NovelToon NovelToon
Pangeran Bodoh Dan Putri Barbar

Pangeran Bodoh Dan Putri Barbar

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:12.5k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Di Kekaisaran Siu, Pangeran Siu Wang Ji berpura-pura bodoh demi membongkar kejahatan selir ayahnya.
Di Kekaisaran Bai, Putri Bai Xue Yi yang lemah berubah jadi sosok barbar setelah arwah agen modern masuk ke tubuhnya.
Takdir mempertemukan keduanya—pangeran licik yang pura-pura polos dan putri “baru” yang cerdas serta berani.
Dari pertemuan kocak lahirlah persahabatan, cinta, dan keberanian untuk melawan intrik istana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Langit malam di atas istana Siu memantulkan cahaya keperakan dari bulan yang menggantung tenang. Setelah hari-hari panjang penuh intrik, darah, dan pengkhianatan, kedamaian akhirnya kembali. Di paviliun barat, tempat angin berhembus lembut membawa aroma bunga plum, Bai Xue Yi berdiri di tepi kolam memandangi pantulan rembulan di air.

Rambut hitamnya terurai, bergoyang lembut tertiup angin. Jubah putih tipis yang dikenakannya membuat sosoknya tampak seperti roh lembut yang baru turun dari langit. Namun di balik ketenangan itu, hatinya berdebar. Ia belum bisa benar-benar percaya bahwa semua sudah berakhir.

Langkah kaki yang lembut namun pasti terdengar dari arah belakang. “Kau masih belum beristirahat?” suara berat dan tenang itu terdengar, membuat Xue Yi menoleh.

Wang Ji berjalan mendekat, mengenakan pakaian santai berwarna biru tua. Tanpa mahkota, tanpa pedang di pinggang, ia tampak jauh lebih manusiawi—lebih hangat, tapi tetap menyimpan wibawa yang sulit diabaikan.

Xue Yi tersenyum samar. “Bagaimana bisa aku tidur, setelah semuanya berakhir begitu cepat? Rasanya seperti mimpi, dan aku takut akan terbangun lalu menemukan semuanya kembali seperti dulu.”

Wang Ji berhenti di sampingnya, menatap air yang berkilau. “Aku pun merasakannya,” katanya pelan. “Terlalu lama aku hidup dalam bayang-bayang pengkhianatan, sampai aku lupa rasanya bernapas bebas. Tapi malam ini…” ia menarik napas panjang, “aku ingin percaya bahwa damai ini sungguh nyata.”

Xue Yi menatapnya dari samping. “Dan setelah semua ini? Apa yang akan kau lakukan, Putra Mahkota?”

Ia menoleh, menatap dalam ke mata Xue Yi. “Aku ingin berhenti menjadi hanya seorang putra mahkota.”

Alis Xue Yi terangkat. “Apa maksudmu?”

Wang Ji tersenyum lembut, tapi matanya menyala. “Aku ingin menjadi kaisar yang melindungi rakyatku, bukan boneka di balik takhta. Tapi lebih dari itu, aku ingin hidup… sebagai seorang pria, bukan sekadar pewaris kekuasaan.”

Ia mendekat perlahan, jarak di antara mereka kian tipis. “Dan aku ingin tahu… apakah gadis dari negeri Bai ini bersedia tinggal di sisiku, bukan hanya sebagai sekutu, tapi sebagai seseorang yang kucintai.”

Hati Xue Yi berdetak lebih cepat. “Kau bicara seolah aku ini hadiah kemenangan.”

Wang Ji tertawa kecil, nada suaranya rendah dan jujur. “Tidak. Kau bukan hadiah. Kau adalah alasan aku bisa menang.”

Ia menunduk sedikit, menatap Xue Yi lekat-lekat. “Ketika aku terjatuh, yang kurasakan pertama kali bukan pedang musuh, tapi kehangatan tanganmu saat menarikku kembali dari kegelapan. Aku tidak pernah berutang hidup pada siapa pun sebelumnya, tapi padamu… aku rela berutang selamanya.”

Xue Yi terdiam. Angin malam membawa suara jangkrik, lembut seperti melodi pengiring kejujuran mereka. Ia menunduk, menatap pantulan wajahnya di air. “Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku datang ke sini bukan untuk cinta, tapi untuk menyelamatkan negeriku. Namun… entah sejak kapan, aku mulai menantikan suaramu setiap malam. Dan itu menakutkan.”

Wang Ji mengangkat tangannya, menyentuh perlahan dagu Xue Yi, memaksanya menatap ke arahnya lagi. “Jangan takut pada hal yang membuatmu hidup, Xue Yi. Dunia ini sudah terlalu banyak menuntut keberanian untuk berperang. Sekali saja… biarkan dirimu berani untuk merasa.”

Mata mereka bertemu, dan untuk sesaat waktu berhenti. Wang Ji perlahan menunduk, mendekat. Bibirnya hampir menyentuh bibir Xue Yi ketika—

“Putra Mahkota!” suara Luo menggema dari kejauhan.

Mereka berdua segera menjauh sedikit, wajah Xue Yi memerah, sementara Wang Ji berdeham kecil.

Luo berlari kecil ke arah mereka sambil menunduk. “Ampun, saya tidak bermaksud mengganggu. Tapi laporan terakhir sudah datang utusan dari Bai telah tiba di gerbang barat. Mereka membawa surat dari Kaisar Bai sendiri.”

Xue Yi menegakkan tubuhnya, ketegangan di wajahnya kembali. “Ayahku mengirim surat? Secepat itu?”

Wang Ji mengangguk pada Luo, “Surat itu bawa ke ruang dalam. Aku akan membacanya bersama Putri Bai.”

Luo memberi hormat lalu pergi.

Begitu mereka berdua kembali duduk di dalam paviliun, Wang Ji membuka gulungan surat itu. Tulisan indah Kaisar Bai tergores di atas kertas sutra:

“Kepada Putra Mahkota Siu,

Negeri Bai mengucapkan selamat atas kemenangan kekaisaran Siu dari penghianat. Kami mendengar bahwa engkau telah membongkar pengkhianatan di istana Siu di bantu putri kami Bai Xue Yi.

Kami ingin menyampaikan satu permintaan, jika hati Putra Mahkota sungguh tulus kepada Putri kami, maka Bai siap menyerahkan restu penyatuan dua negeri di bawah cahaya bulan ini.”

Xue Yi membeku membaca kata-kata itu. Ia menatap Wang Ji dengan mata melebar. “Ayahku… mengizinkan penyatuan itu?”

Wang Ji tersenyum samar. “Tampaknya bukan hanya penyatuan negeri yang dimaksud.”

Xue Yi memalingkan wajah, pipinya merona. “Kau benar-benar tidak bisa berhenti menggoda, ya?”

“Bukan menggoda,” sahut Wang Ji dengan lembut. “Aku hanya berkata jujur.”

Mereka terdiam lama. Lalu Xue Yi berkata pelan, “Kalau begitu… mungkin sudah waktunya aku menulis balasan. Tapi aku ingin menulis bukan sebagai utusan Bai, melainkan sebagai seseorang yang memilih dengan hatinya sendiri.”

Wang Ji menatapnya dalam. “Kalimat itu sudah lebih kuat dari seribu surat politik.”

----

Beberapa hari kemudian, istana Siu bersiap untuk perayaan besar Festival Cahaya, yang bertepatan dengan bulan penuh pertama sejak kedamaian dipulihkan. Lentera-lentera emas bergantung di setiap atap, dan musik lembut mengalun di seluruh kota.

Wang Ji mengenakan jubah hitam berhias sulaman naga perak, simbol kekuasaan yang kini bukan lagi beban, tapi tanggung jawab yang ia pilih sendiri. Di sisinya, Xue Yi berjalan dengan jubah merah muda muda, rambutnya dihias bunga plum putih. Setiap langkahnya membuat semua mata terpana.

Malam itu, di tengah pesta, rakyat bersorak, dan Kaisar Siu Ming naik ke panggung utama, menatap dua sosok di depannya. “Anakku, Wang Ji,” katanya dengan suara serak namun bangga, “kau telah membawa keadilan bagi negeri ini. Kini saatnya membawa cahaya baru pula.”

Ia menoleh pada Xue Yi. “Putri Bai, engkau datang dari negeri jauh, tapi keberanianmu telah menyelamatkan hidup anakku dan menenangkan hati rakyatku. Atas nama istana Siu, aku memberimu kehormatan yang belum pernah diberikan sebelumnya: menjadi pelindung negeri ini, dan… calon permaisuri masa depan.”

Sorak sorai menggema. Xue Yi menunduk, suaranya bergetar. “Yang Mulia, saya… saya berterima kasih atas kehormatan ini. Tapi yang lebih penting, saya hanya ingin menjaga kedamaian ini agar tak lagi ternoda.”

Wang Ji menatapnya lembut, lalu berlutut di hadapan seluruh istana. “Jika demikian, biarkan aku menjadi orang yang menjaganya bersamamu. Xue Yi, maukah kau tetap di sisiku bukan karena perintah, tapi karena keinginanmu sendiri?”

Mata Xue Yi berkaca-kaca. Ia menatap pria di hadapannya, yang dulu hanya dikenal sebagai putra mahkota dingin dan penuh rahasia, tapi kini menjadi seseorang yang hangat dan tulus.

“Aku tidak pernah berpikir akan menemukan rumah di negeri orang,” katanya perlahan. “Tapi entah sejak kapan, hatiku berhenti mencari… karena ternyata rumahku ada di sini.”

Wang Ji tersenyum, lalu bangkit. Ia menggenggam tangan Xue Yi, dan sorak rakyat kembali menggema. Di langit, ribuan lentera dilepaskan, terbang bersama cahaya bulan yang utuh.

Malam itu, dua negeri bersatu bukan lewat perang, tapi lewat cinta.

Dan di tengah sorak sorai, Wang Ji berbisik di telinga Xue Yi, “Mulai sekarang, kita tidak lagi Bai atau Siu. Kita hanya kita.”

Xue Yi menatapnya, tersenyum. “Dan semoga dunia belajar… bahwa cinta yang lahir dari luka bisa menyembuhkan segalanya.”

Beberapa bulan kemudian, taman istana dipenuhi bunga plum yang bermekaran. Xue Yi duduk di bawahnya, menulis di atas kertas sutra. Wang Ji datang dari belakang, membawa nampan kecil berisi teh hangat.

“Apa yang kau tulis kali ini?” tanya Wang Ji.

Xue Yi tersenyum tanpa menoleh. “Bukan strategi, bukan laporan. Hanya… kenangan.”

“Kenangan apa?”

“Kenangan tentang seorang pria keras kepala yang menolak mati, dan seorang gadis keras kepala yang menolak menyerah.”

Wang Ji tertawa pelan. “Kedengarannya seperti kisah cinta klasik.”

“Ya,” jawab Xue Yi sambil tersenyum, “kisah yang akan kuceritakan pada anak cucu kita nanti.”

Wang Ji menatapnya, lalu duduk di sampingnya. “Kalau begitu, biarkan aku menulis satu kalimat di akhir kisahmu.”

Ia mengambil kuas dari tangan Xue Yi, menulis dengan tinta hitam di bagian bawah:

“Ketika kegelapan datang, satu cahaya cukup untuk menuntun dua

Xue Yi membaca kalimat itu, matanya melembut. Ia menatap Wang Ji lama, lalu menunduk, membiarkan kepalanya bersandar di bahu sang pangeran.

Di luar, bunga plum gugur perlahan, menari di udara seperti salju yang lembut.

Kedamaian akhirnya menjadi nyata.

Dan cinta, yang lahir dari pertempuran dan pengkhianatan, kini tumbuh menjadi kekuatan yang tak bisa diguncang siapa pun.

Bersambung

1
Tiara Bella
wahhh jodohnya Bai Xiang ini mah...
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ciee pangeran dah ada hilal jodoh nih /Chuckle/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Oohh lama juga sampe bulanan
davina aston
👍👍👍👍👍👍👍
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wuaaahh manis naa 😃🫠🤗
Tiara Bella
ceritanya bagus
kaylla salsabella
lanjut Thor
Maria Lina
lgi thor kok 1 kn kurang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Kirain hukum mati, kalo dibuang doang nanti bikin pasukan baru ga tuh
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wuaah strategina kereen /Determined//Determined/
kaylla salsabella
lanjut Thor
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Keserakahan mengalahkan segalana 😏 hhmm dasar sipaman ga tau diri
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Jebakan ga sih itu /Speechless/
kaylla salsabella
lanjut Thor
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
😂🤣 Nunggu wangji menyatakan cinta kelamaan ya, jadi nembak duluan
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Siapa lagi tuh yg mau bunuh wang ji 🤔
Hendra Yana
mantap
Tiara Bella
makasih thro upnya banyak.... semangat ya
kaylla salsabella
lanjut Thor
kaylla salsabella
lanjut Thor😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!