NovelToon NovelToon
Regresi Sang Raja Animasi

Regresi Sang Raja Animasi

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjadi Pengusaha / Bepergian untuk menjadi kaya / Time Travel / Mengubah Takdir / Romantis / Romansa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Chal30

Kael Ardhana, animator berusia 36 tahun yang hidupnya hancur karena kegagalan industri, tiba-tiba terbangun di tubuhnya saat berusia 18 tahun… di tahun 1991. Dengan seluruh pengetahuan masa depan di tangannya, Kael bertekad membangun industri animasi lokal dari nol, dimulai dari sebuah garasi sempit, selembar kertas sketsa, dan mimpi gila.

Tapi jalan menuju puncak bukan sekadar soal kreativitas. Ia harus menghadapi dunia yang belum siap, persaingan asing, politik industri, dan masa lalunya sendiri.
Bisakah seorang pria dari masa depan benar-benar mengubah sejarah… atau justru tenggelam untuk kedua kalinya?

Yuk ikutin perjalanan Kael bersama-sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chal30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 30

Pagi setelah upacara penghargaan terasa palsu bagi Kael. Ia terbangun dengan trofi kaca di meja samping tempat tidur yang memantulkan cahaya matahari pagi dengan kilauan yang hampir tidak nyata. Dimas masih tidur pulas dengan senyum kecil di wajahnya, dengkuran pelannya terdengar menenangkan di keheningan kamar hotel.

Kael meraih trofi itu dengan hati-hati, merasakan beratnya yang solid di tangannya. Ukiran "Best Short Animation" di permukaannya berkilau dengan elegan. Ia tersenyum sendiri sambil mengusap permukaan kaca yang dingin dengan jempol.

'Ini nyata. Ini benar-benar terjadi,' pikirnya sambil menatap pantulan wajahnya yang kabur di permukaan trofi yang melengkung.

Handphone Nokia lamanya berbunyi dengan SMS yang masuk bertubi-tubi. Ia membukanya satu per satu dengan jari yang sedikit gemetar karena masih terasa emosi dari semalam.

"Mas Kael! Kami nonton livestream upacara dari warnet! Selamat! Studio bangga sama kalian!" pesan dari Agus.

"Bu Ratna nelpon ke studio tadi pagi. Beliau mau bahas sesuatu penting. Kayaknya ada tawaran bagus. Selamat untuk kemenangan yang luar biasa!" pesan dari Rendra dengan antusiasme yang jelas terasa bahkan lewat teks singkat.

"Pak Hendra juga udah kontak. SCTV mau bikin special program tentang kemenangan kalian. Rating pasti bagus. Congratulations, Kael. Kamu pantas mendapatkan ini," pesan lain dari Rendra yang membuat Kael tersenyum lebih lebar.

Dimas terbangun dengan suara notifikasi SMS yang terus masuk. Ia mengucek mata sambil menguap lebar. "Pagi. Atau siang? Jam berapa sekarang?" tanyanya dengan suara serak bekas tidur.

"Jam sembilan. Kita tidur cuma lima jam tapi rasanya kayak tidur sehari penuh. Mungkin karena capek emosional semalam," jawab Kael sambil menaruh trofi kembali di meja dengan hati-hati, seolah benda itu sangat rapuh meskipun terbuat dari kaca yang tebal.

"Gue masih gak percaya kita menang. Dua kategori pula. Ini kayak mimpi yang terlalu bagus untuk jadi nyata," ucap Dimas sambil duduk di tepi tempat tidur, wajahnya masih bengkak bekas tidur tapi matanya berbinar dengan kebahagiaan yang murni.

"Gue juga. Tapi trofi di meja itu adalah bukti bahwa ini bukan mimpi. Kita beneran membuktikan sesuatu yang penting kemarin. Animasi Indonesia bisa bersaing di level internasional kalau dikerjakan dengan hati dan integritas," balas Kael dengan nada serius, suaranya penuh dengan kebanggaan yang ia coba kendalikan agar tidak terdengar sombong.

Mereka turun untuk sarapan dan bertemu dengan tim yang sudah berkumpul di restoran hotel. Rani, Budi, dan Arman sudah duduk di satu meja dengan piring yang penuh dengan makanan tapi sepertinya mereka lebih sibuk ngobrol dengan excited daripada makan.

"Kael! Dimas! Sini! Kalian harus baca ini!" seru Rani sambil melambai dengan semangat, tangannya memegang koran Singapura yang terbuka di halaman entertainment.

Kael menghampiri dengan penasaran sambil Dimas mengikuti dari belakang. Di halaman koran itu, ada foto mereka semua di panggung semalam dengan headline yang besar: "Indonesian Animation Steals the Show at SIAF."

"Gila. Kita masuk koran," gumam Kael sambil membaca artikel yang memuji 'Sang Penjaga' sebagai contoh dari bagaimana animasi bisa menyeimbangkan penceritaan emosional dengan pesan sosial tanpa jadi propaganda yang terang-terangan.

"Bukan cuma koran lokal. Gue cek online tadi pagi, beberapa publikasi film internasional juga udah cover kemenangan kita. Variety, Animation Magazine, bahkan Hollywood Reporter ada mention singkat tentang 'Sang Penjaga' sebagai salah satu highlight dari festival tahun ini," tambah Budi dengan nada yang tidak percaya tapi sangat senang, tangannya scrolling layar handphone yang menampilkan berbagai artikel dengan excited.

Arman yang biasanya pendiam tiba-tiba bersuara dengan nada yang jarang terdengar. "Gue udah dapet tiga email dari komposer lain yang mau kolaborasi untuk proyek masa depan. Mereka bilang penggunaan instrumen tradisional di 'Sang Penjaga' adalah fresh dan inspiring. Ini membuka banyak pintu yang gue gak pernah bayangin sebelumnya."

"Ini baru awal. Momentum dari kemenangan ini harus kita manfaatkan dengan smart. Kita gak boleh terburu-buru ambil setiap tawaran yang datang, tapi kita juga gak boleh terlalu selektif sampai melewatkan peluang yang beneran bagus," ucap Kael dengan pola pikir strategis yang sudah mulai bekerja meskipun ia masih menikmati euforia kemenangan.

"Rendra bilang di SMS tadi pagi bahwa Bu Ratna dan Pak Hendra udah kontak mau meeting begitu kita balik ke Jakarta. Kayaknya ada tawaran besar," tambah Rani sambil menyeruput jus jeruknya, matanya menatap Kael dengan campuran excited dan sedikit khawatir tentang apa yang akan datang setelah ini.

"Kita akan bahas semuanya pas udah balik. Sekarang kita nikmati hari terakhir di Singapura. Besok pagi kita terbang balik ke Jakarta. Dan begitu sampai, hidup akan jadi jauh lebih sibuk dari sebelumnya," jawab Kael sambil akhirnya mulai makan sarapannya yang sudah agak dingin tapi masih enak.

Siang itu mereka menghabiskan waktu dengan santai di sekitar hotel. Tidak ada agenda yang ketat, hanya menikmati momen sebagai pemenang sebelum kembali ke kenyataan yang lebih kompleks di Jakarta.

Kael dan Rani berjalan ke toko buku besar di pusat kota, menelusuri rak-rak yang penuh dengan buku tentang animasi, desain, dan seni visual dari berbagai negara. Rani membeli beberapa buku referensi yang mahal tapi worth it untuk koleksi studio, sementara Kael membeli biografi dari animator terkenal yang selalu ia kagumi.

"Lu tau gak, semalam setelah upacara, gue mimpi tentang masa depan studio. Kita udah punya gedung sendiri yang proper dengan studio yang lengkap. Kita punya program pelatihan untuk animator muda dari seluruh Indonesia. Kita produksi tidak cuma untuk TV lokal tapi juga untuk distribusi internasional. Itu mungkin kedengeran terlalu ambisius, tapi setelah kemenangan semalam, rasanya mimpi itu tidak sejauh yang gue pikir sebelumnya," ucap Rani sambil mereka duduk di kafe dalam toko buku, menyeruput kopi yang harum dengan aroma yang menenangkan.

Kael tersenyum sambil meraih tangan Rani di atas meja dengan lembut. "Itu bukan terlalu ambisius. Itu adalah visi yang jelas dan dapat dicapai kalau kita kerja dengan konsisten dan gak kehilangan nilai-nilai yang membawa kita sampai sejauh ini. Gue juga punya mimpi serupa. Dan sekarang dengan validasi dari festival ini, investor dan mitra potensial akan lebih serius mempertimbangkan kita. Kita harus pinter dalam memilih dengan siapa kita kerja sama, pastikan mereka align dengan nilai kita dan gak cuma lihat kita sebagai mesin uang," jawabnya dengan nada serius tapi penuh dengan harapan yang realistis.

"Gue percaya sama lu, Kael. Percaya bahwa lu akan buat keputusan yang tepat untuk studio. Lu udah membuktikan berkali-kali bahwa lu punya wisdom yang jauh melampaui usia lu," balas Rani dengan keyakinan yang tulus, matanya menatap Kael dengan rasa hormat dan sesuatu yang lebih dalam yang membuat Kael merasa hangat di dada.

"Gue gak bisa lakukan ini sendiri. Gue butuh lu, butuh Dimas, butuh semua orang di tim untuk terus kasih input dan challenge keputusan gue kalau kalian merasa arah yang gue ambil salah. Kolaborasi dan transparansi adalah kunci untuk menjaga studio tetap sehat meskipun kita tumbuh lebih besar," tegasnya sambil meremas tangan Rani dengan lembut, memberikan kepastian bahwa ini adalah perjalanan bersama bukan solo trip yang egois.

Malam terakhir di Singapura dihabiskan dengan makan malam mewah di restoran yang proper, hadiah untuk diri mereka sendiri setelah kemenangan yang luar biasa. Mereka pesan berbagai hidangan dari menu yang semuanya terdengar fancy dan sedikit mengintimidasi, tapi pelayan yang ramah membantu mereka memilih dengan sabar.

"Bersulang untuk kemenangan. Untuk perjalanan yang membawa kita ke sini. Untuk persahabatan yang terbentuk. Dan untuk masa depan yang cerah di depan," ucap Kael sambil mengangkat gelas wine murah yang mereka pesan, suaranya penuh dengan emosi yang terkontrol tapi sangat terasa.

"Bersulang!" jawab semua orang bersamaan dengan suara yang kompak, gelas-gelas beradu dengan bunyi yang jernih di udara restoran yang dipenuhi dengan musik klasik yang lembut dari speaker.

Setelah makan malam, mereka berjalan bersama di tepi Marina Bay untuk terakhir kalinya. Lampu-lampu gedung pencakar langit memantul di air dengan indah, menciptakan pemandangan yang postcard-perfect yang akan mereka ingat selamanya.

"Gue gak mau pulang," gumam Budi sambil menatap pemandangan dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. "Di sini rasanya kayak dunia berbeda di mana semua mimpi bisa jadi nyata. Di Jakarta, kita harus balik ke realitas yang lebih keras dan lebih kompleks."

"Tapi Jakarta adalah rumah. Dan rumah adalah tempat di mana kita punya tanggung jawab untuk buat perubahan nyata. Kemenangan di sini adalah validasi, tapi kerja sebenarnya dimulai ketika kita balik. Kita harus gunakan momentum ini untuk angkat industri animasi Indonesia secara keseluruhan, bukan cuma Studio Garasi. Itu adalah tanggung jawab yang datang dengan kesuksesan ini," jawab Kael dengan bijaksana, suaranya tenang tapi penuh dengan tekad yang kuat.

Mereka berdiri di sana untuk waktu yang lama, menikmati kebersamaan dan kedamaian sebelum badai yang pasti akan datang begitu mereka kembali ke Jakarta dengan semua perhatian dan tekanan yang datang dari kemenangan internasional ini.

Dan ketika akhirnya mereka berjalan kembali ke hotel di tengah malam yang sejuk, ada pemahaman yang tidak terucapkan di antara mereka bahwa apapun yang terjadi setelah ini, mereka akan menghadapinya bersama sebagai keluarga yang solid dan tidak tergoyahkan.

1
Syahrian
🙏
Syahrian
😍🙏
Syahrian
👍🙏
Syahrian
😍
Syahrian
👍🙏
Revan
💪💪
Syahrian
Lanjut thor
Kila~: siap mang💪
total 1 replies
pembaca gabut
thorr lagi Thor asik ini 😭
±ηιтσ: Baca karyaku juga kak
judulnya "Kebangkitan Sima Yi"/Hey/
total 2 replies
pembaca gabut
asli gue baca ni novel campur aduk perasaan gue antara kagum dan takut kalo kael dan tim gagal atau ada permasalahan internal
Syahrian
Lanjut thor👍👍
Revan
💪💪💪
Revan
💪💪
Syahrian
Tanggung thor updatenya🙏💪👍
Kila~: udah up 3 chapter tadi bang/Hey/
total 1 replies
Syahrian
🙏👍👍
Kila~: makasii~/Smile/
total 1 replies
Syahrian
👍🙏
Syahrian
😍
Syahrian
👍
Syahrian
Lanjut 👍😍
Kila~: sudah up 2 chapter nih
total 1 replies
Syahrian
Lanjuut🙏
Kila~: besok up 3 chapter 😁
total 1 replies
Syahrian
Mantap💪🙏
Kila~: terimakasih bang/Rose/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!