Aisya Humaira gadis berjilbab dengan sejuta pesona, harus menelan pil pahit karena tiba-tiba calon suaminya memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka yang sudah di depan mata.
Hanya karena ia di nyatakan mandul, dan ternyata semua ini ulah dari Riska sahabat masa kecil dari calon suaminya sendiri.
Setelah mencampakkan Aisya, Adriansyah Camat muda yang tampan itu malah melanjutkan pernikahannya dengan Riska.
Aisya akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota, karena tidak sanggup menahan malu setelah pernikahannya batal.
Hingga membawa Aisya pada sosok Satria Pratama Dirgantara. Seorang Komandan Elita yang sedang dalam penyamaran sebagai Kakek-kakek karena satu alasan.
Satria melamar Aisya dengan tetep menyamar sebagai seorang Kakek.
Apakah Aisya akan menerima si Kakek menjadi jodohnya di saat seorang Camat baru saja mencampakkan durinya?
Bagaimana Perjuangan Satria dalam mengejar cinta Aisya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya langsung baca aja ya kakak. Happy reading semua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Mas Aisya itu cewek matre, ia hanya mau harta kamu aja mas! Mana dia mandul lagi. Mas seharusnya bersyukur nggak jadi nikah sama dia!"
"Apa kamu yakin Aisya mandul? Gak tahu kenapa aku jadi ragu sekarang!" tanya Adrian menatap Riska dengan penuh selidik.
"Apa maksud kamu Mas? Mas, kan liat sendiri keterangan dari surat kesehatan punya Aisya. Nggak mungkin bisa aku ubah, Mas. Mana ngerti aku yang kayak begitu," elaknya cepat menutupi rasa gugupnya.
Adrian mendengus kesal. Belum genap dua minggu mereka menikah. Tapi Adrian merasa rumah tangganya hambar tanpa tujuan. Dia tak menyangka kalau Riska sampai melakukan hal memalukan yang tak masuk akal.
"Mas!" Riska kembali mencoba membujuk Adrian suaminya. Tapi lagi-lagi Adrian bersikap dingin dan menghindar saat Riska mencoba menyentuh tangannya.
" Tuk!"
"Aww!" rintih Riska, sambil mengelus kepalanya yang berdenyut akibat kena benturan keras buah jengkol yang jatuh tiba-tiba dari atas pohon.
Riska merasa sangat apes hari ini. Harga dirinya jatuh sejatuh-jatuhnya karena Aisya, diomelin suami, dan sekarang malah ketimpa jengkol pula. Bak pepatah sudah jatuh ketimpa jengkol tapi masih untung cuman buahnya doang yang jatuh coba kalau pohonnya ikut jatuh, gak kebayang ngimana nasib Riska.
"Ekhem!" terdengar suara dehemam keras dari atas pohon jengkol.
Adrian dan Riska seketika mendongak ke sumber suara. Dan langsung melotot tak percaya, ternyata ada seorang pria paruh baya di tas pohon, mereka pikir tadi tempatnya aman untuk mereka bertengkar.
"Udah kelar belum bertengkar, nya? Saya sudah lumutan ini nunggu kalian selesai. Kalau udah, saya mau turun nih! Heran deh! Bertengkar kok di bawah pohon jengkol orang, lagi panen ini!" omelnya dengan wajah kesal sambil memegang sebuah timba sedang berisi buah jengkol yang baru ia petik.
"Maaf Pak!" sahut Adrian kikuk sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal ia bersalah sekaligus malu kepergok sedang bertengkar sengit sama istrinya.
"Iya kali ini di maafin! Lain kali kalau mau bertengkar cari tempat yang aman. Noh! Di puncak bukit sana, jadi tidak menggangu orang lain. Cepek bangat dari tadi nungguin kalian bertengkar gak kelar-kelar kayak nunggu isi dompet di akhir bulan.
Adrian dan Riska merasa sangat malu ketahuan bertengkar sama si bapak-bapak. Sebelum si bapak semakin dongkol Adrian langsung mengambil langkah seribu sedangkan Riska tertinggal jauh darinya sambil meringis kesakitan di kepalanya.
Namun pertengkaran mereka belum berakhir sampai di situ, keduanya melanjutkan pertengkaran mereka lagi kini di bawah pohon asam jawa. Tak lupa mereka memastikan keadaan di sekitar sebelum mereka melanjutkan episode pertengkaran selanjutnya.
**
**
Sedangkan di rumah Aisya.
Aisya masih tak percaya jika Satria itu adalah Kakek yang melamarnya beberapa hari lalu.
Menurut Aisya Satria bukanlah Ray, yang suka iseng dan jahil, Satria yang ia kenal adalah tipe orang yang tegas, dingin dan cuek tak banyak drama.
Satria yang melihat wajah Aisya yang seperti gak percaya kembali berkomentar.
"Kamu benar-benar gak percaya ya?" tanya Satria yang belum benar-benar menampakkan isi yang ada di dalam tasnya.
"Enggak! Lagian ngapain Oppa jadi Kakek-kakek, sih?" Aisya masih belum yakin dengan ungkapan Satria.
"Coba Aisya pikir, apa mungkin Kakek-kakek bisa menerbangkan helikopter dengan mudahnya?"
"Ya gak mungkinlah Oppa, kecuali si Kakek lagi lagi syuting bersama kura-kura ninja yang ikut mengejar tujuh bola naga."
"Terus mungkin gak? Kakek bisa terjun payung dari ketinggian dan mendarat dengan sempurna?"
"Apa lagi yang itu Oppa, yang ada si Kakek nyunsep tinggal nama."
"Terus coba Aisya pikir. Apa mungkin aki-aki bisa mendaki dan turun bukit tanpa kendala?"
"Gak mungkin bangat sih Oppa, kecuali si kakek pinjam alat di kantong Doraemon."
"Terus siapa dong! Kira-kira orang yang bisa kendalikan helikopter, terus terjun payung dan mendaki bukit?" pancing Satria lagi.
Kini Aisya terlihat bingung alisnya ikut menyatu sambil mengetuk jarinya di dagu seolah sedang berpikir keras, setelahnya ia menatap Satria dengan tatapan menyelidik.
"Oppa?" ucapnya spontan.
"Yupz! akulah orangnya."
"Lihat ini!" tunjuk Satria mengeluarkan rambut palsunya yang penuh uban. Lalu di susul jenggot dan kumisnya. Satria mulai memakainya satu persatu. Aisya makin membulatkan matanya sampai-sampai mulutnya ikut terbuka.
"Bagaimana mirip gak?" tanya Satria yang kini sudah cosplay jadi Kakek-kakek.
"Rada-rada mirip sih! Kurang di keriputnya aja Oppa," jujur Aisya masih setengah percaya.
"Itu karena sekarang aku gak pakai make-up."
"Jadi si Kakek itu Oppa?" tanya Aisya memastikan.
"Iya! Maaf ya," ucap Satria.
"Ih! Oppa tega banget buat hati aku cenat cenut gak karuan. Bahkan sampai curhat sama tembok minta pendapat. Sampai berakhir pasrah dengan kisah cinta pra sejarah." sungut Aisya merasa gemas dengan keisengan Satria.
Satria malah menyunggingkan senyum terbaiknya.
"Kok senyum-senyum sih, Oppa? Aku lagi kesel tahu sama Oppa!" protes Aisya sambil memasang wajah cemberutnya.
"Jangan marah ya?"
"Marah gak ya?" jahil Aisya.
"Jangan dong! Nanti aku gak bisa tidur malam ini."
"Wah! Oppa dah ketularan Kak Ray sekarang. Pandai merangkai kata-kata gombal. BTW udah ganti baterai Oppa?"
"Udah, demi Aisya Humaira seorang," ujarnya sambil mengedipkan matanya.
Aisya langsung tertawa lepas, tak menyangka pria tampan yang biasanya dingin kini bisa buat gombalan receh ala-ala para buaya.
Satria ikut tertawa, tawa yang sangat jarang ia tunjukkan selama ini.
"Eh tunggu dulu! Tapi apa alasan Oppa? Sampai nyamar jadi Kakek-kakek segala?"
Bersambung ....