Clarissa, yang terikat oleh sistem terpaksa harus menjalani dua kehidupan lagi agar dia bisa mati dengan tenang.
Setelah dalam kehidupan sebelumnya, suskses sebagai wanita karir yang dicintai oleh keluarga dan semua orang, kini dia terlempar ke jama di era 80 an yang terlahir sebagai bayi dari keluarga buruh tani miskin yang tinggal di desa Sukorejo.
Misi kali ini adalah mengentaskan keluarganya dari kemiskinan dan menjadi wanita suskse seperti sebelumnya.
Mampukah Clarissa yang kini bernama Lestari,seorang bayi dengan otak dan pemikiran wanita dewasa,yang sudah pernah jatuh bangun dalam menjalankan usahanya mampu menyelesaikan misinya?
Kehidupan di era 80 an tidaklah mudah, keterbatasan alat dan juga masih tingginya praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) membuat hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Lestari yang dalam kehidupan sebelumnya banyak ditunjang oleh kemajuan teknolgi dan percepatan informasi.
Penasaran...
ikuti terus kisa Lestari dalam cerita ini!
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGAMANKAN ASET
Sekembalinya dari rumah sakit, Arjuna pulang ke rumah orang tuanya, begitu juga dengan Aji dan Maryati yang sementara waktu akan tinggal disini hingga hasil tes DNA keluar.
Arjuna berencana akan menjual rumah yang sering dipergunakan istrinya untuk memuaskan hasrat biologisnya dengan Danang karena merasa jijik dan sakit hati akan kenangan pahit yang istrinya berikan kepadanya.
“Mas, pak, bu, saya pamit undur diri dulu. Anak-anak masih menunggu saya dirumah. Produksipun, esok hari masih harus berjalan sehingga saya tak bisa menginap disini”, ucap Supardi.
Anton dan Sulastri yang mengetahui kesibukan menantunya, tak bisa menahan pria itu lebih lama untuk tinggal karena sangat tahu berbahayanya medan yang akan Supardi lalui untuk sampai kerumahnya.
“Baiklah. Hati-hati dijalan saat pulang. Untuk anak dan istrimu, kamu jangan banyak pikiran. Tak perlu membawakan apapun kemari karena semua keperluan Tari akan kami penuhi disini”, ucap Sulastri penuh perhatian.
“Nanti pulangnya, biar ayah yang antar Srikandi ke rumah sekalian menengok cucu-cucu kakek yang lain jadi kamu bisa fokus mengurusi usaha dirumah”, ucap Anton menimpali.
Melihat perhatian yang kedua mertuanya berikan, membuat hati Supardi merasa lega. Keluarga Srikandi cukup kaya sehingga kebutuhan keduanya pasti akan bisa terpenuhi dengan mudah, apalagi mereka tinggal di kota dimana semua hal yang ingin dibeli bisa dengan mudah didapatkan daripada didesa tempat mereka tinggal.
Dikota juga telah ada listrik, sehingga kondisi lingkungan tak akan segelap dan seberbahaya seperti didesa dimana penerangan jalan ketika malam hanya mengandalkan dari cahaya bulan dilangit.
Tak ingin kemalaman dijalan, Supardi pun segera mencium punggung tangan kedua mertuanya dan mengecup kening sang istri serta kedua pipi bayi cantiknya, sebelum dia menaiki motor yang baru pagi tadi di beli.
Brummm....
Suara deru motor yang semakin lama semakin menjauh dan pada akhirnya menghilang dibalik tikungan jalan, membuat Srikandi yang tengah mengendong Tari berjalan masuk kedalam rumah setelah keduanya mengantarkan kepergian suami dan ayah mereka yang tercinta.
“Dek, ikut mas mengambil beberapa barang dirumah yuk...”, ajak Arjuna ketika berpapasan dengan Srikandi didepan pintu.
“Asyik!!! Kita akan belbulu halta kalun di lumah pakdhe. Banyak halta belhalga dan uang yang disembunyikan wanita jahat itu dan kita kesana untuk mencalinya. Asyikkk!”, Tari berceloteh dalam hati sambil bertepuk tangan dengan gembira.
Srikandi yang melihat bagaimana senangnya Tari, tak ingin merusak kebahagiaan bayinya pun menyetujui permintaan kakaknya.
“Baik mas, aku ikut”,jawab Srikandi cepat.
“Aku masuk untuk pamit ke ibu dan ayah dulu agar tak kebingungan mencariku dan Tari nanti”, Srikandi kembali berucap sambil berjalan masuk kedalam rumah untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya.
Pada awalnya, niat dia mengajak adiknya pergi kerumahnya untuk menemaninya dijalan agar dia tak sampai melamun selama dalam perjalanan karena jujur saja, hati dan pikirannya tengah kalut saat ini.
Meski dia sudah bisa menerima semuanya, tapi pengkhianatan Lela sangat mengguncang dirinya, terutama fakta mengenai Aji yang bukan anak kandungnya membuat Arjuna begitu terpukul.
Dia sama sekali tak menyangka jika ternyata istrinya juga telah menyembunyikan banyak uang dan beberapa barang berharga ditempat yang tak pernah dia sadari.
Untung saja ada Lestari yang mengingatkannya sehingga kali ini kepulangannya ke rumah yang sebentar lagi akan dia jual untuk mengumpulkan semua barang dan surat berharga didalam rumahnya, untuk dia simpan ditempat yang aman semakin tinggi dan menguat.
“Ayo mas, kita berangkat sekarang”, ucap Srikandi sambil memasang sabuk pengaman ditubuhnya, membuayrakan lamunan Arjuna.
Keduanya pun meluncur di jalanan yang tak terlalu ramai menuju komplek perumahan Sejahtera dimana Arjuna tinggal.
“Kulasa, pakdhe halus mengganti semua kunci pintu yang ada dilumah kalena Danang dan istlinya memiliki kunci duplikatnya. Takutnya, meleka akan diam-diam datang ke lumah untuk melampok kalena saat ini bu Nana tengah bingung mengumpulkan uang untuk biaya opelasi suaminya agal kasus gencet yang tengah menimpah pria itu dan Lela bisa telatasi dengan baik”
Apa yang Tari ucapkan dalam hati membuat kedua tangan Arjuna mencengkeram erat kemudi yang tengah dipegangnya.
Dia sama sekali tak menyangka jika Lela begitu memanjakan Danang hingga membuatkan kunci duplikat untuk mereka agar bisa keluar masuk kedalam rumahnya dengan mudah.
Jika dilihat-lihat lagi, sepertinya semua orang menganggapnya sebagai badut karena selama empat tahun dia sama sekali tak menyadari jika telah dijadikan lelucon bagi beberapa orang yang berhati busuk.
Dalam perjalanan, Arjuna mampir ke toko perlengkapan untuk membeli beberapa kunci dan gembok. Dia berencana untuk mengganti semua kunci pintu dirumahnya agar tak ada lagi orang jahat yang berniat memanfaatkannya dibelakang punggungnya.
Tak lupa dia juga membeli beberapa camilan untuk keponakannya agar bayi itu tak bosan dan rewel ketika nanti menemaninya mencari semua barang berharga yang harus dia selamatkan dari tangan-tangan jahat yang berusaha mengapainya.
Setelah dua puluh menit berkendara sambil membeli semua hal yang dibutuhkan keduanya kini sudah masuk kedalam garasi rumah Arjuna.
“Kalian berdua bisa duduk sambil menonton televisi agar tidak bosan sambil menungguku mengambil beberapa barang yang aku butuhkan”, ucap Arjuna yang langsung menyalakan televisi tabung diruang tamu.
Tari yang baru pertamakali menyaksikkan televisi hitam putih merasa cukup kagum karena gambar-gambar yang muncul didalamnya sangat berbeda dengan televisi berwarna di jaman modern, begitu juga dengan siaran yang tengah berlangsung didalamnya.
“Jadi sepelti ini bentuk tayangan televisi pada jaman dahulu”, guman Tari bersemangat seolah dia tengah mempelajari sejarah perkembangan budaya dan teknologi sebuah bangsa.
Acara yang ditayangkan televisi sangat membosankan dan tak memiliki banyak variasi, Tari pun mulai menyapu sekeliling, mengandalkan kekuatan yang dimilikinya dari sistem untuk mencari harta karun dirumah Arjuna.
“Bu, ayo belbulu halta kalun”, ucap Tari dengan kedua mata berbinar.
Arjuna yang baru saja turun sambil membawa sebuah koper, mendengar ucapan Tari diapun sangat bersemangat.
“Bagaimana jika kita mencari harta karunnya bersama”, ucap Arjuna sambil tersenyum lebar.
“Ayo...ayo padhe...cali halta kalun...prok prok prok...”, ucap Tari sambil bertepuk tangan.
Setelah meletakkan koper yang dibawahnya dari kamar, Arjuna pun mengambil Tari dalam gendongan Srikandi.
“Kemana dulu kita sekarang?”, tanya Arjuna antusias.
“Kecana...”, ucap Tari sambil menunjuk ke arah dapur.
Arjuna mengernyit kaget karena tak menyangka jika istrinya akan menyembunyikan barang tersebut didapur.
Begitu tiba didapur, Tari pun menunjuk tempat-tempat dimana Lela menyimpan uang agar bisa diambil dengan mudah oleh Danang dan istrinya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Dengan cekatan, Srikandi pun mengangkat kotak penyimpanan bumbu, dibawah tempat beras, dibalik kertas yang melapisi bagian dalam almari, dan juga didalam kotak susu Aji.
“Uang sebanyak ini tersebar dibeberapa tempat, untuk apa?”, guman Srikandi sedikit bingung.
“Uang itu sengaja ditaluh disana oleh wanita jahat itu agal Nana dan Danang bisa mengambilnya kapan saja meleka pelu, sebagai uang belanja halian Nana dan uang lokok dan bensin motol Danang”, jawab Lestari dalam hati.
Arjuna yang mendengar gumanan hati Tari hanya bisa tersenyum miris karena tak menyangka jika istrinya bisa secermat itu menyediakan dana untuk orang luar dari hasil keringatnya.
Setelah semua uang tersembunyi didapur berhasil diamankan kembali, kini mereka mulai mencari dibeberapa kamar, termasuk kamar mandi luar yang ternyata ada seamplop tebal uang dibalik kotak tempat peralatan mandi yang tergantung ditembok.
“Sepuluh juta!”, teriak Srikandi syok.
Dia tak menyangka jika uang yang ada dalam amplop ukuran besar tersebut sangat banyak setelah berhasil dia hitung.
Arjuna yang melihat logo diluar amplop segera mengambilnya dari tangan sang adik. “Ini amplop uang yang hilang dua bulan kemarin yang sempat membuatku pusing hingga harus meminjam uang kepada ayah untuk menutupi kerugian yang ada”, ucap Arjuna tajam.
Dia menggenggam amplop uang tersebut dengan erat. Api amarah dalam hatinya yang sempat padam kini kembali berkobar.
Dia sama sekali tak menyangka jika istrinya ternyata sampai bertindak sejauh ini. Karena Lela benar-benar tega terhadap dirinya, maka Arjuna pun memutuskan untuk tak akan bersikap lembut lagi dari sekarang.
Ini adalah kepercayaan semua orang yang diamanahkan kepadanya. Untung saja keluarganya kaya sehingga bisa mengganti uang yayasan sebesar itu dengan mudah.
Mendapatkan hasil buruan yang sangat besar, Arjuna dan Srikandi pun semakin bersemangat menyisir setiap sisi rumah dengan bantuan Lestari hingga semua uang, perhiasan dan surat berharga yang Lela sembunyikan bisa Arjuna dapatkan kembali.
“Mas, aku tak menyangka jika mbak Lela sangat serakah hingga mencuri barang dan uang sebanyak ini darimu”, Srikandi menatap prihatin wajah kakaknya yang sudah sangat tak sedap dipandang.
Kali ini, dia tak akan menyalahkan sang kakak jika Arjuna mengambil keputusan ekstrim dan kejam karena Lela sendiri lah yang telah menyulut api kemarahan dalam diri kakak sulungnya hingga mengikis habis semua rasa sabar yang ada dalam hati.
Jika ditotal semuanya, uang, perhiasan dan surat berharga yang berhasil Lela curi dan sembunyikan totalnya berada diangka ratusan juta. Nilai yang sangat fantastis pada era itu, jumlah yang sangat besar dimana harga property mewah saja masih berkisar diangka jutaan saja.
di tunggu upnya thor