NovelToon NovelToon
Kesempatan Kedua Untuk Mencintaimu

Kesempatan Kedua Untuk Mencintaimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Percintaan Konglomerat / Romansa
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Ben Wang hidup kembali setelah kematian tragis yang membuka matanya pada kebenaran pahit—kekasihnya adalah pengkhianat, sementara Moon Lee, gadis sederhana yang selalu ia abaikan, ternyata cinta sejati yang tulus mendukungnya.

Diberi kesempatan kedua, Ben bertekad melindungi Moon dari takdir kelam, membalas dendam pada sang pengkhianat, dan kali ini… mencintai Moon dengan sepenuh hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

"Kenapa kau begitu dekat?" tanya Moon gugup, tubuhnya sedikit mundur, tapi punggungnya sudah menempel pada sandaran sofa. Napasnya terasa sesak, sementara jantungnya berdetak cepat tak terkendali.

Ben menatap dalam ke mata gadis itu. Tatapan yang selama ini selalu tajam dan dingin, kini berubah menjadi lembut dan hangat, seolah menyingkap sesuatu yang selama ini tersembunyi.

"Moon Lee, apa kau sudi menjadi pacarku? Andaikan aku tahu lebih cepat, kita pasti sudah bahagia sejak lama," tanya Ben dengan suara rendah namun penuh ketulusan.

Moon menatapnya tak percaya. "Apa yang kau tahu? Kenapa tiba-tiba saja ingin aku menjadi pacarmu? Selama ini kau selalu bersikap dingin padaku dan membenciku?" tanyanya cepat, suaranya bergetar antara marah dan bingung.

"Karena aku bodoh percaya pada wanita itu. Kalau aku tahu yang mencintaiku selama ini adalah kamu, maka aku dan dia tidak akan bersama selama beberapa tahun," jawab Ben dengan nada penyesalan yang dalam.

Tanpa memberi kesempatan bagi Moon untuk menjawab, Ben mendekat, tangannya terulur lembut ke tengkuk gadis itu. Dalam sekejap, ia mencium bibir Moon — lembut namun tegas, dengan genggaman hangat di belakang kepalanya agar gadis itu tak menghindar.

Moon terdiam sejenak, matanya membulat lebar. Segalanya terasa berhenti: udara, waktu, bahkan detak di dadanya sendiri.

Ciuman Ben yang awalnya lembut perlahan berubah menjadi dalam, penuh perasaan yang tertahan begitu lama. Moon sempat ingin mendorongnya, tapi tangannya justru melemah di dada pria itu. Tubuhnya kaku, tapi hatinya bergetar oleh kehangatan yang tak ia pahami.

Sesaat kemudian, Ben perlahan melepaskan ciumannya. Bibirnya masih begitu dekat dengan wajah Moon, sementara napas mereka saling beradu di antara jarak yang hampir tak ada.

Moon menatapnya dengan wajah merah padam, matanya bergetar menahan gugup dan marah. Ia buru-buru menunduk, menutupi bibirnya dengan punggung tangan.

"Kau... ini namanya pelecehan, kau tidak meminta izin dariku," ujar Moon dengan nada canggung, suaranya setengah bergetar.

Ben tersenyum tipis, bukannya merasa bersalah, ia justru menatap Moon dengan sorot mata lembut dan sedikit menggoda.

"Aku tahu. Tapi kalau aku menunggu izinmu, mungkin sampai kapan pun aku tak akan pernah bisa melakukannya," ucapnya pelan.

Ben perlahan mendekat, suaranya rendah dan bergetar di antara jarak yang begitu dekat.

"Aku berjanji padamu, ke depannya aku akan minta izin dulu darimu," bisik Ben di telinga gadis itu, napasnya hangat menyentuh kulit Moon hingga membuat tubuhnya menegang seketika.

Moon menatap pria itu dengan mata bergetar, mencoba menahan denyut jantungnya yang terasa tak terkendali.

"Apa yang kau lakukan saat ini, hanya akan membuat tunanganmu semakin membenciku," ujar Moon, suaranya pelan namun terdengar getir.

Ben menatap lembut ke arah gadis di depannya, lalu tersenyum samar.

"Dia bukan tunanganku lagi, pacarku hanya kau satu-satunya. Kau yang akan menjadi istriku di masa depan," ucap Ben dengan mantap, sorot matanya penuh kesungguhan.

"Moon, aku serius, aku... mencintaimu," lanjutnya tulus.

"Ben Wang yang selalu mengabaikan aku... mencintaiku?" tanya Moon pelan, nada suaranya penuh keraguan.

Ben menarik napas panjang, lalu menjawab dengan lembut namun tegas,

"Sebenarnya aku tidak pernah membencimu. Aku hanya berusaha setia pada pacarku. Oleh karena itu aku selalu dingin pada siapa pun. Tapi sekarang, aku tidak akan terus seperti itu lagi."

Ia mendekat sedikit, pandangannya teduh namun penuh makna.

"Mulai sekarang, aku akan menjauh dari semua wanita lain dan hanya menjaga perasaanmu. Aku akan menjagamu dan melindungimu dari siapa pun yang ingin menyakitimu," ujar Ben dengan nada yang dalam, membuat Moon tak sanggup menatap balik.

Beberapa saat kemudian.

Moon kembali ke apartemennya, diantar oleh Ben yang kemudian pergi setelah memastikan gadis itu masuk dengan selamat.

Lift bergerak perlahan naik, dan suara lembut musik di dalamnya terasa kontras dengan perasaan hening di hati Moon. Saat pintu lift terbuka, ia berjalan menuju unit tempat tinggalnya dengan langkah tenang. Tangannya menempel pada panel angka, memasukkan kata sandi pintu yang sudah biasa ia tekan setiap hari.

Begitu terdengar bunyi klik kunci terbuka, Moon mendorong pintu dan melangkah masuk. Namun, sebelum sempat menutupnya—

Brak!

Pintu tiba-tiba didorong keras dari luar, menghantam kepala Moon dengan suara berat.

"Aahh!" jerit Moon tertahan, tubuhnya limbung dan langkahnya mundur beberapa langkah ke belakang. Rasa nyeri langsung menyebar di pelipisnya.

Sosok Viona berdiri di ambang pintu. Wajahnya terdapat bekas luka panjang. Tatapannya tajam, liar, dan penuh amarah.

"Kau...," ucap Moon dengan suara pelan, tubuhnya refleks mundur selangkah.

Viona melangkah masuk, tumit sepatunya mengetuk lantai dengan suara tegas. "Kau puas melihatku seperti ini? Aku diusir, diputuskan oleh Ben. Dan kini kau malah bersama dia. Sebelum aku mati, kau tidak akan bisa bersamanya!" kecam Viona seraya mengeluarkan pisau tajam dari balik mantel panjangnya.

Cahaya dari lampu apartemen memantul di bilah pisau itu, membuat jantung Moon berdegup keras. Ia menggenggam ponselnya erat di balik tubuh dan diam-diam menekan nomor Ben.

"Viona, kau hanya membuatnya semakin membencimu," ujar Moon.

"Aku menjadi cacat karenamu! Kau menghancurkan aku!" teriak Viona histeris, lalu menerjang ke arah Moon dengan pisau terangkat tinggi.

Refleks, Moon menahan serangan itu dengan tangannya. Bilah tajam itu menggores kulitnya—darah segar langsung menetes ke lantai, meninggalkan noda merah di ubin putih.

Sementara itu, panggilan teleponnya telah tersambung.

"Viona Lu, kau yakin ingin membunuhku?" bisik Moon dengan suara lemah tapi tajam. Wajahnya pucat menahan sakit, matanya tetap terarah pada Viona. "Kalau saja aku terluka sedikit pun, Ben pasti akan mencarimu ke ujung dunia," lanjutnya sambil menahan perih di tangannya yang berlumur darah.

"Moon Lee, kau harus mati!" teriak Viona.

Moon menatap dingin, suaranya tenang namun penuh tantangan saat membalas. Ia melangkah maju mendekati Viona.

"Ben telah bersamaku, kau hanya wanita jalang baginya. Selain Ben, aku juga akan merebut kedua orang tuamu. Posisimu akan aku rebut."

Kemarahan Viona terpancing semakin menjadi. Ia mengacungkan pisau ke arah Moon.

Viona semakin emosi, suaranya pecah. "Jangan berharap, Moon Lee, akhirnya sikap aslimu keluar."

Moon mencondongkan tubuh sedikit, senyum sinis muncul di bibirnya walau matanya tetap berkaca-kaca menahan rasa sakit. "Apakah kau percaya kalau aku memberitahumu, bahwa aku pernah mati sekali," kata Moon dengan senyum sinis.

1
Qyzz🇲🇾
maksudnya?moon mengalami regresi juga?
⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
alhamdulillah suka cerita nya
perahu kertas
😳😳😳😳 what
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Lina Hibanika
terlalu lama melewati kematian untuk sadarnya,, klo ga gitu mana sadar kau Ben 😡
Bu Kus
udah gak sabar liat moon ketemu kedua orang tua nya sebenarnya
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
merry
itu viona mah jgn di usir donk psti bkln bls dendam tu mn trm dia kehilangan kemewahan y dan kehilangan si ben itu,, yg ada ngincar moon le trss tu,,
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Bu Kus
lanjut lg dong thro makasih
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
merry
viona klo gk dihukum gk bklnn kapok yg ada dendamn bgtt sm moon
Bu Kus
lanjut
Bu Kus
tegang banget semoga Ben cepat datang
Bu Kus
itu sih akal akalan sih ben
Bu Kus
lanjut
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
merry
viona psti cari kesempatan tuu untuk jthuinn moon tp tenang di ben ben kn ud tau dr suara jam yg terhubung ituu
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
partini
ehhh apa nanti ga salah faham lihat viona terluka karena moon Lee tuh ortunya viona
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!