Setelah kematian kedua orang tuanya, Farhana baru tahu jika mereka bukanlah orang tua kandungnya.
Mereka berdua meninggal akibat kecelakaan. Dan ternyata yang menabrak adalah putri kandungnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TINDAKAN PIHAK SEKOLAH
Pihak sekolah bertindak dengan cepat. Setelah mendapatkan petunjuk dari Farhana , Kepala sekolah beserta beberapa dewan guru langsung pergi ke restoran tempat dimana Dwi dan Radit diberi obat oleh Farhana untuk melihat rekaman CCTV-nya.
Farhana sudah kembali ke kelas bersama Dzaki. Tidak ada rasa takut mapun khawatir karena ia memang tidak merasa bersalah. Keduanya menerima pelajaran hari itu dengan baik.
Cindy sebenarnya penasaran, namun karena tempat duduknya tidak lagi dekat Farhana dan Dzaki, ia hanya bisa menyimpan rasa penasaran di dalam hati. Namun begitu istirahat tiba, Ia langsung membordir Farhana dengan banyak pertanyaan.
"Kenapa Kepala sekolah manggil kalian berdua?" tanyanya dengan antusias. Suaranya cukup kencang sehingga siswa lain yang masih ada di dalam kelas turut mendengarnya.
Mereka juga penasaran sebenarnya. Karena Cindy sudah mewakili rasa penasaran mereka, Mereka pun memasang telinga baik-baik untuk mendengar jawaban Farhana.
"Tidak ada yang penting. Hanya masalah kompetisi kemarin lusa," jawab Farhana dengan santai. Tidak menyinggung soal Dwi maupun Radit.
"Cuma itu doang?" tanya Cindy dengan agak kecewa.
"Memangnya ada apa lagi?" tanya Farhana dengan polos. Seolah tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Cindy. Padahal tanpa cindy jelaskan , ia sudah mengerti.
"Bukan apa-apa sih. Aku cuma penasaran saja. Kok kayaknya penting banget," jawab Cindy memberi alasan.
"Memang penting sih. Aku diminta untuk belajar lebih rajin lagi untuk Olimpiade lanjutan."
"Ooooo....jadi gitu. Sekarang mau ke kantin tidak?"
"Mau lah. Ikutan nggak Dza?"
"Hmmmm"
Kini Farhana tidak perlu lagi duduk di kursi roda. Ia dengan santai berjalan disisi Dzaki, sedangkan Cindy berdampingan dengan Lily. Namun Tasya yang sedari tadi melihat mengawasi, langsung bergegas mengikuti langkah mereka dari belakang.
"Tungguin dong!" kata Tasya dengan keras. Keempat siswa itu langsung berhenti dan menoleh ke arahnya. Namun Dzaki hanya menoleh sekilas sebelum mengandeng tangan Farhana untuk melanjutkan langkahnya.
Bukan hanya Farhana saja yang terkejut karena ulahnya. Tasya sampai terbengong ditempatnya. Ia merasa kesal dan juga cemburu.
"Ada apa sih?" tanya Cindy dengan agak kesal. Ia tidak memperhatikan Farhana dan juga Dzaki yang jalan lebih dulu. Tatapannya justru tertuju sepenuhnya pada Tasya.
Padahal ia sudah berhenti , bukannya menyusul malah bengong saja. Bikin orang naik darah saja. Andai saja bukan teman masa kecilnya sekaligus cucu dari sahabat kakeknya, ia malas untuk berteman lagi dengannya.
Sebenarnya hubungan mereka semasa kecil juga tidak terlalu baik. Sedari kecil Tasya sudah sombong dan suka bertindak seenaknya. Tidak bisa dihitung lagi mereka bertengkar semasa kecil. Meski tidak lama kemudian kembali akur. Namanya juga anak kecil.
"Maaf... Aku mau barengan ke kantin," kata Tasya dengan agak pelan. Mencoba bersikap biasa saja meski terlihat aneh menurut Cindy dan juga Lily.
"Oh...Buruan kalau gitu."
"Terima kasih."
"Hmmm."
Farhana dan Dzaki lebih dulu tiba di kantin. Mereka langsung membeli makanan dan mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Kebetulan keduanya melihat kenzo yang sedang menyantap makananya seorang diri.
"Kita kesana saja bagaimana?" tanya Dzaki sambil menunjuk Kenzo yang masih asyik dengan makanannya.
"Oke"
Keduanya langsung berjalan menghampiri Kenzo sambil membawa makanan mereka. Cindy masih belum tiba, entah masih kemana saja.
"Boleh ikutan duduk dimari kagak?" tanya Farhana mengagetkan Kenzo. Membuat Kenzo tersedak makanannya.
"Uhuk......"
"Sorry ....kok bisa sampai tersedak sih?"
Farhana tidak merasa bersalah karena mengagetkannya. Dzaki dengan sigap menepuk punggung Kenzo secara perlahan.
"Kamu sih ngagetin," keluh Kenzo dengan wajah yang memerah.
"Sorry... Nggak tahu kalau Kamu sampai kaget seperti itu."
"Ehmmmm."
Farhana langsung duduk disamping Dzaki yang sudah duduk lebih dulu. Keduanya duduk dihadapan kenzo.
"Kok tumben sendirian?"
"Biasanya juga sendirian. Yang aneh malah kalian berdua . Kemana kedua dayang Kalian? Kok tumben nggak ikutan ke kantin," kata Kenzo dengan agak sewot. Masih kesal karena dikageti Farhana.
"Tuh!"
Farhana menunjuk Cindy yang baru saja masuk kantin. Kenzo mengikuti arah tangannya.
"Oh....kok kayaknya dia sama anak baru deh, " kata Kenzo sambil terus menatap kearah Cindy dan yang lainnya.
"Memangnya ada yang salah?" tanya Farhana dengan heran.
"Nggak juga sih. Hubungan Kalian baik-baik saja kan?"
"Baik-baik saja lah. Tadi juga mau kesini barengan. Hanya saja si anak baru panggil. Jadi Kami berangkat duluan. "
"Oh.... "
Sedari tadi hanya Dzaki yang tidak berbicara. Ia hanya fokus sama makanannya saja. Bahkan nasi yang ada dipiringnya sudah tinggal separuh. Sedangkan Farhana masih belum sempat memakannya.
Cindy membawa Lily dan juga Tasya ke tempat Farhana berada sambil membawa makanan yang mereka pesan.
"Kita boleh duduk disini kan? "
"Terserah.... lagian ini punya umum," kata Kenzo dengan cuek. Farhana mengangguk sambil tersenyum kearah Cindy. Kebetulan meja yang mereka duduki cukup untuk enam orang.
Tasya langsung duduk dikursi yang ada di samping kanan Dzaki. Kebetulan Farhana duduk disebelah kanannya. Jadilah Dzaki duduk diapit oleh Farhana dan juga Tasya.
"Halo Dzaki, mau coba punyaku nggak? Aku pesen makanan kesukaan Kamu loh, " kata Tanya dengan percaya diri. Sayangnya Dzaki tidak merespon sama sekali. Namun Tasya tidak menyerah.
"Kamu masih ingat nggak saat masih kecil dulu_"
Brak!
Tasya langsung terdiam. Dzaki dengan muram pergi dari sana terlebih dahulu. Kebetulan makanan dalam piringnya sudah habis. Ia malas jika harus mendengar ocehan Tasya yang membuat telinganya merasa terganggu.
Farhana menatap kepergian Dzaki dengan bingung. Untuk pertama kalinya ia melihat tingkah Dzaki saat marah. Dzaki memang tidak mengucapkan kata-kata kasar. Namun tindakannya malah membuat dada berdebar-debar.
Sedangkan Cindy dan yang lainnya sudah terbiasa melihatnya seperti itu. Tidak hanya satu dua kali mereka melihat tingkah Dzaki marah sejak kelas sepuluh dimulai.
"Sudah.... jangan dilihat lagi. Dia memang paling tidak suka jika diganggu saat makan ataupun tidur. Ini masih belum seberapa. Jika ia sampai main tangan itu yang bahaya."
"Dzaki pernah main tangan? " tanya Farhana dengan tidak percaya.
"Pernah. Tapi kejadian itu sudah lama sekali. Mungkin kalau Aku tidak salah ingat waktu kelas sepuluh. "
Farhana tercengang mendengarnya. Sejak ia bertemu dengan Dzaki tidak pernah sekalipun Dzaki bertindak kasar padanya. Meski terkesan dingin dan juga pendiam, namun ia menyadari perhatian Dzaki padanya.
Mungkinkah ia mendapatkan perhatian yang berbeda dari Dzaki? tanya Farhana dalam hati.
Meninggalkan Farhana dengan kebingungan, Kepala Sekolah telah kembali dari restoran bersama beberapa dewan guru yang tadi ikutan dengannya. Wajah mereka nampak lebih muram dari pada saat mereka berangkat.
Perjalanan Mereka tidak sia-sia. Berkat rekaman CCTV yang ada , nama baik Farhana langsung bisa langsung dipulihkan.
dia khilngn ortunya jg krna slah dia sndri,kl skrng mnysal ya wjar sih..
tp mnimal ikhlas aja,trs hdp lbh baik d msa dpn....
berlian kah atw jimat????🤔🤔🤔...
bpkmu lupa kl dia msih pnya ank yg lain slain hana.....🤣🤣🤣