Zhefinca yang dua tahun telah menikah dengan Giovano, ia hanya bertemu satu kali saat pernikahan, dan setelah itu keduanya hidup dengan masing-masing namun status tetap menjadi suami istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayalifeupdate, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karya Baru
Dirumahnya, Zhefinca tengah mencoba beberapa pakaian yang sudah ia beli dengan menggunakan uang bulanan dari suaminya. Dua tahun menikah, baru kali ini Zhefinca meggunakan uang tersebut untuk kebutuhannya. Karena biasanya, ia menggunakan uang pribadinya untuk memenuhi segala kebutuhan itu.
“Kenapa tidak dari dulu aku pakai uangnya” batinnya dengan senyum kecil.
Zhefinca telah mencoba lima belas pakaian, yang membuatnya begitu lelah. Namun Zhefinca tidak berhenti sampai disana, ia membuka tas yang berisi riasan wajah dan beberapa rangkaian perawatan wajah.
Mengingat kemarin ia mendapat banyak pemberian dari Giovano, Zhefinca segera membukanya. Ia menemukan beberapa potong pakaian, tas, sepatu dan juga parfum. Dia mencoba barang pemberian dari suaminya, lalu segera menyimpan dalam lemari.
Ting! Ponsel Zhefinca berderin.
“Zhe, karyamu meledak. Sudah melebihi target setelah 4 hari rilis” – Kevin
“Wah, terimakasih Pak sudah membantu sampai sejauh ini” – Zhefinca
“Tidak ada traktiran?” – Kevin
“Besok malam saya akan traktir Pak Kevin” – Zhefinca
“Hahaha” – Kevin
Zhefinca menatap layar ponselnya, dia membaca pesan dari Kevin dan tersipu malu. Sudah lama Zhefinca begitu mengagumi sosok Kevin, hanya saja selama ini dia tidak berani mengungkapkan.
Dan parahnya, kevin tidak mengetahui jika Zhefinca telah menikah, meskipun dalam pernikahan tersebut mereka tidak berperan layaknya sebagai suami dan istri.
“Kalau nanti Pak Kevin tahu bagaimana?” batin Zhefinca dengan wajah yang sudah muram.
Zhefinca segera menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin memikirkan hal yang seharusnya tidak ia pikirkan. Meskipun setelah perpisahan nanti, Zhefinca yakin akan tetap ada yang menerimanya meskipun dengan status, bekas istri orang.
.
.
Dikantornya, Giovano begitu hilang fokus karena Rosa sudah dua hari ini tidak ada kabar. Bahkan ia berjalan bersama Lukas dengan begitu mesranya, yang memantik api cemburu dari dalam diri Giovano.
“Rosa, berani sekali kamu mengabaikan” Batin Giovano.
“Kalau kamu tidak menghubungiku dalam 10 menit. Aku tidak akan pernah memberi kamu kebebasan menggunakan fasilitas dariku” – Giovano
Kemudian ia meletakkan ponselnya, dan kembali bekerja. Hingga di menit ke delapan, ada panggilan masuk di ponselnya.
“Baby, kamu kenapa marah-marah terus?” – Rosa
“Menurut kamu?” – Giovano
“Kamu tahu kan Lukas baru saja datang, dia disini hanya beberapa hari. Aku hanya menemaninya” – Rosa
“Dengan mesra?” – Giovano
“Baby, please. Aku tahu kamu cemburu, tapi ini bukan saatnya” – Rosa
“Rosa, sepertinya aku terlalu memanjakan kamu sampai kamu lupa diri” – Giovano
“B-aby” – Rosa
“Take your time. Dan mala mini temui aku di tempat biasanya” – Giovano
Tut! Sambungan telepon terputus.
Giovano tersenyum tipis penuh arti, senyuman yanga akan membuat Rosa pastinya tidak sanggup melawan Giovano.
Hingga malam tiba, saat Giovano tengah membuka pintu, diatas ranjang dengan ukuran king tersebut sudah berbaring wanita dengan gaun tipis berwarna merah menggoda.
“Baby” panggilnya dengan nada menggoda.
Giovano berdiri di tepi ranjang menarik dasi yang saat ini terasa begitu mencekiknya, dia mencondongkan tubuhnya di dekat kaki Rosa.
Bibir Giovano menyentuh lutut milik perempuan itu, yang membuatnya menggigit bibir bawahnya.
“Nyalakan lampunya, akum au melihat wajah cantik kamu” ucap Giovano dengan nada memerintah.
“Baby, aku bosan bermain dengan terang, kali ini akum au menantang kamu dalam suasana gelap ini, apa kamu masih bisa menghafal setiap incinya”
Giovano tersenyum smirk, ia melepas kemeja putihnya, lalu merangkak diatas tubuh Rosa.
Sementara dirumahnya, Zhefinca tengah membersihkan beberapa barang pemberian dari Giovano yang belum ia sentuh sama sekali. Setelah membereskan semuanya, Zhefinca berjalan keluar rumah untuk membuang sampah dari beberapa pakaiannya yang lama, karena ia sudah menggantikan dengan pakaian barunya.
“Bye Zhefinca culun. Sekarang aku adalah Ariel” gumamnya.
Suasana malam itu begitu damai, Zhefinca kembali menulis untuk karya fiksinya pada sebuah balkon di depan kamarnya.
Malam ini Zhefinca menggunakan gaun tidur satin, berwarna hitam panjang, lalu dengan rambut yang di gerai ia duduk di kursi balkon sambil fokus dengan laptopnya.
Sementara dari jauh ada seseorang yang tengah mengamati Zhefinca, memotretnya beberapa kali lalu meninggalkan rumah tersebut.
Ting! Ponsel Giovano berdering.
“Zhefinca berada dirumah Pak, dia hanya keluar saat siang dan kembali sore” – Arka
“Oke” – Giovano
Giovano tidak mengunduh beberapa gambar yang sudah dikirimkan oleh asistennya, melainkan membiarkannya begitu saja. Karena menurut Giovano, sangat tidak penting jika ia harus menyimpan foto-foto Zhefinca di dalam ponselnya.
Selama ini Giovano hanya berusaha menjaga Zhefinca dari jauh, agar ketika terjadi sesuatu, orangtuanya tidak menyalahkan dirinya atas kelalaian tersebut. Bukan karena ingin menjaga istrinya, hanya saja Giovano tidak ingin berurusan dengan orangtuanya.
Malam ini, Rosa tidak menginap bersamanya. Ia kembali untuk menemani Lukas. Sedangkan Giovano berada di kamar hotel miliknya, kembali fokus dengan beberapa pekerjaan yang harus ia siapkan dengan segera.
Sementara Arka, sedikit terkejut dengan penampilan Zhefinca yang begitu berubah. Dia memandangi beberapa foto yang sudah ia ambil, saat Zhefinca berada di balkon kamarnya.
“Sejak kapan Zhefi berubah?” batin Arka
Namun perubahan Zhefinca itu ternyata tetap saja tidak mendapat respon dari Giovano. Arka menyandarkan kepalanya pada kursi mobil, ia berfikir dalam, kenapa Giovano tidak melirik istrinya yang sudah berubah itu.
.
.
Pagi hari ini Zhefinca bangun lebih awal, dia segera mandi dan bersiap karena harus ke kantor kevin untuk membahas karya berikutnya.
Pagi ini dengan menggunakan dress hitam tanpa lengan, dan dengan gaya rambur curve tergerai indah. Zhefinca juga menggunakan sepatuh hak tinggi yang senada dengan tas yang ia kenakan.
Sampai di kantor Kevin, Zhefinca segera menuju lift untuk naik ke lantai 20 dimana kantor Kevin berada. Semua staff dari kantor tersebut begitu kagum melihat penampilan Zhefinca yang berubah 100%.
“Zhefi cantik sekali”
“Iya, kamu begini terus ya”
“Zhee gila! Pertahankan ini semua”
Banyak kalimat pujian yang mendarat untuknya, dan senyum Zhefinca begitu mengembang ketika mendengar banyak pujian untuknya.
Toktoktok!
“Masuk” ucap Kevin.
“Pagi Pak” ucap Zhefinca.
“Duduk Zhe, dan kita tunggu tim distribusi”
“Baik Pak, terimakasih”
“Sudah makan?”
“Sudah Pak, tadi berhenti di minimarket untuk makan roti”
“Hanya roti?”
“Iya Pak, itu sudah cukup mengenyangkan”
“Oke, nanti siang ikut saya makan”
“Dan malam, Pak Kevin yang ikut saya”
“Hahaha” Kevin tergelak mendengar pernyataan tersebut.
Kevin memeperhatikan Zhefinca dengan lekat, bagaiaman ia dulu menemukan Zhefinca sebagai ‘ghostwriter’ disaat usianya masih begitu muda dia sudah terjun ke dunia penulis. Dan sekarang Zhefinca yang dulu dia temui saat masih belia, sudah menjadi Zhefinca yang dewasa, bahkan penampilannya pun terlihat menggoda.
“Untuk buku fiksi ini kamu mau menggunakan nama Ariel, atau bagaimana Zhe?” tanya Kevin.
“Kalau untuk fiksi, menggunakan inisial saja Pak”
“ZA?” “Iya”
“Oke, kita bahas setelah ini”