pecah.

Wajah Ziyad memerah, rahangnya mengeras. “Orang-orang itu tidak tahu apa-apa! Mereka tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan Ibu! Mereka tidak tahu betapa berharganya kau bagiku sekarang!” ucapnya marah dengan nada tajam.

Yasmin memegang lengannya, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Jangan marah, Ziyad. Aku bisa menahan ini semua. Yang penting kau tetap kuat,” ucapnya lembut dengan nada menenangkan.

***

Namun, amarah Ziyad tidak reda. Malam itu ia duduk di beranda, matanya menatap gelap. Yasmin duduk di sampingnya, diam-diam memegang tangannya.

“Yasmin, aku tidak bisa membiarkanmu jadi bahan hinaan hanya karena menemaniku. Kalau itu membuat hidupmu sulit, lebih baik kau menjauh dariku,” ucapnya lirih dengan nada getir.

Yasmin menoleh cepat, air matanya jatuh. “Jangan katakan itu, Ziyad. Aku tidak peduli apa kata orang. Aku di sini karena aku mau, bukan karena terpaksa,” ucapnya tulus dengan nada tegas.

Ziyad menatapnya dalam-dalam, suaranya pecah. “Tapi aku tidak ingin kau hancur karenaku. Aku sudah kehilangan Ibu. Aku tidak sanggup kehilanganmu juga,” ucapnya lirih dengan suara parau.

Yasmin menggenggam tangannya erat. “Kau tidak akan kehilangan aku, Ziyad. Aku janji akan tetap ada, meski dunia menolak,” ucapnya mantap dengan nada penuh keyakinan.

***

Di saat itu, Ridho datang membawa makanan yang ia siapkan. Ia sempat terdiam melihat keduanya di beranda.

“Aku hanya ingin mengantar ini. Kalian mungkin belum makan,” ucapnya datar dengan nada tenang.

Ziyad menoleh, matanya menyipit. “Aku tidak butuh makananmu, Ridho. Aku hanya butuh Ibu aku kembali,” ucapnya sinis dengan nada tajam.

Ridho menunduk, menaruh makanan itu di meja. “Aku tidak memaksa. Aku hanya peduli,” ucapnya lirih dengan nada sabar.

Yasmin menoleh ke Ridho, menatap dengan mata berkaca-kaca. “Terima kasih, Ridho. Kau selalu baik,” ucapnya lembut dengan nada tulus.

Sorot mata Ziyad semakin panas, campuran antara cemburu dan marah. Namun Yasmin segera meraih tangannya, mencoba menenangkannya. “Jangan salah paham. Aku tetap di sisimu,” ucapnya lirih dengan nada menenangkan.

***

Malam itu, ketika Yasmin sudah pulang, Ziyad duduk sendiri di kamar. Gelap, sunyi, dan penuh luka. Ia teringat kata-kata ibunya sebelum pergi. “Jangan keras kepala. Bukalah hatimu.”

Namun hatinya kini seperti perang medan: di satu sisi ia ingin merengkuh Yasmin, di sisi lain ia takut kehilangan lagi, ditambah bayangan Ridho yang selalu hadir membuat darahnya mendidih.

Air matanya jatuh lagi. “Ibu, bagaimana aku harus bertahan… aku terlalu rapuh untuk mencintai, tapi terlalu hancur untuk sendirian,” ucapnya lirih dengan suara pecah.

Malam itu, Ziyad kembali tertidur dalam tangis. Sementara di luar, bisik-bisik tentang dirinya dan Yasmin semakin kencang, seolah badai baru sedang menunggu untuk menghancurkan apa yang tersisa dari hidupnya.

Bersambung…

1
Nadhira💦
endingnya bikin mewek thorrr...
Babah Elfathar: Biar ga sesuai sangkaan, hehehe
total 1 replies
Amiura Yuu
suka dg bahasa nya yg gak saya temukan dinovel lain nya
Babah Elfathar: mkasi jangan lupa vote, like dan subscribe ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!