Bopo Kembar Desa Banyu Alas

"Mas yakin mau nungguin aku? Lama loh, Mas. Bisa sampai jam sepuluh atau sebelas malam." Tanya Raina.

"Njih, Sayang. Mas tungguin kamu sampe selesai." Jawab Arsha.

"Mas kalau bosan, pulang aja gak apa - apa. Nanti aku bisa pulang bareng Gus Akhtar." Ujar Raina.

"Enggak, Sayang. Mas tungguin kamu sampe selesai setelah itu Mas yang antar pulang. Lagian, apa kamu mau kalau Mas di bilang orang yang gak bertanggung jawab? Mas kan tadi sudah bilang sama Gus Halim kalau Mas yang antar kamu pulang nanti." Ujar Arsha.

"Yaudah, terserah Mas aja gimana. Masih ada waktu lima belas menit sebelum mulai, Mas. Mau lihat - lihat pameran stand dulu?" Tawar Raina.

"Ayo, kita lihat - lihat." Jawab Arsha.

Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju ke stand yang berjajar rapi di sana. Mulai makanan, hasil kerajinan tangan, pakaian dan kain khas, buku - buku, hewan peliharaan dan masih banyak lagi yang mengisi pameran stand di sana.

Senyuman dan senda gurau mengiringi langkah mereka. Beberapa orang yang mengenal keduanya, silih berganti menyapa. Tentu saja keberadaan pria tampan itu menjadi daya tarik tersendiri untuk kaum hawa.

"Kamu gak cemburu, Mas di lihatin cewek - cewek, Dek?" Gurau Arsha.

"Enggak. Kalo mereka tiba - tiba ngajak foto, atau tiba - tiba nembak Mas dan Mas mau, baru aku cemburu." Jawab Raina.

"Kok ya persis Arunika." Gerutu Arsha sambil terkekeh.

"Arunika itu siapa, Mas?" Tanya Raina.

"Ibun. Ibun juga gak pernah cemburu berlebihan sama Romo." Jawab Arsha yang membuat Raina terkekeh.

"Emang kamu gak sayang sama Mas? Kok gak cemburu?" Tanya Arsha.

"Sayang lah, Mas, kok masih di tanya. Mana mungkin aku ngerayu Allah tiap sepertiga malam kalo gak sayang sama Mas." Cicit Raina.

"Eh, gimana, Dek? Ngerayu Allah tiap sepertiga malam?" Tanya Arsha sambil menarik tangan Raina dan menghentikan langkah gadisnya. Ia hendak memastikan kalau pendengarannya tak salah.

"Hehehe. Iya, Mas." Jawab Raina yang cengar - cengir.

"Sejak kapan, Dek?" Selidik Arsha sambil menatap netra lembut Raina.

"Mas kepo!" Ledek Raina.

"Dek, jangan bikin Mas penasaran. Tak gondol kowe mengko. (aku culik kamu nanti)" Ancam Arsha yang membuat Raina tertawa.

"Nanti Mas nyesel nyulik aku. Aku makannya banyak loh, Mas." Kata Raina.

"Gak apa - apa. Mau kamu makan sak rinjing (satu keranjang besar) setiap hari juga, Mas sanggup penuhi. Jangan khawatir." Jawab Arsha.

"Wiih, agak lain memang Pengusaha satu ini." Kekeh Raina.

"Kamu belum jawab pertanyaan Mas lho, Dek." Kata Arsha.

"Iya, ayo sambil jalan lagi. Gak enak berdiri di tengah - tengah gini." Ujar Raina.

"Aku suka sama Mas itu, sejak setelah di tebengi Mas pulang sekolah dulu." Raina mengakui.

"Ternyata doa Mas selama ini gak melayang sendirian. Walaupun tetep Mas yang lebih dulu jatuh cinta." Kekeh Arsha yang menular pada Raina.

"Kenapa Mas gak nyatain perasaan dari dulu? Malu? Gengsi?" Tanya Raina.

"Bukan gitu, Sayang. Dulu banyak yang Mas pertimbangkan. Mas takut LDR sama kamu. Mas takut kita sama - sama gak betah kalo LDR dalam waktu yang lama. Sedangkan, Mas gak bisa kasih kamu kepastian kapan akan balik lagi kesini." Jawab Arsha.

"Kalo misal Mas gak balik lagi ke sini, gimana? Sedangkan kita juga selama ini gak pernah komunikasi dan gak pernah ketemu waktu sesekali Mas pulang." Tanya Arsha kemudian.

"Gak tau ya, Mas. Tapi aku kayak punya keyakinan aja kalo misal Mas bakal pulang ke sini. Lagian, bagiku gak akan ada yang sia - sia kalau kita menggantungkan harapan ke Allah." Jawab Raina.

"Mas tau, kalo misal kemarin ini aku gak lolos jadi PNS, mungkin sekarang aku sudah ada di Dubai." Cerita Raina.

"Dubai? Ngapain?" Tanya Arsha.

"Dinikahin sama anaknya sahabat Abi di sana." Jawab Raina sambil terkekeh.

"Untungnya, aku lulus tes PNS di sini. Lebih bersyukur lagi karena keluarga Gus Halim yang membujuk Abi agar aku tetap di sini. Gus Halim dan Abi memang hubungannya baik, makanya Abi percaya dan menitipkan aku di bawah asuhan Gus Halim dan Istrinya." Imbuh Raina.

"Kamu serius, Dek? Mau di nikahin sama anak sahabat Abi?" Tanya Arsha.

"Serius lah, Mas. Ngapain juga aku bohong sama Mas." Jawab Raina.

"Pokoknya kamu gak boleh kemana - mana, Dek. Mas gak akan biarin kamu pergi gitu aja." Ujar Arsha yang membuat Raina tersenyum.

"Iya - iya. Jangan panik dong, Mas. Lagian aku masih di sini sama Mas." Kata Raina sambil menjawil ujung hidung bangir Arsha.

"Ayo kita ke depan, Mas. Sebentar lagi aku mau tugas." Ajak Raina yang di jawab anggukan oleh Arsha.

Arsha duduk di bawah tenda. Sengaja mengambil tempat agak kepinggir agar bisa melihat kekasihnya yang sedang menilai bacaan tilawah para peserta.

Ia tersenyum saat melihat wajah ayu kekasihnya yang sedang tersenyum setelah berbicara dengan rekan juri lain. Gadis yang selalu ceria itu, sungguh pandai mengemas luka di hatinya.

Tumbuh tanpa sosok ibu, sosok Ayah yang berada jauh darinya karena sibuk bekerja dan dia di musuhi oleh saudara - saudara yang harusnya melindungi. Tentu, hidup gadis itu tak se-adem wajahnya.

Sosok dengan penampilan yang bisa di bilang sempurna. Agamanya baik, tutur katanya lembut dan memiliki adab yang baik. Siapa yang tidak mau di jodohkan dengan gadis seperti Raina?

Pikiran Arsha kembali melayang pada kata - kata Raina tadi, yang bilang jika dia hampir di nikahkan dengan anak sahabat Ayahnya. Ada kekhawatiran dan rasa takut tersendiri. Takut jika Ayah Raina yang jauh lebih berhak atas Raina ketimbang dirinya itu, akan merebut paksa Raina dari sisinya.

Arsha tentu tak ingin melepaskan Raina. Sosok yang selama ini ia harapkan dan nantikan. Gadis yang berhasil meluluhkan hati Arsha sejak pertama kali melihatnya.

Tidak, kali ini ia tak akan melepaskan Rainanya. Bagaimanapun caranya, ia akan mengusahakan Raina agar tetap berada di sisinya. Ia tak bisa menjamin kebahagiaan gadisnya, namun ia akan selalu berusaha membuat gadisnya bahagia.

Arsha meraih ponsel yang berada dalam sakunya. Ia mencari nama seseorang yang selama ini selalu ia percaya untuk menjadi Informan. Setelah menemukan nama orang yang ia cari di kontaknya, Arsha segera menelfon orang itu.

Tak butuh waktu lama, orang yang Arsha hubungi itu menjawab panggilannya. Ia menyapa Arsha dengan antusias, siap menerima tugas dari kliennya yang selama ini selalu royal padanya.

"Tolong cari tau dimana Abi Raina sekarang. Apakah dia ada di Indonesia atau sedang berada di Dubai." Perintah Arsha.

"Siap laksanakan, Bos!" Jawab pria itu dari sebrang telfonnya.